Dengan
mempelajari al-Qur’an dan al-Hadis serta pendapat para ulama, kita dapat menerapkan
beberapa metode pendidikan Islam, antara lain: metode suri teladan, metode
kisah-kisah, metode Pendidikan nasihat, metode perumpamaan, metode ganjaran dan
hukuman, dan metode pembiasaan.
Agar
sedikit lebih jelas, masing-masing metode ini akan dijelaskan satu persatu
secara sederhana:
Metode Suri Teladan
Keteladanan
dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling meyakinkan
keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, spiritual, dan social. Hal
ini, karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak yang akan
ditirunya dalam tindak tanduknya, dan tata santunnya, disadari atau tidak,
bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran pendidik tersebut, baik
dalam ucapan atau perbuatan, baik materiil atau spiritual, diketahui atau tidak
diketahui.
Kata
teladan dalam al-Qur’an diproyeksikan dengan kata uswah yang kemudian diberi
sifat dibelakangnya seperti h}asanah yang berarti baik. Sehingga terdapat
ungkapan uswatun hasanah yang artinya teladan yang baik. Kata-kata uswah dalam
al-Qur’an diulang sebanyak enam kali dengan mengambil sampel pada diri Nabi,
yaitu Nabi Muhammad Saw., Nabi Ibrahim, dan kaum yang beriman teguh kepada
Allah. Ayat 21 surat al-Ahza>b, sering diangkat sebagai bukti adanya metode keteladanan dalam al- Qur’an.
Teladan
yang baik adalah menyelaraskan perkataan dan perbuatan dalam satu kesatuan yang
tak terpisahkan. Seorang ayah tidak hanya tidak cukup hanya memiliki wawasan
keislaman yang bagus untuk mengarahkan anak-anaknya. Orang tua juga tidak bisa
hanya sekedar memerintahkan anak-anaknya untu merealisasikan apa yang telah
diperintahkan kepada mereka.
Dalam
praktik pendidikan dan pengajaran, metode ini dilaksanakan dalam dua cara,
yaitu cara langsung (direct) dan tidak langsung (indirect). Secara langsung
maksudnya bahwa pendidik itu sendiri harus benar-benar menjadikan dirinya
sebagai contoh teladan yang baik terhadap anak. Sedangkan secara tidak langsung
dimaksudkan melalui cerita dan riwayat para nabi, kisah-kisah orang besar,
pahlawan dan syuhada. Melalui kisah dan riwayat ini diharapkan anak akan
menjadikan tokoh-tokoh ini sebagai figure.
Metode kisah-kisah
Dalam
pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti
dengan bentuk penyampaian lain dari bahasa. Muh}ammad Qut}b sebagaimana dikutip
oleh Abudin Nata mengemukakan bahwa kisah atau cerita sebagai suatu metode
pendidikan mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat
alamiyah manusia untuk menyenangi cerita itu, dan menyadari pengaruhnya yang
besar terhadap perasaan. Oleh karena itu, Islam mengekploitasi cerita itu untuk
dijadikan salah satu teknik pendidikan. Untuk maksud dan tujuan tersebut,
al-Qur’an mengungkapkan kata-kata qasas sebanyak 44 kali.
Metode
kisah-kisah ialah pendidik mengajar anak untuk merenungkan dan memikirkan
kejadian-kejadian yang ada melalui kisah-kisah dan peristiwa yang terjadi pada
masa lalu. Al-Qur’an datang dengan membawa cerita-cerita kependidikan yang
sangat berguna untuk pembinaan akhlak dan ruhani manusia. Allah berfirman: “Kami menceritakan kepadamu
kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu,” (QS. Yusuf: 3)
. “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Yusuf:111)
Diantara
contoh-contoh kisah dalam al-Qur’an adalah kisah dua orang anak Nabi Adam,
yaitu Qabil dan Habil yang terdapat dalam surat al-Maidah. Kisah tersebut
menggambarkan sifat hasud dan dengki yang dipunyai Qabil terhadap saudaranya Habil.
Disamping itu juga rasa kasih sayang atau toleransi yang dimiliki Habil. Kisah
ini diakhiri dengan gambaran betapa rendahnya dan hinanya orang yang yang
memiliki sifat hasud sehingga ia benar- benar malu kepada burung gagak.
Metode Pendidikan nasihat
Didalam
jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang didengar.
Pembawan itu biasanya tidak tetap, dan oleh karena itu, kata-kata itu harus
diulang-ulangi. Nasihat yang
berpengaruh, membuka jalannya ke dalam jiwa secara langsung melalui perasaan.
Al-Qur’an
mengungkapkan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia
kepada ide yang dikehendakinya. Inilah yang kemudian dikenal senagai
nasi>h}ah. Tatapi nasihat yang disampaikan ini selalu disertai denga panutan
atau teladan dari si pemberi atau penyampai nasihat itu. Hal ini, menunjukan
bahwa antara satu metode yakni nasihat dengan metode lain yang dalam hal ini
adalah teladan bersifat saling melengkapi.
Menurut Asnelly Ilyas materi pokok yang
mesti terkandung dalam nasihat ada tiga, yaitu:
- Tentang peringatan kebaikan atau kebenaran yang harus dilakukan seseorang.
- Motivasi atau dorongan untuk beramal dan menunjukan ke arah akhirat.
- Tentang peringatan adanya kemadaratan yang harus dihindarkan, baik yang menimpa dirinya maupun orang lain.
Metode Perumpamaan
Pendidikan
perumpamaan dilakukan dengan menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang
kebaikan dan keburukannya telah diketahui secara umum, seperti menyerupakan
orang-orang musyrik yang menjadikan pelindung selain Allah dengan laba-laba
yang membuat rumahnya. Allah berfirman: “Perumpamaan orang-orang yang mengambil
pelindung- pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah.
dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka
mengetahui” (QS. al-‘Ankabut: 41).
Tujuan pedagogis yang paling penting yang
dapat ditarik dari perumpamaan adalah:
- Mendekatkan makna pada pemahaman.
- Merangsang kesan dan pesan yang berkaitan dengan makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut.
- Mendidik akal supaya berpikir benar dan menggunakan kias yang logis dan sehat.
- Menggerakkan perasaan yang menggugah kehendak dan mendorongnya untuk melakukan amal yang baik dan menjauhi kemungkaran.
Metode Ganjaran dan Hukuman
Maksud
metode ganjaran dan hukuman adalah, metode yang dilakukan dengan memberi
ganjaran pada peserta didik yang berprestasi dan hukuman bagi mereka yang
melanggar dan lemah. Metode ganjaran dapat diberikan kepada peserta didik
dengan syarat bahwa hadiah yang diberikan terdapat relevansi dengan kebutuhan
pendidikan. Demikian juga hukuman yang diberikan harus mengandung makna
edukatif.
Metode Pembiasaan
Kebiasan
timbul dari pengulangan. Bila, misalnya, guru setiap masuk kelas mengucapkan
salam, itu dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk membiasakan penyebaran
salam dan sekaligus sebagai contoh bagi semua siswanya. Bila sebaliknya, ada
siswa yang masuk kelas tanpa mengucapkan salam, maka gurunya harus
mengingatkannya tentang perlunya membiasakan diri mengucapkan salam.
Dalam
pembinaan sikap, metode pembiasaan sangat efektif. Anak-anak yang oleh orang
tuanya dibiasakan bangun pagi, misalnya, akan menjadikan bangun pagi itu
sebagai suatu kebiasaan hidupnya, sehingga pekerjaan tersebut tidak lagi
memberatkan dirinya dan tidak dipandang sebagai suatu kewajiban lagi tetapi
hanya sebagai kebiasaan. Rasa berat, enggan atau marasa terpaksa melakukan
suatu perbuatan pada intinya disebabkan belum terbiasa melakukannya.
Sebaliknya, kemudahan yang dirasakan orang dalam melakukan suatu perbuatan
disebabkan oleh kebiasaan orang tersebut di dalam melakukannya. Dari sini
timbul peribahasa: “Tuhan bisa karena kuasa dan manusia bisa karena terbiasa.”
Pembiasaan
tidak hanya penting bagi anak-anak tetapi juga bagi orang dewasa. Namun
demikian, para ahli psikologi sepakat bahwa pembiasaan sejak dini, baik dalam
bidang menguasai keahlian praktis maupun memahami konsep-konsep teoritis, akan
lebih besar pengaruhnya daripada pembiasaan sudah dewasa. Peribahasa
mengatakan: “Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, sedangkan
belajar setelah dewasa bagaikan mengukir di atas air.” Perlu ditekankan sekali
lagi bahwa kebiasaan timbul dari pengulangan. Karena itu, pembiasaan sejak dini
tingkat pengulangannya akan jauh lebih sering daripada sesudah dewasa.
Tags
Islam