Pada tahun 1977 diimpor lagi ikan mas ras
yamato dan ras koi dari Jepang. Dalam perjalanannya ikan-ikan tersebut ada yang
disilangkan dengan ras lokal dan hanya beberapa saja yang masih dapat ditemukan
ras murninya, misalnya ikan mas koi. Sedangkan Indonesia sendiri memiliki
beberapa ras lokal seperti ras si nyonya, punten majalaya, merah, biru, hijau,
putih, hitam, kumpay dan kancra domas. Ikan mas sejarahnya berasal dari sungai
Danube dan laut Hitam. Pada awalnya ikan mas termasuk ikan liar, karena
sifatnya yang mudah berkembang biak dalam berbagai jenis dan kualitas air tawar
menyebabkan ikan ini menyebar ke seluruh dunia (Santoso 1999).
Sejarah
Perkembangan Ikan Mas di Indonesia
Menurut Suseno (2000), ikan Mas di Indonesia
berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan
budidaya yang sangat penting. Ikan Mas awalnya berasal dari Tiongkok Selatan.
Disebutkan, budi daya ikan Mas diketahui sudah berkembang di daerah Galuh
(Ciamis) Jawa Barat pada pertengahan abad ke-19. Masyarakat setempat sudah
menggunakan kakaban untuk pelekatan telur ikan Mas yang terbuat dari ijuk pada
tahun 1860, sehingga budi daya ikan Mas kolam di daerah Galuh disimpulkan sudah
berkembang berpuluh-puluh tahun sebelumnya.
Penyebaran ikan Mas di daerah Jawa lainnya,
terjadi pada permulaan abad ke-20, terutama sesudah terbentuk Jawatan Perikanan
Darat dari “Kementrian Pertanian” (Kemakmuran) saat itu. Dari Jawa, ikan Mas
kemudian dikembangkan ke Bukittinggi (Sumatera Barat) tahun 1892. Berikutnya
dikembangkan di Tondano (Minahasa, Sulawesi Utara) tahun 1895, daerah Bali
Selatan (Tabanan) tahun 1903, Ende (Flores, NTT) tahun 1932 dan Sulawesi
Selatan tahun 1935. Pada tahun 1927 atas permintaan Jawatan Perikanan Darat
saat itu juga mendatangkan jenis-jenis ikan Mas dari Negeri Belanda, yakni
jenis Galisia (Mas Gajah) dan kemudian tahun 1930 didatangkan lagi Mas jenis
Frankisia (Mas Kaca) (Rudianti dan Ekasari, 2009).
Menurut Suseno (2000), kedua jenis ikan Mas
tersebut sangat digemari oleh petani karena rasa dagingnya lebih sedap, padat,
durinya sedikit dan pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan ras-ras lokal yang
sudah berkembang di Indonesia sebelumnya. Pada tahun 1974, seperti yang
dikemukakan Suseno (2000), Indonesia mengimpor ikan Mas strain Taiwan, strain
Jerman dan ras fancy carp masing-masing dari Taiwan, Jerman dan Jepang. Sekitar
tahun 1977 Indonesia mengimpor ikan Mas strain Yamato dan strain Koi dari
Jepang. Strain-strain ikan Mas yang diimpor tersebut dalam perkembangannya
ternyata sulit dijaga kemurniannya karena berbaur dengan strain-strain ikan Mas
yang sudah ada di Indonesia sebelumnya sehingga terjadi persilangan dan
membentuk strain-strain baru.
Tags
Laut