Konsep
Realitas Sosial. Di jalanan, kita sering melihat anak jalanan
berkeliaran dengan berbagai aktifitas yang, sepatutnya di umur mereka, tidak
pantas ada di sana. Mereka ada yang gitar kecil sambil memetiknya dengan wajah
penuh harap, perpindah dari kaca mobil ke kaca mobil lain.
Kemudian, kita juga melihat ada anak lain yang
tak membawa apa-apa selain kantong yang terisi uang receh, menyodorkannya ke
setiap pengendara yang menunggu lampu merah. Anak itu minta sedekah. Di sana,
kita juga menemui anak bawah umur yang menjual koran, orang tua cacat dan
kadang-kadang buta, dituntun oleh lelaki yang tampak kekar, untuk membantu
orang tua tersebut meminta sedekah.
Dari apa yang kita lihat di setiap persimpangan
lampu merah kota-kota besar, kita menemukan fenomena yang berbuah realita. Kita
tengah melihat realita masyarakat yang tidak seimbang, timpang. Inilah negeri
ini. Ada yang salah dengan bangsa ini.
Sekarang, apakah itu
sebenarnya realita sosial? Kenyataan. Sederhananya,konsep realita sosial adalah
kenyataan yang ada, dan bukan sesuatu yang perlu diragukan lagi keberadaannya.
Di tempat-tempat sampah, juga di jalanan, kita menemukan para pemulung mencari
nafkah lewat sampah yang bisa dijadikan rupiah, meski sedikit. Lalu, kita
melihat lagi ‘festival’ lampu merah, yang kita semua bisa sepakat, di sana,
para anak jalanan, tidak mendapatkan pendidikan yang sepatutnya. Ini pun
realita.
Saat ini, berdasarkan
realita yang ada, kita berada pada gelombang ketiga, dimana kita hidup di zaman
yang ditopang oleh kemajuan teknologi informasi yang memicu terjadinya ledakan
informasi. Ledakan informasi yang terjadi membawa perubahan besar dalam
kehidupan umat manusia. Kita telah mengalami masa transisi dari era
industri menjadi era informasi. Munculnya era informasi memberikan realitas
baru untuk berkembang. Jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan Frendster
adalah beberapa dari banyak unsur-unsur yang membentuk realita yang muncul dari
era informasi ini. berbagai peristiwa, kasus, berita yang muncul berawal dari
‘ulah’ pengguna jejaring sosial ini.
Contoh lain dari realita sosial adalah konflik,
kematian, proses hukum, kriminalitas, olah raga, seni budaya, krisis ekonomi dan
lain-lain. Sedangkan realita personal contohnya adalah mimpi dan hal-hal
privacy lainnya yang tidak diperkenankan menjadi bahan dasar penulisan berita.
Itu berarti jurnalisme tidak mungkin menjadikan realitas personal sebagai bahan
penulisan berita karena hakikat jurnalisme adalah sosial untuk kepentingan
publik.
Tags
Dinamika Sosial