Ada beberapa kasus anoreksia nersova didunia.
Sejak pertama kali diuraikan pada akhir tahun 1800-an, anoreksia nervosa atau
sindrom melaparkan diri tetap menjadi suatu fenomena yang langka hingga tahun
1960-an dimana insidennya mulai meningkat secara stabil (McDuffie dan Kirkley
dalam Krummel dan Etherton, 1996). Hal ini dibuktikan oleh sebuah studi yang
dilakukan di Monroe County, New York. Hasil studi tersebut memperlihatkan insiden
anoreksia sebesar 0,35 kasus per 100.000 populasi antara tahun 1960 sampai 1969
dan mengalami kenaikan menjadi 0,64 kasus per 100.000 di tahun 1970-1976 (Romano
dalam Goldstein, 2005). Sebuah studi di Swiss yang melihat kembali riwayat
kasus anoreksia dan mengambil sampel dari 3 dekade memperlihatkan kenaikan yang
signifikan pada insiden anoreksia mulai 0,38 kasus per 100.000 populasi pada
tahun 1956-1958, menjadi 0,55 kasus per 100.000 pada 1963-9165 dan 1,12 kasus
per 100.000 populasi pada dekade terakhir yaitu tahun 1973-1975 (Goldstein,
2005). McDuffie dan Kirkley dalam Krummel dan Etherton (1996) memperkirakan
prevalensi anoreksia di Amerika Serikat sebesar 0,7-1% pada wanita muda.
Studi di tahun 2000-an mengestimasi bahwa
0,5-3,7% wanita menderita anoreksia (Department of Health and Human Services,
2006). Fairburn dan Hill dalam Geissler dan Powers (2005) menyebutkan bahwa
insiden anoreksia pada wanita sebesar 8 kasus per 100.000 populasi, sedangkan
untuk laki-laki kurang dari 0,5 kasus per 100.000 populasi per tahun. Dari hasil
ini terlihat bahwa anoreksia nervosa lebih banyak terjadi pada wanita daripada
laki-laki dengan rasio prevalensi kasus pada laki-laki:perempuan sebesar
1:6-1:10. Rerata poin prevalensi anoreksia nervosa yaitu sekitar 280 kasus per
100.000 populasi (0,28%). Treasure dan Murphy dalam Gibney, et al (2005)
menyebutkan bahwa insiden anoreksia sebesar 7 kasus per 100.000 populasi dan
diperkirakan 4.000 kasus baru muncul di Inggris.Sedangkan prevalensinya
berkisar antara 0,1-1%.
Brown (2005) menyebutkan bahwa diperkirakan
0,2-1% remaja putri dan wanita muda mengalami anoreksia nervosa. Studi lain
menyebutkan bahwa prevalensi anoreksia di negara-negara barat lebih tinggi
daripada negara lainnya di dunia. Prevalensi anoreksia pada wanita dari negara
barat berkisar antara 0,1-5,7%.Sedangkan untuk wanita yang bukan berasal dari
negara barat berkisar antara 0,46-3,2%. Namun di negara-negara non-barat
menunjukkan terjadinya peningkatan kasus (Tiemeyer, 2007). Beberapa statistik
lainnya menyebutkan, sekitar 0,3-1% wanita muda menderita anoreksia nervosa
(Eating Disorders Coalition for research, Policy & Action, 2008). Satu dari
200 wanita Amerika menderita anoreksia dan diperkirakan hanya 10-15% dari kasus
anoreksia atau bulimia yang diderita oleh lakilaki (NN A, 2008). Sebuah studi
di Singapura oleh Lee (2005) menunjukkan terjadinya peningkatan yang signifikan
kasus anoreksia nervosa. Terjadi 4-6 kali lipat peningkatan kasus baru
anoreksia mulai dari 6 kasus di tahun 1994 menjadi 34 dan 24 kasus di tahun
2001 dan 2002. Dr. Ki, seorang psikiater dari Korea Selatan mengatakan bahwa
peningkatan kasus penyimpangan perilaku makan sudah menjadi suatu fenomena
tersendiri. Beliau mengatakan hanya melihat satu orang pasien anoreksia saat
pertama kali datang ke Jepang di tahun 1991. Setelah dua tahun dia berpraktek,
dia telah menerima lebih dari 200 orang pasien yang setengahnya merupakan
penderita anoreksia dan setengahnya bulimia (Efron, 2008).
Selain penelitian mengenai prevalensi atau
jumlah kasus, onset anoreksia juga menjadi salah satu fokus penelitian.
American Psychiatric Association (1994) menyebutkan bahwa rerata usia onset
anoreksia nervosa yaitu pada usia 17 tahun. Mereka yang berumur di atas 40
tahun jarang sekali mengalami anoreksia. Selain itu, National Eating Disorders
Association (2006) melaporkan bahwa 40% dari kasus baru anoreksia nervosa
dialami oleh remaja putri antara usia 15-19 tahun (Tiemeyer, 2007).