Penerjemahan Kata-demi-Kata
Dalam metode penerjemahan jenis ini biasanya kata-kata TSa langsung
diletakkan di bawah versi TSu. Kata-kata dalam TSu diterjemahkan di luar
konteks, dan kata-ata yang bersifat kultural (misal kata ‘tempe’) dipindahkan
apa adanya. Umumnya metode ini dipergunakan sebagai tahapan prapenerjemahan (sebagai
gloss) pada penerjemahan teks yang sangat sukar atau untuk memahami mekanisme
BSu. Jadi, dalam proses penerjemahan, metode ini dapat terjadi pada tahap
analisis atau tahap awal pengalihan. Namun, perlu diingat bahwa metode
penerjemahan semacam ini mempunyai
kegunaan atau tujuan khusus, dan dalam praktik penerjemahan di Indonesia tidak
lazim digunakan sebagai metode penerjemahan ang umum.
Penerjemahan Harfiah
Konstruksi gramatikal BSu dicarikan padanannya yang terdekat dalam TSa,
tetapi penerjemahan leksikal atau kata-katanya dilakukan terpisah dari konteks.
Contoh terjemahan harfiah adalah penerjemahan kalimat:
It’s raining cats and dogs
Menjadi:
Hujan kucing dan anjing
Penerjemahan yang lepas konteks semacam ini selain menghasilkan cersi TSa
yang tak bermakna (kucing dan anjing tidak dapat berjatuhan dari langit), juga
menghasilkan versi TSa yang tidak lazim. Maka seperti halnya metode pertama,
dalam proses penerjemahan, metode ini dapat digunakan sebagai metode pada tahap
awal pengalihan, bukan sebagai metode yang laim.
Penerjemahan Setia
Penerjemahan ini mencoba mereproduksi makna kontekstual TSu dengan masih
dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya
dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata
masih tetap dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguth pada maksud dan tujuan
TSu, sehingga hasil terjemahan kadang-kadang terasa kaku dan asing. Metode ini
dapat dimanfaatkan untuk membantu penerjemah dalam psoses awal pergalihan. Contoh
penerjemahan setia adalah penerjemahan kalimat:
Ben is too well aware that he is
gaughty
Menjadi:
Ben menyadari terlalu baik bahwa ia
nakal
Penerjemahan Semantis
Penerjemahan semantis lebih luwes apabila dibandingkan dengan metode
penerjemahan setia. Penerjemahan semantis harus mempertimbangkan unsur estetika
teks BSu dengan mengompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Selain
itu, kata yang sedikit bermuatan budaya dapat diterjemahkan dengan kata yang
netral. Contohnya:
He is a book-worm
Menjadi
Dia (laki-kali) adalah seorang yang suka sekali membaca.
Pada tulisan di atas telah diterangkan empat metode penerjemahan. Keempat metode tersebut
lebih berorientasi kepada bahasa sumber. Selain pertimbangan kewacanaan,
penerjemah juga mepertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan bahasa sasaran.
Berikut keempat metode tersebut, seperti dinyatakan Machali (2009), di
antaranya:
Adaptasi (termasuk saduran)
Adaptasi adalah metode penerjemahan ang paling bebas dan paling dekat
dengan Bahasa Sasaran. Biasanya metode ini dipakai dalam penerjemahan drama
atau puisi, yaitu yang mempertahankan tema, karakter, dan alur. Namun
dalampenerjemahan, terjadi peralihan budaya Bahasa Sumber ke Bahasa Sasaran,
dan teks asli ditulis kembali serta diadaptasikan ke dalam TSa. Sebagai contoh
adalah penerjemahan (atau lebih tepat penyaduran) drama Shakespeare berjudul
“Macbeth” yang disadur oleh penair terkenal W.S. Rendra dan dimainkan di taman
Ismail Marzuki Jakarta di tahun 1994.
Penerjemahan Bebas
Ini adalah penerjemahan yang menitikberatkan isi dan mengorbankan bentuk
Bahasa Sumber. Biasanya, metode ini berbentuk sebuah pararase yang dapat lebih
panjang atau lebih pendek daripada aslinya. Metode ini sering dipakai di
kalangan media massa. Di Indonesia metode ini sering disebut metode ‘oplosan’,
karena biasanya ‘bentuk’ teks Bahasa Sasaran sama sekali berubah. Contohnya:
(Time, May 28th , 1990): “Hollywood
rage for Remakes”
Menjadi:
(Suara Merdeka, 15 Juli 1990):
“Hollywood kekurangan cerita: Lantas Rame-rame Bikin Film Ulang”
Penerjemahan Idiomatik
Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering
dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati
pada versi aslinya. Karenanya, banyak terjadi distorsi nuansa makna. Contohnya:
Mari minum teh sama-sama: saya yang
bayar.
Menjadi
I’ll shout you a tea
Penerjemahan Komunikatif
Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang demikian rupa,
hingga baik sisi kebahasaan ataupun
aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Karenanya, versi Teks
Sasarannya bisa langsung diterima. Metode ini mengutamakan prinsip-prinsip
komunikasi. Contohnya:
Kata spine dalam frase thorns
spines ini old reef sediments.
Jika diterjemahkan untuk ahli biologi, terjemahannya menjadi spina. Namun
jika untuk umum, menjadi duri.