Dalam keuniversalan akhlak, Abudin Nata
berhasil menemukan ciri-ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu sebagi
berikut:
- Perbuatan akhlak telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadian.
- Perbuatan akhlak dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran
- Perbuatan timbul dari orang yang mengerjakannya, tanpa paksaan atau tekanan dari luar.
- Dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
- Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.
Etika merupakan ilmu yang menyelidiki
perbuatan atau tingkah laku manusia mana
yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan sejauh yang diketahui oleh
akal pikiran. Etika berhubungan dengan empat hal. Pertama dari segi objek,
etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan manusia. kedua dari segi
sumber, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sehingga tidak
bersifat mutlak, absolut, dan universal. Ketiga dari segi fungsi, etika
berfungsi sebagai penilaian, penentu, dan penetap terhadap suatu perbuatan yang
dilakukan oleh manusia apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk,
mulia, terhormat, hina, dan sebagainya.
Moral adalah istilah yang digunakan untuk
memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik
atau buruk, benar atau salah. Moral bersifat universal, sedangkan etika
bersifat kultural. Dalam menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk
menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, tolak ukur yang digunakan moral
adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang serta berlangsung di masyarakat.
Dengan demikian, etika lebih bersifat teoritis, konseptual, sedangkan moral
berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di
masyarakat.
Maka
ketika menyentuh dataran parktis, seperti menghormati merupakan moral,
sedangkan rasa menghormati merupakan etika. Sehingga etika merupakan teknis
dari moral itu sendiri. Karena bersifat kultural, maka etika dari suatu
masyarakat ke masyarakat lain berbeda. Dengan demikian etika terkait dengan
nilai, norma, dan budaya yang dianggap baik menurut suatu masyarakat tertentu.
Sedangkan
susila yang berasal dari bahasa Sansekerta, su berarti
baik, bagus, dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau
norma. Secara terminologis cukuplah dikatakan susila sebagai pedoman untuk
membimbing orang agar berjalan dengan baik juga berdasarkan pada nilai-nilai
yang berkembang dalam masyarakat dan mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik
oleh masyarakat.
Berangkat
dari uraian di atas, secara fungsional dan perannya, keempat istilah tersebut
sama, menentukan penilaian terhadap perbuatan manusia baik atau buruk serta
menghendaki tatanan sosial yang baik, teratur, tentram, dan aman. Perbedaan
mencolok terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan
buruk. Etika bersifat teoritis sehingga penilaian baik dan buruk berdasarkan
pendapat akal dan pikiran, sedangkan moral dan susila lebih bersifat praktis
berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat. Selanjutnya akhlak
memiliki sumber independen dan fundamental dalam menentukan baik dan buruk
yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Secara bersama-sama etika, moral, dan susila
bersifat temporer, terbatas, dan terkait dengan lokal tetentu. Berbeda dengan
akhlak yang bersifat mutlak, absolut, dan universal.
Akan
tetapi, keempat istilah tersebut tetap saling berhubungan dan membutuhkan.
Karena pada dasarnya agama yang menjadi sumber akhlak memiliki fungsi yang amat
kental dalam menyusun tatanan hidup dan budaya manusia.
Tags
Etika