Apabila nilai sosial yang mengacu pada lingkungan
berubah, maka tanggapan masyarakt terhadap lingkungan pun juga berubah. Misal,
ketika dulu perempuan dilarang keluar malam sendiri, dan jika ada yang keluar
tanpa ditemani saudaranya yang laki-laki, maka ia dianggap melanggar norma yang
ada. Sekarang, nilai tersebut mulai bergeser bagi sebagian masyarakat.
Kebebasan untuk kemana-mana, siang ataupun malam, meski ia seorang perempuan,
sendiri, bukanlah masalah, dan tidak ada yang menganggapnya melanggar norma.
Lebih spesifik lagi, jika dulu ketika setiap
rumah masih sering dan lazim terdengar suara orang mengaji, maka sekarang, yang
terdengar suara tape musik dangdut sambung menyambung. Terkadang, atas tuntutan
pekerjaan, di sebuah kampung yang baru berkembang, seorang perempuan harus pulang
larut malam demi menyelesaikan pekerjaan yang memang jadwal yang ia dapat dari
manajemen adalah malam. Puluhan tahun lalu, itu tak pernah terjadi. Sekarang,
hal semacam itu menjadi kemakluman bersama dalam masyarakat.
Ada dua bentuk lingkungan sosial yang ada, yaitu:
Lingkungan Sosial Primer
Lingkungan sosial yang mana kita
menemukan kaitan yang kuat antara
individu satu dengan yang lain. Keakrabat sangat terasa pada lingkungan ini.
Selain tetangga yang sekaligus memiliki hubungan keluarga, lingkungan primer
ini juga terbentuk dari seringnya komunikasi antara satu dengan lain. Bukanlah
sulit bagi lingkungan seperti ini jika di antara mereka ada usulan yang
bersifat kegotongroyongan di daerah mereka.
Lingkungan sosial sekunder
Pada lingkungan ini, kita menemukan masih ada kaitan antara individu
satu dengan yang lain. Hanya saja, kaitan tersebut tidak sekuat pada lingkungan
sosial primer. Keakrabat tidak begitu terasa pada lingkungan sosial sekunder
ini. salah satu faktornya adalah jarak yang cukup jauh, hingga frekuensi
komunikasi antara mereka terbilang jarang. Selain, karena faktor suku dan
agama, meski itu tidak mutlak adanya.
Tags
Dinamika Sosial