Membahas fenomena sosial budaya, berarti membahas
mengenai hal-hal dianggap sebuah fakta, namun belum memenuhi syarat sebagai
sebuah kenyataan sebenarnya dari sebuah ‘wilayah’ bernama sosial budaya. Dalam
hal ini, ada baiknya kita mengambil Indonesia sebagai objek yang kita bahas.
Dalam catatan sejarah di masa kemerdekaan masih
baru, bahkan jauh sebelum itu, kita memperkenalkan diri sebagai masyarakat yang
suka gotong royong. Ketika ramadhan tiba, orang perkotaan pun sibuk memikirkan
persiapan untuk mudik. Kedua hal ini adalah fenomena.
Gotong royong selalu jadi kebanggaan bagi bangsa
indonesia, yang dianggap sebagai ciri khas bangsa ini. Sejarah kemerdekaan
telah mencatat bahwa kata gotong-royong telah menjadi elemen penting dalam
kehidupan bernegara Indonesia.
Berbagai kenyataan diungkapkan untuk mendukung
pendapat bahwa gotong-royong adalah sifat dasar yang dimiliki bangsa Indonesia.
Mulai dari sistem pertanian secara bersama, membangun rumah, dan segala macam
kegiatan kemasyarakatan yang telah kita sama-sama baca dan pelajari sejak dulu,
semuanya menunjukkan bahwa gotong-royong sudah ada sejak zaman prasejarah di
bumi Indonesia. Sejak di bangku sekolah dasar kita telah diberikan pemahaman, gotong-royong
adalah sifat dasar bangsa Indonesia yang menjadi unggulan bangsa ini dan tidak
dimiliki bangsa lain. Apakah saat ini gotong royong masih sebagai ciri khas
bangsa Indonesia?
Berbicara
mudik, berarti berbicara lebaran, atau hari-hari besar keagamaan. Mudik menjadi
kata-kata yang disebut-sebut selama bulan Ramadhan sebab mudik adalah tradisi
pulang ke desa untuk sementara waktu dan membawa simbol-simbol tersendiri bagi
para pemudik. Selain sarat akan ranah sosial dan religius, mudik identik dengan
fenomena ekonomi. Maksudnya selain berkumpul dengan keluarga, ada bentuk pamer
status yang dalam hal ini bersifat ekonomi.
Mudik adalah taruhan keberhasilan pemudik. Akan
ada rasa malu bagi pemudik yang pulang dengan tangan kosong. Maka kita lihat
banyak pemudik yang tidak sengaja memoles dirinya dengan simbol peningkatan
status ekonomi. Namun penonjolan status tersebut memberi dampak lanjutan bagi
penduduk desa lainnya bahwa kota adalah jalan menuju kehidupan yang lebih baik.
namun, lebih dari itu, mudik sebuah kerinduan.
Tags
Dinamika Sosial