Psychoanalaytic theory : ”Saya mencintai
kamu karena kamu memberi makan kepada saya”
Menurut
Freud, bayi masih dalam tahap ”oral” dimana kepuasan diperolehnya dari mengisap
objek yang dimasukkan ke mulut sehingga bayi akan tertarik kepada siapa saja
yang dapat memberinya kepuasan oral. Karena biasanya ibu yang memberikan
kenikmatan oral kepada bayi melalui menyusui, maka hal tersebut logis jika
Freud menyebutkan bahwa ibu akan menjadi objek primer bayi dalam menunjukkan
perasaan aman dan kasih sayang karena ibu yang paling baik dalam menyusui
mereka. Erik Erikson juga percaya bahwa
kegiatan menyusui yang dilakukan ibu akan mempengaruhi kekuatan perasaan aman
yang ditunjukkan bayi melalui attachment bayinya. Erikson mengatakan bahwa
keseluruhan respon yang diberikan ibu kepada bayinya lebih penting daripada
kegiatan menyusui itu sendiri. Menurut Erikson, seorang pengasuh yang konsisten
dalam merespon kebutuhan bayi akan mengembangkan perasaan trust kepada orang
lain, sedangkan pengasuh yang tidak responsif dan tidak konsisten akan
menimbulkan perasaan mistrust.
Erikson juga menambahkan bahwa anak- anak yang belajar
untuk tidak trust kepada pengasuhnya selama masa bayi akan menghindari atau
akan menjadi ragu-ragu dalam membangun hubungan yang harus saling mempercayai
(close mutual-trust relationship) sepanjang hidupnya.
Learning theory : ”Pemberian reward mengarah kepada rasa cinta”
Para ahli teori learning berasumsi bahwa bayi akan
attached terhadap seseorang yang memberi mereka makan dan memuaskan
kebutuhannya. Menyusui dipandang sebagai hal yang penting karena dua alasan.
Pertama, karena hal tersebut dapat menimbulkan respon positif dari bayi
(seperti tersenyum) yang akan meningkatkan kasih sayang terhadap bayi. Kedua,
menyusui adalah kesempatan bagi ibu untuk memberikan kenyamanan kepada bayi
seperti memberi makanan, kehangatan, sentuhan kasih sayang, kelembutan. Bayi
mulai menghubungkan ibunya dengan sensasi yang menyenangkan, sehingga ibunya
menjadi barang yang berharga baginya. Ketika sang ibu memperoleh status sebagai
secondary reinforcer, maka bayi akan attach dengan ibunya sehingga bayi akan
melakukan apapun (seperti tersenyum, bergumam, atau mengikuti) untuk menarik
perhatian dari individu yang dianggap penting baginya.
Cognitive-Developmental theory : ”Untuk mencintai kamu, saya harus
tahu kalau kamu ada di sana”
Teori cognitive-developmental jarang membahas orang dewasa
seperti apa yang akan menarik bagi bayi, tapi teori cognitive-developmantal
mengingatkan akan pentingnya karakter perkembangan dalam membentuk attachment
karena hal ini tergantung pada tingkat perkembangan kognitif bayi. Sebelum
terbentuknya attachment, bayi harus mampu membedakan orang yang dikenal dengan
orang asing. Bayi juga harus mengetahui bahwa ibunya mempunyai ”permanence”
terhadap dirinya, karena akan sulit untuk membentuk hubungan yang stabil dengan
seseorang jika dia merasa orang tersebut tidak ada untuknya. Itulah sebabnya
attachment pertama kali tebentuk pada usia 7 sampai 9 bulan dimana bayi telah
memasuki tahap keempat dari sensori motorik berdasakan teori Piaget, yaitu
tahap dimana bayi mulai mencari objek yang disembunyikan dari mereka.
Dalam percobaan yang dilakukan Barry Lester, ditemukan
bahwa bayi usia 9 bulan yang mempunyai skor lebih tinggi dalam object
permanence dimana mereka melakukan protes ketika mereka dipisah dari ibu
mereka, sedangkan anak dengan usia yang sama tapi skor object permanence yang
lebih rendah tidak melakukan tidakan protes apapun ketika mereka dipisahkan
dari siapapun. Kelihatannya hanya anak usia 9 bulan yang matang secara kognitif
mempunyai kebutuhan akan attachment primer dengan ibunya.
Ethological theory : “Mungkin saya lahir untuk dicintai”
Ahli etiologi lebih tertarik pada penekanan emotional
attachment sebagai awal dari perkembangan. Asumsi utama dari pendekatan
etiologi bahwa semua spesies, termasuk manusia dilahirkan dengan kecenderungan
perilaku bawaan yang akan berkontribusi dalam kelangsungan hidupnya dari
evolusi. Bowlby yang mendukung teori
psikoanalitik Freudian yang percaya bahwa perilaku yang dibawa sejak
lahir didesain untuk membentuk attachment antara bayi dengan pengasuhnya.
Dikatakan bahwa hubungan attachment bersifat adaptif, memberikan perlindungan
kepada bayi dan memenuhi kebutuhannya. Ahli etiologi berpendapat bahwa tujuan
jangka panjang dari adanya attachment primer adalah untuk mempertahankan
generasi selanjutnya untuk bertahan hidup, mempertahankan kelangsungan hidup
spesiesnya.
Tags
Perkembangan Anak