Pemeliharaan Ulat sutera (Bombyx mori L.) merupakan serangga yang biasa dipelihara dalam
ruangan dan penghasil sutera utama, meliputi 95% produksi sutera dunia. Sebutan
lain adalah ulat sutera murbei karena secara alami hanya makan daun murbei
(Morus spp.) dan sutera yang dihasilkan
dikenal sutera alam murbei (Sunanto 1997 dalam Nurhaedah 2009).
Ulat sutera merupakan serangga dengan
metamorfosis sempurna, yaitu serangga dengan perkembangan sayap terjadi di dalam
tubuh dan fase pra dewasa berbeda dengan fase dewasa baik morfologi ataupun
perilaku makan. Secara keseluruhan siklus hidup yang dilalui ulat sutera meliputi
telur, larva (instar), pupa dan dewasa (imago). Pada masing-masing akhir instar
ditandai dengan pergantian kulit (moulting).Pada fase instar ada lima tahap,
yaitu: instar I, instar II, instar III, instar IV, dan instar V.
Katsumata (1964 dalamEkastuti 1994) memberikan batasan waktu
tahapan instar ini sebagai berikut:
- Instar I lamanya 2 hari 13 jam, dihitung dari saat telur menetas sampai istirahat I.
- Instar II lamanya 2 hari 2 jam, dihitung setelah istirahat 20 jam pada istirahat I.
- Instar III lamanya 2 hari 14 jam, dihitung setelah istirahat II selama 20 jam.
- Instar IV lamanya 3 hari 16 jam, dihitung setelah istirahat III yang lamanya 24 jam.
- Instar V lamanya 8 hari 5 jam, dihitung setelah istirahat IV yang lamanya 1 hari 13 jam. Tahap terakhir ini ditandai dengan ulat mulai tidak mau makan.
Lamanya periode hidup ulat sutera mulai
saat menetaskan telur sampai masa membuat kokon sekitar satu bulan dan sangat
tergantung pada iklim serta keadaan lingkungan (Atmosoedarjo et al.2000
dalamNurhaedah 2009).Menurut Tazima (1964), lamanya siklus hidup ulat
sutera secara keseluruhan sekitar 55 –60
hari pada suhu 23 –25 o C.
Menurut Sangaku (1975 dalamEkastuti 1994), ulat sutera dapat
dibagi berdasarkan atas sifat fisiologis
dan ekologisnya, yaitu :
- Berdasarkan atas voltinismenya (jumlah generasi per tahun), maka akan didapatkan ulat sutera yang monovoltine, yaitu yang hanya mengalami satu generasi dalam setahun, atau secara alam telurnya hanya menetas sekali setahun. Ulat sutera bivoltine yaitu ulat sutera yang mengalami dua generasi setahun. Dan ulat sutera polivoltine yaitu ulat yang mengalami tiga generasi atau lebih dalam setahun. Dalam hal ini telurnya dapat menetas setiap saat.
- Berdasarkan atas moltinismenya (pergantian kulit), terdapat jenis three molter, yaitu ulat sutera yang mengalami tiga kali pergantian kulit. Jenis four moltermengalami empat kali pergantian kulit. Dan jenis five moltermengalami lima kali pergantian kulit.
- Berdasarkan asalnya, terdapat jenis Jepang yang kupu-kupunya bertelur banyak, kokon berwarna putih dan bentuknya seperti kacang tanah. Jenis China kokonnya agak bulat, ada yang berwarna putih, dan kuning kehijauan. Jenis Eropa kokonnya besar dan berwarna putih. Ulatnya tidak tahan terhadap iklim panas dan lembab, ukuran telur dan ulatnya panjang dan periodenya juga panjang. Dan ulat sutera jenis Tropika kokonnya kecil.
Kokon adalah rajutan filamen sutera yang
dihasilkan kelenjar sutera melalui proses insolubisasi yang disebabkan oleh
aksi mekanik pengeluaran cairan sutera dan berfungsi sebagai pelindung saat
berlangsungya proses metamorfosis (Rukaesih
et al.1991dalamNurhaedah 2009). Bagian luar kokon serat sutera yang
membungkus kokon secara rapi dengan warna dan kehalusannya sangat ditentukan
oleh jenis serangga penghasil sutera dan bahan pakannya (Lee 2000; Sunanto 1997
dalam Nurhaedah 2009).
Produk dari kokon yang sangat penting adalah
serat atau filamen sutera. Serat sutera dihasilkan oleh sepasang kelenjar
sutera (silk gland) dengan bagian-bagian seperti :
- Bagian depan merupakan saluran pengeluaran kelenjar yang terbuka pada ujungnya tepat di bawah mulut larva;
- bagian tengah, bagian ini sebagai penghasil zat warna yang dibentuk bersama serisinyang berfungsi sebagai perekat dua serat paralel dengan proporsi 25 % dari bobot serat dan bersifat mudah larut dalam air panas;
- bagian belakang kelenjar, sebagai penghasil serat sutera yang disebut fibroinmerupakan bagian utama serat filamen dengan proporsi 75 % dari bobot total serat dan tidak larut dalam air panas (Tazima 1978 dalam Nurhaedah 2009).
Tags
Pertanian