Zat Selenium
tubuh berasal dari makanan dan minuman. Daging dan makanan laut mempunyai
kandungan selenium yang tinggi. Kandungan total selenium dalam tubuh bervariasi
antara 3mg sampai 20,3 mg. Distribusi selenium pada tubuh paling banyak
terdapat di hepar, ginjal, otot dan plasma. Absorbsi selenium terjadi di
duodenum dengan besar penyerapan 50% sampai 100% dan diekskresikan melalui urine, feses dan
pernafasan. Kebutuhan selenium (berdasarkan RDA) untuk anak sebesar 20
mcgr/hari sedangkan untuk dewasa sebesar
55 mcg/hari.
Enzim
glutathione peroksidase terdiri dari 4 atom selenium yang terikat sebagai
selenocystein. Enzim ini terdiri dari 4 tipe, yaitu seluler glutathione
peroksidase (cGPx), ekstraseluler glutathione peroksidase (eGPx),
gastrointestinal glutathione peroksidase (GPx-GI) dan fosfolipid glutathione
peroksidase (PhGPx). Enzim glutathione peroksidase mencegah kerusakan sel
dengan cara mengkatalisa peroksida menjadi air dan oksigen. Karena kemampuannya
inilah maka enzim ini disebut sebagai enzim antioksidan.
Oksidan
(radikal bebas) adalah molekul dimana elektron yang terletak pada lintasan
paling luar tidak mempunyai pasangan. Di dalam tubuh, radikal bebas yang paling
banyak terbentuk adalah superokside. Superokside dapat dirubah menjadi hydrogen
peroksida. Hidrogen peroksida kemudian diubah menjadi radikal hidroksil.
Radikal hidroksil inilah yang dapat menyebabkan peroksidasi lipid pada membran sel
sehingga terjadi kerusakan sel.
Dalam keadaan normal, oksidan yang terbentuk dapat
dinetralisir oleh antioksidan. Antioksidan dalam tubuh terdiri dari antioksidan
enzimatik dan non enzimatik. Glutathione peroksidase adalah antioksidan
enzimatik.
Sebagai komponen dari enzim yang berfungsi sebagai
antioksidan, selenium telah dihubungkan dengan berbagai penyakit, seperti
penyakit kardiovaskuler (aterosklerosis, miokard infark dan kardiomiopati),
penyakit paru-paru (asma, kistik fibrosis), penyakit gastrointestinal (penyakit
Crohn’s), penyakit virus (penyakit Keshan, influenza dan HIV), kanker, sistem
imun, penyakit sendi (penyakit Kashin- Beck) dan infertilitas pada
laki-laki. Keracunan selenium dapat terjadi
akut maupun kronis. Keracunan akut dan fatal terjadi karena kecelakaan atau
usaha bunuh diri dengan menelan sejumlah besar selenium. Keracunan kronis
selenium terjadi dengan menelan dosis yang lebih kecil dalam waktu lama.
Gejala-gejala yang umum ditemukan pada selenosis adalah rambut rontok, kuku
yang rapuh, gangguan pencernaan, dermatitis, bau nafas seperti bau bawang, rasa
metalik, kelemahan dan bahkan kematian.
Tags
Gizi dan Nutrisi