Ceritera-ceritera sihir dan dongeng-dongeng
yang sangat terkenal tentang ibu tiri yang ganas-jahat, sangat digemari oleh
anak-anak di seluruh dunia: antara lain ialah: Klenting Kuning, Bawang Merah
dan Bawang Putih, Panji Semirang atau Galuh Candrakirana, Puteri Salju (Snow
White), Cinderella, dan lain-lain. Relasi yang sangat buruk terutama sekali
dijumpai di antara ibu tiri dengan anak tiri perempuan. Pada banyak ceritera
klasik dikisahkan, bahwa anak-anak tiri itu hampir selalu menderita
azab-sengsara; dan oleh rasa putus asa melakukan usaha bunuh diri karena tidak
tahan lagi menanggung dera siksaan dari ibu tirinya.
Dalam cerita lain dikisahkan. bahwa anak tiri
(seorang gadis) harus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang paling kotor dan
paling hina, diberi pakaian yang paling buruk; bahkan sering mukanya
dicoreng-coreng agar kelihatan sangat jelek. Dimaki-maki serta diperhinakan
setiap hari.
Dalam hubungannya ibu tiri dengan anak tiri,
bahwa anak tiri adalah anak yang dibawa serta dalam perkawinan baru, maka ia
menjadi anak tiri bagi sang suami atau sang istri. Yang menimbulkan problem adalah
ketika anak itu dibawa hidup dalam rumah tangga baru ini beserta ibu tiri dan
bapak kandungnya. Dalam keadaan demikian, bagi mereka berdua hal ini tidak
menimbulkan masalah, tetapi jika mereka mendapatkan anak lain timbul problem
terutama jika anak tiri ini adalah anak dari suami. Sang istri lebih cemburu,
karena ia selalu berhadapan dengan anak-anak di dalam segala keadaan. Di sini
timbul hasut, dengki dan perbuatan yang tidak baik. Kemungkinan anak tiri
tersiksa jiwa dan perasaan, karena diskriminasi yang diterima dari ibu tirinya.
Dari sini muncul konflik antara ibu tiri
dengan anak tiri, dan konflik akan terus berkepanjangan jika motif utama semua
tingkah keganasan ibu tiri ini terutama ialah: iri hati dan dengki. Khususnya
ibu tiri tersebut sama sekali tidak menghendaki suaminya memberikan kasihsayang
kepada anaknya sendiri. Sebab ia ingin memonopoli suaminya, Ibu-ibu tiri itu
selalu saja berusaha dengan cara-cara yang licik untuk menyingkirkan dan
menyisihkan anak tirinya; dan selanjutnya mengangkangi semua hak prerogatif
yang menjadi milik anak tirinya untuk diri sendiri.
Kesimpulannya ialah, apakah seorang wanita
itu kelak menjadi seorang ibu tiri yang baik ataukah menjadi seorang ibu tiri
yang ganas, tidak hanya tergantung pada konstitusi psikis wanita itu sendiri,
akan tetapi juga dipengaruhi oleh semua faktor lingkungan sosialnya. Karena itu
ibu tiri bukan satu fenomena yang terisolasi atau berdiri sendiri. Akan tetapi gejala
ibu tiri itu hendaknya difahami secara psikologis dalam relasinya dengan
lingkungan dan keluarganya; yaitu dengan ayah. nenekkakek, ibu, atau ibunya
yang sudah meninggal, kakak-kakak, adik dan lain sebagainya.
Tags
Psikologi Keluarga