Kitab-kitab suci itu antara lain kitab Su Si yang
aslinya berbahasa Mandarin (bahasa nasional Cina). Kitab ini diterjemahkan oleh
Matakin ke dalam bahasa Indonesia. Kitab ini dicetak dalam bahasa Indonesia
pertama kali pada tahun 1996. Kitab ini ditetapkan sebagai kitab agama
Khonghucu di Indonesia pada bulan
Agustus 1967, yaitu saat konggres agama Khonghucu ke 6 diselenggarakan. Dalam
konggres tersebut, tidak hanya menetapkan Su Si (empat kitab) dan Ngo King
(lima kitab) sebagai kitab agama Khonghucu, namun konggres juga menetapkan
sifat upacara agama Khonghucu.
Kitab Su Si adalah kitab setebal 823 halaman, ini dibagi menjadi empat
buah kitab yang dihimpun menjadi satu kitab, kitab tersebut adalah:
- Thai Hakatau ajaran besar, berisi bimbingan dan ajaran pembinaan diri, keluarga, masyarakat, Negara dan dunia.
- Tiong Youngatau tengah sempurna, berisi ajaran iman agama Khonghucu, tentang iman kepada Tuhan, firmannya, watak sejati menempuh jalan suci dan peranan agama.
- Lun Giatau suci berisi firman Tuhan yang disabdakan Nabi Khongcu tentang berbagai masalah dan ajarannya.
- Bingcu atau kitab suci yang di tulis oleh bingcu dan mencius, menegaskan dan meluruskan tafsiran ajaran agama khonghuchu dalam memerangi penyelewengan.
Umat Khonghucu juga mempunyai kitab Ngo King (lima kitab) di samping
memiliki kitab Su Si, yang menjadi sumber ajaran utama umat agama Khonghuchu,
terdiri atas:
- Sikingatau kitab sanjak, kitab ini berisikan kumpulan sanjak atau nyanyian yang bersifat lagu rakyat yang berasal dari berbagai negeri. Sanjak ini dibagi ke dalam empat bagian nyanyian dan pujian untuk mengiringi upacara ibadah, yaitu: (1) Kok Hong(nyanyian rakyat dari berbagai negeri) terdiri dari 160 Sanjak, (2) Siau Nge(nyanyian rakyat pujian kecil) yang terdiri dari 80 Sanjak, (3) Tai Nge (nyanyian atau pujian besar) yang terdiri dari 31 Sanjak, (4) Long (nyanyian pujian) yang di gunakan dalam berbagai upacara sembahyang.
- Suking atau kitab dokumentasi, kitab ini berisikan teks dokumentasi Sabda, Peraturan, Nasehat, Maklumatpara Nabi dan Raja-raja suci Purba: (1) Yak King atau wahyu tentang perubahan, isi kitab ini mengungkapkan kejadian, perubahan dan segala sesuatu tentang semesta alam, hidup manusia atau segala peristiwanya, (4) Lee King atau kitab suci tentang susila dan peribadatan yang terdiri dari tiga kitab yaitu: Gi Lee atau kitab tata peribadatan, Ciu Leeatau kitab kesusilaan Dinasti Ciu dan Lee King atau kitab suci tentang susila dan peribadatan yang terdiri dari tiga bab yaitu: 9 Gi Leeatau kitab peribadatan, 9 Ciu Lee atau kitab kesusilaan Dinasti Ciu dan 9 Lee ki atau catatan kesusilaan yang di tulis oleh murid dan pengikutnya.
- Chun Chiu King atau kitab sejarah zaman Chun Chiu, yang di tulis sendiri oleh Konfucius / honghuchu beserta tiga tafsir dan penjabarannya. Kitab-kitab tersebut adalah: (1) Chun Chiu Kong Yang Thoan atau babaran kitab Chun Chiu yang di tulis oleh Coo Khiu Bing, salah seorang sahabat dan murid Khonghuchu, (2) Chun Chi Kong Yang Thoan atau babaran Kitab Chun Chiu yang di tulis oleh Kong Yong Koo , (3) Chun Chiu Liang Thoan atau Kitab Chun Chia yang di tulis Kok Liang Chik juga seorang tokoh Konfusian.
Kaidah-kaidah peraturan keseimbangan maka Konfuse mengajarkan hal-hal
sebagai berikut:
- Orang harus menggunakan nama-nama baik dan benar
- Orang harus memiliki sifat-sifat yang di sebut “Chung Yung” yaitu sifat atau sikap yang senantiasa tetap berada di tengah-tengah antara hidup berlebih-lebihan dan kekurangan yang dapat memberikan keseimbangan terhadap perbuatan berlebih serta mengendalikan perbuatan-perbuatan tersebut sebelum terwujud.
- Orang harus menjaga lima hubungan timbal balik: Antara Ayah dan Anak, Antara saudara-saudara tua dengan saudara muda, Antara suami dan istri, Antara kawan yang lebih tua dengan yang lebih muda, Antara Raja dengan rakyat.
Khonghucu selalu menghindari pembicaraan tentang
metafisika, ketuhanan, jiwa dan berbagai hal yang gaib. Khonghucu tidak
meragukan tentang adanya lebih meneguhkan pemujaan terhadap leluhur, dengan kesetiaan
kepada sanak keluarga dan penghormatan terhadap kedua orang tua. Khonghucu
mengajarkan betapa penting artinya penghormatan dan ketaatan istri kepada
suami, dan rakyat terhadap penguasanya. Khonghucu berpendapat, hidup ini ada
dua nilai, yaitu: Yen dan Li.Yen artinya cinta atau keramahtamahan dalam
hubungan dengan seseorang, sedangkan Liartinya keserangkaian antara perilaku,
ibadah, adat istiadat, tatakrama dan sopan santun.
Khonghucu mengatakan bahwa ada tiga hal yang menjadi
tempat orang besar, yaitu kagum terhadap perintah Tuhan. Kagum terhadap orang-orang
penting dan kagum terhadap kata-kata yang bijaksana. Orang yang tidak kagum
terhadap tiga hal tersebut atau malahan berperilaku tidak sopan dan menghina
kata-kata bijaksana adalah orang-orang picik (Lu Yu 16:8).
Khonghucu berkeyakinan bahwa adanya Negara itu tidak
lain melayani kepentingan rakyat, bukan rakyat untuk penguasa Negara, maka
penguasa pemerintahan harus memberi contoh suri tauladan yang moralis terhadap rakyat
dan bukan bertindak lazim. Khonghucu berkata “apa yang kamu tidak suka orang
lain berbuat atas dirimu, jangan lakukan”.
Konghucu mengatakan bahwa pemerintah hanya meletakkan
dasar-dasar yang benar, jika ada pemimpin dengan contoh yang benar, siapa yang
berani menggugat anda ( Lun yu, 21:17 ). Jika penguasa berbuat benar, ia akan berpengaruh
terhadap rakyat tanpa perintah-perintah, jika penguasa sendiri berbuat tidak
benar, maka semua perintahnya menjadi tidak berguna ( Lun Yu, 13:16 ).
Dalam ucapan Khonghucu yang lain yaitu jika penguasa
meralat tindakan sendiri, bagi pemerintah itu soal yang mudah,jika ia tidak
meralat tindakannya sendiri, bagaimana ia bisa meralat orang lain (Lu Yu 13:13).
Pandangan Khonghucu tentang Dunia, bahwa dunia itu di bangun atas dasar moral,
jika masyarakat dan Negara rusak moralnya, maka begitu pula tatanan alam
menjadi terganggu, terjadilah bahaya peperangan, banjir, gempa, kemarau
panjang, penyakit merajalela dan lainnya, oleh karenanya manusia mempunyai
tempat terhomat yang tinggi harus di berkati dengan cahaya Ketuhanan. Khonghucu
mengatakan bahwa, bukan system yang membuat manusia itu hebat ( Lun Yu, 15:29
), Khonghucu percaya asal manusia itu baik dan akan kembali ke sifat yang baik,
oleh karenanya tidak di perlukan adanya juru selamat.
Manusia adalah guru yang berbudi, guru yang berbudi akan
berusaha bersungguh-sungguh mengajarkan ajaran-ajarannya serta menjadi contoh tauladan
yang baik bagi orang lain. Khonghucu sendiri menyatakan dirinya adalah seorang
Guru yang mendapat petunjuk dari Tuhan.
Sebagaimana di kemukakan dalam kitab Lun Yu tentang budi luhur antara
lain, adalah:
- Laksanakan apa yang di ajarkan, baru kemudian ajarkan apa yang di laksanakan
- Orang unggul, cerdas mengerti apa yang benar, orang yang kurang cerdas hanya mengerti apa yang ia jual
- Orang atasan selalu teringat bagaimana ia di hukum karena salahnya, orang rendah akan menyalahgunakan orang lain
- Orang atasan jika di hargai merasa senang tetapi tidak bangga bahwa orang bawahan itu bangga tetapi tidak di hargai
Agama Khonghucu memiliki ajaran di bidang kesusilaan
menekankan rasa setia kawan secara timbal balik, menanamkan rasa simpati dan
kerjasama di luar. Sebagaimana di ajarkan di kalangan masyarakat Khonghucu
sudah menjadi tradisi.
Meluruskan diri membina diri maksudnya yaitu:
- Adapun yang lebih ramai untuk membina diri harus lebih dahulu meluruskan hati, itu ialah: diri yang diliputi geram dan marah, tidak dapat berbuat lurus, yang diliputi takut dan khawatir tidak dapat berbuat lurus dan diliputi sifat suka dan gemar, kesal, tidak dapat berbuat lurus.
- Hati yang tidak pada tempatnya, sekalipun melihat takkan tampak, meski mendengar takkan terdengar, dan meski merasa takkan merasakan.
- Inilah sebabnya di katakana, bahwa untuk membina diri itu berpangkal pada meluruskan hati.
Dalam Kitab Suci Ko ong Kwam si im king (terjemahan
bebas oleh JTN). Ada beberapa hal yang saya kutip disini tentang salah satu
ajaran aama Khonghucu: Bila sedang
mendapat angin, jangan mengambil kesempatan untuk menindas orang lain. Saat
kita beruang, jangan berfoya-foya menghamburkan uang dan hanya mementingkan
kenikmatan diri sendiri. (menikmati kesenangan material sama dengan mengikis
jasa pahala).
Menipu orang, menindas orang, sama dengan mengikis jasa
pahala dan keberuntungan. Satu kali
marah, sama dengan satu kali sakit berat. Maka walaupun dihina, kita harus
belajar bersabar. Bila orang lain mencaci maki kita tanpa alasan, atau
memfitnah kita, kita harus berterima kasih kepadanya, karena dia telah
menghapuskan malapetaka kita, dan menimbun pahala bagi kita.
Berbuat amal, yang terpenting tidak perlu di ketahui
orang lain. Harus dilakukan dengan tulus, wajar, dan setelah itu tidak perlu
diingat terus. Dengan demikian, walau amalnya kecil, namun pahalanya amat
besar. Bila beramal degan tujuan terselubung, dan berharap mendapatkan balas
budi, maka walau beramal seumur hidup pahalanya terbatas. Ini yang disebut “nasib
yang diam”di tentukan oleh yang maha kuasa. Orang bijak zaman dahulu pernah
berkata : ”Barang yang disimpan, belum tentu menjadi milik sendiri”. Karena
harta kekayaan menjadi milik bersama 5 pihak. Bila api datang, maka segera
menjadi abu; bila air datang, maka akan segera terhanyut semuanya; bila ketemu
pencuri, maka akan disikat habis; bila ketemu pejabat yang korup, maka akan
difitnah atau dijebak sehingga hartanya dirampas; bila mempunyai anak durhaka, maka
semua hartanya akan dihambur-hamburkan sampai ludes. Oleh karenanya hanya
dengan bersedekah untuk membantu sesama, baru benarbenar menjadi milik sendiri.
Orang yang tidak memiliki keberuntungan, saat menghadapi
sesuatu dia selalu berfikir kesisi yang buruk, maka yang diperoleh hanya
penderitaan dan kegagalan. Orang yang memiliki keberuntungan, saat menghadapi sesuatu
dia selalu memandang sisi baiknya, dengan sendirinya dalam perjalanan hidup ini
dia sering menjumpai banyak keberuntungan yang sulit di mengerti; sehingga
kemalangan dapat berubah menjadi keberuntungan, dan bahaya dapat berubah
menjadi aman.
Tags
Psikologi Agama