Model GAS menyatakan bahwa dalam keadaan stres tubuh
kita seperti jam dengan sistem alarm yang tidak berhenti sampai tenaganya habis
yang terbagi dalam tiga fase, yaitu:
Reaksi waspada (alarm reaction
stage)
Adalah persepsi terhadap stressor yang muncul secara
tibatiba akan munculnya reaksi waspada. Reaksi ini menggerakkan tubuh untuk
mempertahankan diri. Diawali oleh otak dan diatur oleh sistem endokrin dan
cabang simpatis dari sistem saraf autonom. Reaksi ini disebut juga reaksi
berjuang atau melarikan diri.
Reaksi resistensi (resistance
stage)
Adalah tahap dimana tubuh berusaha untuk bertahan menghadapi
stres yang berkepanjangan dan menjaga sumber kekuatan (membentuk tenaga barudan
memperbaiki kerusakan), merupakan tahap adaptasi dimana sistem endokrin dan
sistem simpatis tetap mengeluarkan hormon-hormon stres tetapi tidak setinggi
pada saat reaksi waspada.
Reaksi kelelahan (exhaustion
stage)
Adalah fase penurunan resistensi, meningkatnya aktifitas
simpatis dan kemungkinan deteriorisasi fisik, yaitu apabila stresor tetap
berlanjut atau terjadi stressor baru yang dapat memperburuk keadaan. Tahap
kelelahan ditandai dengan dominasi cabang parasimpatis dari ANS. Sebagai
akibatnya detak jantung dan kecepatan menurun. Apabila sumber stres menetap,
kita dapat mengalami ”penyakit adaptasi” (disease of adaptation), penyakit yang
rentangnya panjang mulai dari reaksi alergi sampai penyakit jantung bahkan
sampai kematian (Nevid, dkk, 2002).
Taylor (1991), menyatakan bahwa stres dapat menghasilkan
berbagai respon. Berbagai peneliti telah membuktikan bahwa responrespon
tersebut dapat berguna sebagai indikator terjadinya stres pada individu, dan
mengukur tingkat stres yang dialami individu.
Respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu:
- Respon fisiologis; dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.
- Respon kognitif; dapat terlihat lewat terganggunya proses kognitif individu, seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.
- Respon emosi; dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya.
- Respon tingkah laku; dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi yang menekan dan flight, yaitu menghindari situasi yang menekan.
Untuk mengetahui persoalan dan solusi yang dialami para single
parent. Peneliti menganggap Strategi coping cocok dipakai sebagai teori dalam
penelitian ini. Strategi coping merupakan suatu proses dimana individu berusaha
untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah
yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku
guna memperoleh rasa aman dalam dirinya (Mu’tadin, 2002).