Melalui proses difusi kebudayaan, suatu
penemuan baru (inovasi) yang telah diterima oleh suatu masyarakat nantinya
dapat disebarluaskan kemasyarakat yang lain. Penemuan baru tersebut pada akhirnya
dapat diterima dan diterapkan pada kondisi masyarakat yang berbeda-beda. Gerak
difusi tidak selalu mengikuti garis lurus atau berpola linier, dari tempat
asalnya ke tempat yang baru yang menjadi penerima.
Perpindahan tersebut melalui bisa proses berantai
atau tidak langsung. Menurut Lauer (2001), difusi merupakan pola perubahan yang
penting. Masalahnya adalah, kadangkala aspek kebudayaan dapat merupakan hasil inovasi
maupun hasil difusi, atau dapat pula merupakan hasil modifikasi maupun hasil
pemindahan. Teknik modifikasi tersebut tidak hanya menyangkut unsur kebudayaan
materiil, melainkan juga menyangkut unsur kebudayaan nonmateriil.
Permasalahan lainnya adalah mengenai faktor
yang mempermudah serta faktor yang memperlambat difusi.
Roger
(dalam Ruswanto, 2003) mengemukakan ada empat unsur penting dalam proses difusi:
- Inovasi itu sendiri.
- Komunikasi inovasi.
- Sistem sosial tempat terjadinya proses difusi.
- Aspek waktu.
Inovasi berkaitan dengan unsur apa saja, baik
berupa mode pakaian, bentuk tarian baru, perkembangan teknologi, bahkan gerakan
sosial. Aspek komunikasi merupakan proses penyebaran inovasi melalui manusia
yang mengkomunikasikan ide baru kepada orang lain. Tanpa komunikasi, ide-ide baru
tidak akan menyebar ke orang lain. Sistem sosial menurut Roger merupakan
sekumpulan individu-individu yang berbeda fungsinya dan terlibat dalam kegiatan
menyelesaikan masalah kolektif.
Aspek penting sistem sosial di antaranya
adalah norma, status dan pimpinan yang akan mempengaruhi jalannya proses
penyebaran dan penerimaan suatu inovasi. Penyebaran dan penerimaan inovasi ini
secara pasti terjadi sepanjang waktu, bahwa suatu masyarakat senantiasa
menerima informasi tentang inovasi baru melalui proses komunikasi dan respons
masyarakat dapat bersifat menerima ataupun menolak inovasi.
Menurut
Harper, keberhasilan proses difusi dipengaruhi oleh gejala berikut:
- Bilamana unsur baru dianggap mempunyai relevansi dengan struktur dan nilai-nilai kebudayaan penerima.
- Bilamana unsur kebudayaan tersebut bersifat materil.
- Bilamana ada sejumlah besar warga masyarakat melakukan kontak lintas budaya.
- Bilamana kualitas kontak budaya tersebut bersifat pertemuan, bukan permusuhan.
- Bilamana kontak antara dua masyarakat menghubungkan para elit dan berkaitan dengan unsur-unsur utama daripada unsur-unsur marginal atau periperi dari kedua masyarakat tersebut.
Difusi
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu difusi intramasyarakat dan difusi
antarmasyarakat. Difusi intramasyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor
(Soekanto, 1999):
- Adanya pengakuan bahwa suatu unsur baru mempunyai kegunaan.
- Ada tidaknya unsur–unsur kebudayaan yang memengaruhi diterima atau ditolaknya unsur baru tersebut.
- Unsur baru yang berlawanan dengan fungsi unsur lama, kemungkinan tidak akan diterima.
- Kedudukan dan peran sosial individu yang menemukan sesuatu yang baru itu akan mempengaruhi apakah hasil penemuannya itu dengan mudah dapat diterima atau tidak.
- Pemerintah dapat membatasi proses difusi ini.
Difusi
antarmasyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor:
- Terjadinya kontak antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
- Kemampuan dalam mendemonstrasikan manfaat dari unsur yang baru tersebut.
- Adanya pengakuan atas penemuan baru tersebut.
- Ada tidaknya unsur-unsur kebudayaan yang menyaingi unsur-unsur penemuan baru tersebut.
- Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru di dunia ini.
- Paksaan dapat juga dipergunakan untuk menerima suatu penemuan baru.
Tags
Dinamika Sosial