Ada beberapa metode analisis serat makanan, yaitu metode
analisis serat kasar (crude fiber),
metode deterjen dan metode
enzimatis (Piliang dan Djojosoebagio,
1996).
Metode Analisis Serat Kasar (Crude
Fiber)
Serat kasar yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan
lignin, merupakan bahan yang tertinggal setelah bahan makanan mengalami proses
pemanasan dengan asam dan basa kuat selama 30 menit berturut-turut dalam
prosedur yang dilakukan di laboratorium (Piliang dan Djojosoebagio, 1996).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa adalah:
- Deffating, yaitu penghilangan lemak yang terkandung dalam sampel yang menggunakan pelarut lemak
- Digestion, terdiri dari dua tahap yaitu pelarutan dengan asam dan pelarutan dengan menggunakan basa. Kedua macam proses digestion ini dilakukan dalam keadaan tertutup pada suhu terkontrol (mendidih) dan sedapat mungkin dihindarkan dari pengaruh-pengaruh luar (Sudarmadjidkk, 1989).
Metode Deterjen
Metode deterjen ini terdiri atas 2 yaitu Acid Detergent
Fiber (ADF) dan Neutral Detergent Fiber (NDF) (Suparjo, 2010).
Acid Detergent Fiber (ADF)
ADF hanya dapat untuk menurunkan kadar total selulosa dan lignin. Metode
ini digunakan pada AOAC (Association of Offical Analytical chemist). Prosedurnya
sama dengan NDF, namun larutan yang digunakan adalah CTAB (Cetyl Trimethyl
Amonium Bromida) dan H2SO4 0,5 M
Neutral Detergent Fiber (NDF)
Dengan metode NDF dapat ditentukan kadar total dari selulosa, hemiselulosa
dan lignin. Selisih jumlah serat dari analisis NDF dan ADF dianggap jumlah
kandungan hemiselulosa, meski sebenarnya terdapat juga komponen lainnya selain selulosa, hemiselulosa dan lignin
yaitu protein pada metode deterjen ini (Suparjo, 2010).
Metode Enzimatis
Metode enzimatis dirancang berdasarkan kondisi fisiologi
tubuh manusia. Metode yang dikembangkan adalah fraksinasi enzimatis yaitu
menggunakan enzim amilase, diikuti penggunaan enzim pepsin, kemudian
pankreatin. Metode ini dapat mengukur kadar serat makan total, serat larut dan
tak larut secara terpisah. Kekurangan metode ini, enzim yang digunakan mungkin
mempunyai aktivitas lebih yang bisa saja merusak komponen serat dan kemungkinan
protein yang tidak terdegradasi sempurna dan ikut terhitung sebagai serat
(Piliang dan Djojosoebagio, 1996).
Tags
Gizi dan Nutrisi