Fitur produk dan jasa
Kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa secara signifikan
dipengaruhi oleh evaluasi pelanggan terhadap fitur produk atau jasa. Untuk jasa
perbankan, fitur yang penting meliputi karyawan yang sangat membantu dan sopan,
ruang transaksi yang nyaman, sarana pelayanan yang menyenangkan, dan
sebagainya. Dalam melakukan studi kepuasan, banyak perusahaan menggunakan
kelompok fokus untuk menentukan fitur dan atribut penting dari jasa dan
kemudian mengukur persepsi pelanggan terhadap fitur tersebut. Penelitian juga
menunjukkan bahwa pelanggan jasa akan membuat trade-off antara fitur jasa yang
berbeda (misalnya, tingkat harga dengankualitas, atau dengan keramahan
karyawan), tergantung pada tipe jasa yang dievaluasi dan tingkat kekritisan
jasa.
Emosi pelanggan
Emosi juga dapat mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap produk atau
jasa. Emosi ini dapat stabil, seperti keadaan pikiran atau perasaan atau
kepuasan hidup. Pikiran atau perasaan pelanggan (good mood atau bad mood) dapat
mempengaruhi respon pelanggan terhadap jasa. Emosi spesifik juga dapat
disebabkan oleh pengalaman konsumsi, yang mempengaruhi kepuasan pelanggan
terhadap jasa. Emosi positif seperti perasaan bahagia, senang, gembira akan
meningkatkan kepuasan pelanggan. Sebaliknya, emosi negatif seperti kesedihan,
duka, penyesalan dan kemarahan dapat menurunkan tingkat kepuasan.
Atribusi untuk keberhasilan atau kegagalan jasa
Atribusi – penyebab yang dirasakan dari suatu peristiwa – mempengaruhi
persepsi dari kepuasan. Ketika pelanggan dikejutkan dengan hasil (jasa lebih
baik atau lebih buruk dari yang diharapkan), pelanggan cenderung untuk melihat
alasan, dan penilaian mereka terhadap alasan dapat mempengaruhi kepuasan.
Misalnya, ketika nasabah gagal menarik uang dari ATM maka ia akan mencari
alasan mengapa ATM tidak dapat berfungsi. Apabila tidak berfungsinya ATM
disebabkan oleh matinya aliran listrik PLN maka hal ini tidak akan mempengaruhi
kepuasannya terhadap bank tertentu.
Persepsi terhadap kewajaran dan keadilan (equity and fairness)
Kepuasan pelanggan juga dipengaruhi oleh persepsi pelanggan terhadap
kewajaran dan keadilan. Pelanggan bertanya pada diri mereka: Apakah saya
diperlakukan secara baik dibandingkan dengan pelanggan lain? Apakah pelanggan
lain mendapat pelayanan yang lebih baik, harga yang lebih baik, atau kualitas
jasa yang lebih baik? Apakah saya membayar dengan harga yang wajar untuk jasa
yang saya beli? Dugaan mengenai equity dan fairness adalah penting bagi
persepsi kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa.
Pelanggan lain, keluarga, dan rekan kerja
Kepuasan pelanggan juga dipengaruhi oleh orang lain. Misalnya, kepuasan
terhadap perjalanan liburan keluarga adalah fenomena yang dinamis, dipengaruhi
oleh reaksi dan ekspresi oleh anggota keluarga selama liburan. Kemudian, apakah
ekspresi kepuasan atau ketidakpuasan anggota keluarga terhadap perjalanan
dipengaruhi oleh cerita yang diceritakan kembali diantara keluarga dan memori
mengenai suatu peristiwa.
Menurut Kotler (1997) dalam kutipan Rambat Lupioadi (2001), ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, antara lain:
- Kualitas produk. Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
- Kualitas pelayanan. Terutama untuk industri jasa. Pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan.
- Emosional. Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai sosial atau self-esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek tertentu.
- Harga. Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggannya.
- Biaya. Pelanggan yang tidak mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa itu.
Apabila ditinjau lebih lanjut, pencapaian kepuasan pelanggan melalui
kualitas pelayanan dapat ditingkatkan dengan beberapa pendekatan sebagai
berikut (Kotler,1997):
- Memperkecil kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara pihak manajemen dan pelanggan.
- Perusahaan harus mampu membangun komitmen bersama untuk menciptakan visi di dalam perbaikan proses pelayanan. Yang termasuk di dalamnya adalah memperbaiki cara berfikir, perilaku, kemampuan dan pengetahuan darisemua sumber daya yang ada.
- Memberi kesempatan kepada pelanggan untuk menyampaikan keluhan. Dengan membentuk complaint and suggestion system misalnya dengan hotline bebas pulsa.
- Mengembangkan dan menerapkan accountable, proactive, dan partnership marketing sesuai dengan situasi pemasaran. Perusahaan menghubungi pelanggan setelah proses pelayanan terjadi untuk mengetahui kepuasan dan harapan (accountable). Perusahaan menghubungi pelanggan dari waktu ke waktu untuk mengetahui perkembangan pelayanan (proactive). Sedangkan partnership marketing adalah pendekatan dimana perusahaan membangun kedekatan dengan pelanggan yang bermanfaat untuk meningkatkan citra dan posisi perusahaan di pasar.
Pada dasarnya kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan
atas produk akan berpengaruh pada pola perilaku selanjutnya. Hal ini
ditunjukkan pelanggan setelah terjadi proses pembelian (postpurchase action) (Kotler,
1997). Apabila pelanggan merasa puas, maka dia akan menunjukkan besarnya
kemungkinan untuk kembali. Pelanggan yang puas juga cenderung akan memberikan
referensi yang baik terhadap produk dan jasa kepada orang lain.
Tidak demikian dengan pelanggan yang merasa tidak puas
(dissatisfied). Pelanggan yang tidak puas dapat melakukan tindakan pengembalian
produk, atau secara ekstrim dapat mengajukan gugatan terhadap perusahaan
melalui seorang pengacara.
Tags
Psikologi Konsumen