Bahwa nama atau sebutan untuk neurosis
diberikan berdasarkan gejala yang paling menjonjol atau paling kuat. Atas dasar
kriteria ini para ahli mengemukakan jenis-jenis neurosis sebagai berikut (W.F.
Maramis, 1980).
Neurosis
cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak
ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat
mengambang bebas, apa saja dapat
menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan yang dialami sangat hebat maka
terjadi kepanikan. Adapun gejala-gejala neurosis cemas adalah Gejala-gejala
neurosis cemas:
- Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst.
- Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak mampu, dst.
Faktor
penyeban neurosis cemas
Menurut
Maramis (1980), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara
psikodinamik berhubungan dengan faktor- faktor yang menahun seperti kemarahan
yang dipendam.
Terapi
untuk penderita neurosis cemas
Terapi
untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan
atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan.
Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita.
Ada beberapa jenis terapi yang dapat dipilih untuk menyembuhkan neurosis cemas,
yaitu:
- psikoterapi individual
- psikoterapi kelompok
- psikoterapi analitik
- sosioterapi
- terapi seni kreatif
- terapi kerja
- terapi perilaku
- farmakoterapi
Histeria
Gejala-gejala
hysteria
Histeria
merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional yang tidak
terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap
rangsang- rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan
jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala- gejala sering
timbul dan hilang secara tiba-tiba, teruma bila penderita menghadapi situasi
yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat.
Jenis-jenis
histeria
Histeria
digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor dan reaksi
disosiasi atau histeria mayor.
- Histeria minor atau reaksi konversi Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga disebut reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala : lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli, dst.
- Histeria mayor atau reaksi disosiasi Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang alami penderita demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu dengan lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue, dan kepribadian ganda.
Faktor
penyebab histeria
Menurut
Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman traumatis (pengalaman
menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke dalam alam tidak sadar.
Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan pengalaman tersebut. Namun
pengalaman traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja, melainkan
ada dalam alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat muncul kedalam sadar
tetapi dalam bentuk gannguan jiwa.
Terapi
terhadap penderita hysteria
Ada
beberapa teknik terapi yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan hysteria yaitu:
- Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph Breuer);
- Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund Freud);
- Psikoterapi suportif.
- Farmakoterapi.
Neurosis
fobik
Gejala-gejala
neurosis fobik
Neurosis
fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu rasa takut
yang hebat yang bersifat irasional, terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia
dapat menyebabkan timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual,
panik, berkeringat, dst. Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya menurut
faktor yang menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :
- Hematophobia : takut melihat darah
- Hydrophobia : takut pada air
- Pyrophibia : takut pada api
- Acrophobia : takut berada di tempat yang tinggi
Faktor
penyebab neurosis fobik
Neurosis
fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutan dan shock hebat
berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan
bersalah. Pengalaman traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam
ketidak sadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan
muncul bila ada rangsangan serupa.
Terapi
untuk penderita neurosis fobik
Menurut
Maramis, neurosa fobik sulit untuk dihilangkan sama sekali bila gangguan
tersebut telah lama diderita atau berdasarkan fobi pada masa kanak-kanak. Namun
bila gangguan tersebut relatif baru dialami proses penyembuhannya lebih mudah.
Teknik terapi yang dapat dilakukan untuk penderita neurosis fobik adalah:
- Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar penderita memahami apa yang sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
- Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap kali penderita merasa takut dia diberi rangsang yang tidak menyenavgkan.
- Terapi kelompok.
- Manipulasi lingkungan.
Neurosis
obsesif-kompulsif
Gejala-gejala
neurosis obsesif-kompulsif
Istilah
obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau menguasai
kesadaran dan istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak
dapat ditahan untuk tidak dilakukan, meskipun sebenarnya perbuatan tersebut
tidak perlu dilakukan. Contoh
obsesif-kompulsif antara lain;
- Kleptomania: keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia tidak membutuhkan barang yang ia curi.
- Pyromania: keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar sesuatu
- Wanderlust: keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian.
- Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus menerus.
Faktor
penyebab neurosis obsesif-kompulsif
Neurosis
jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut (Yulia D., 2000).
- Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan.
- Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa lalu (masa kecil).
Terapi
untuk penderita neurosis obsesif-kompulsif
- psikoterapi suportif;
- penjelasan dan pendidikan;
- terapi perilaku.
Neurosis
depresif
Gejala-gejala
neurosis depresif
Neurosis
depresif merupakan neurosis dengan gangguang utama pada perasaan dengan
ciri-ciri : kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri.
Gejala-gejala utama gangguan jiwa ini adalah:
- gejala jasmaniah: senantiasa lelah.
- gejala psikologis: sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia, ingin mengakhiri hidupnya, dst.
Faktor
penyebab neurosis depresif
Menurut
hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D. Burns (1988), bahwa
depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat tentang kenyataan, tetapi
merupakan produk “keterpelesetan’ mental, bahwa depresi bukanlah sua tu gangguan
emosional sama sekali, melainkan akibat dari adanya distorsi kognitif atau
pemikiran yang negatif, yang kemudian menciptakan suasana jiwa, terutama
perasaan yang negatif pula.
Burns
berpendapat bahwa persepsi individu terhadap realitas tidak selalu bersifat
objektif. Individu memahami realitas bukan bagaimana sebenarnya realitas
tersebut, melainkan bagaimana realitas
tersebut ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan bertentangan dengan
realitas sebenarnya. Konsepsi tersebut
kemudian oleh Burns dijelaskan dengan visualisasi sebagai berikut (1988).
Terapi
untuk penderita neurosis depresif
Untuk
menyembukan depresi, Burns (1988) telah mengembang-kan teknik terapi dengan
prinsip yang disebut terapi kognitif, yang dilakukan dengan prinsip sebagai
berikut.
- Bahwa pemikiran negative menyebabkan kekacauan emosional. Terapi kognitif dilakukan dengan cara membetulkan pikiran yang salah, yang telah menyebabkan terjadinya kekacauan emosional.
- Jika depresi sedang terjadi maka berarti pemikiran telah dikuasai oleh kekeliruan yang mendalam.
- Bahwa semua rasa murung disebabkan oleh kesadaran atau pemikiran ang bersangkutan.
Terapi
kognitif dilakukan dengan cara membetulkan pikiran yang salah, yang telah
menyebabkan terjadinya kekacauan emosional. Selain terapi kognitif, bisa pula
pendrita depresi mendapatkan farmakoterapi.
Neurasthenia
Gejala-gejala
neurasthenia
Neurasthenia
disebutjuga penyakit payah. Gejala utama gangguan ini adalah tidak bersemangat,
cepat lelah meskipun hanya mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil, dan
kemampuan berpikir menurun. Di samping gejala-gejala utama tersebut juga
terdapat gejala- gejala tambahan, yaitu insomnia, kepala pusing, sering merasa
dihinggapi bermacam-macam penyakit, dst.
Faktor
penyebab neurasthenia
Neurasthenia
dapat terjadi karena beberapa faktor (Zakiah Daradjat, 1983), yaitu sebagai
berikut.
- Terlalu lama menekan perasaan, pertentangan batin, kecemasan.
- Terhalanginya keinginan-keinginan.
- Sering gagal dalam menghadapi persaingan-persaingan
Terapi
untuk penderita neurasthenia
Upaya
membantu penyembuahn penderita neurasthenia dapat dilakukan dengan teknik
terapi sebagai berikut.
- Psikoterapi supportif;
- Terapi olah raga;
- Farmakoterapi.