Demam tifoid adalah penyakit infeksi usus
halus ditandai demam lebih 1 minggu mengalami gangguan saluran cerna dan
gangguan kesadaran disebabkan oleh kuman salmonella typhi (staf ilmu
keperawatan anak, 2005). Demam enterik adalah sindrom klinis sistemik yang
dihasilkan oleh organisme salmonella tertentu (Nelson, 2000).
Typhus Abdominalis adalah Penyakit infeksi
yang menyerang saluran pencernaan yang disebabkan oleh kuman salmonella typhosa
dengan masa inkubasi 10-14 hari ditandai dengan demam, muntah, sakit kepala,
nyeri perut (Mansjoer, 2000).
Dari beberapa pengertian di atas penulis
menyimpulkan typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus
yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi ditandai demam lebih dari 1 minggu.
Etiologi
Penyebab
Penyakit Typhus Abdominalis adalah salmonella typosa basil gram negatif yang
bergerak dengan bulu getar tidak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam
antigen.
- Antigen O. Somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida.
- Antigen H. Merupakan komponen protein dalam flagella.
- Antigen V1. (Kapsul) = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi antigen O terhadap fagotisosis, nilai normalnya negatif.
Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh
manusia akan menimbulkan pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut
agglutinin. Salmonella typhosa juga dapat memperoleh plasmid factor–R yang
berkaitan dengan resistensi terhadap multipel antibiotik.
Ada
3 spesies utama, yaitu:
- Salmonella typhosa (satu serotipe).
- Salmonella choleraesius (satu serotipe).
- Salmonella enteritidis (lebih dari 1500 serotipe).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya
agglutinin 0 dan H yang ditemukan titernya untuk diagnosis. Makin tinggi
titernya, makin besar kemungkinan pasien menderita typhus. Pada infeksi yang
aktif, titer uji widal akan meningkat. Pada pemeriksaan ulang yang dilakukan
selang paling sedikit 5 hari. Perlu diketahui bahwa ada jenis dari demam
thypoid yang mempunyai gejala hampir sama, hanya bedanya demam biasanya tidak
terlalu tinggi (lebih ringan) ialah yang terdapat pada paratifoid A, B, C,
untuk menemukan kuman penyebab perlu pemeriksaan darah seperti pasien
thypoid.
Etiologi demam tifoid sembilan puluh enam
persen kasus disebabkan salmonella typhii, sisanya disebabkan oleh salmonella
paratyphi (Pusponegoro, 2004; Rampengan, 2008).
Patofisiologi
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa
kuman/karier.
Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids)
dapat menyebarkan kuman ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan
tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama
terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan
kotoran (sanitasi) yang andal (Samsuridjal & heru , 2003).
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama
7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang
tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis (Soegijanto,
2002).
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan hasil
diserap di usus halus, melalui pembuluh limfe halus masuk ke dalam peredaran
darah sampai diorgan-organ terutama hati dan limfe. Basil yang tidak dihancurkan
berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan
membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk ke dalam darah
(bakterimia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid
usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak nyeri.
Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam
disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan
oleh kelainan usus (Ngastiyah, 2005) dan (Suriadi dan Rita Y: 2001).
Manifestasi
Klinik
Demam
typoid yang tidak diobati sering kali merupakan penyakit berat yang berlangsung
lama dan terjadi selama 4 minggu atau lebih:
- Minggu pertama: demam yang semakin meningkat, nyeri kepala, malaise, konstipasi, batuk non produktif, brakikardi relative.
- Minggu kedua: demam terus menerus, apatis, diare, distensi abdomen, ‘rose spot’ (dalam 30%), splenomegali (pada 75%).
- Minggu ketiga: demam terus menerus, delirium, mengantuk, distensi abdomen massif, diare ‘pea soup’.
- Minggu keempat: perbaikan bertahap pada semua gejala.
Setelah pemulihan, relaps dapat terjadi pada
10% kasus (jarang terjadi setelah terapi fluorokuinolon). Kasus dapat
berlangsung ringan atau tidak tampak. Kasus paratyphoid serupa dengan typhoid
namun biasanya lebih ringan.
Masa
tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal
(gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas), antara lain:
- Perasaan tidak enak badan
- Lesu
- Nyeri kepala dan pusing
- Diare
- Anoreksia
- Bradikardi relative
- Nyeri otot (Mandal, 2008)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien typhus abdominalis
menurut Rampengan, 2008; Widiastuti, 20014),
antara lain:
Perawatan
Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam
hilang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
Mobilisasi
bertahap
Mobilisasi
bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan. Diet yang diperoleh penderita typhus abdominalis yaitu
TKTP:
- Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring, bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kekambuhan penderita.
- Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
- Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari
Obat-obatan
- Klorampenikol.
- Triampenikol.
- Kotrimoxazol.
- Amoxilin dan ampicillin
Komplikasi
Komplikasi
penyakit typhus abdominalis menurut Mandal (2008), antara lain:
- Perdarahan dan perforasi usus(terutama pada minggu ketiga).
- Miokarditis.
- Neuropsikiatrik: Psikosis, ensefalomielitis.
- Kolesistitis, kolangitis, hepatitis, pneumonia, pancreatitis.
- Abses pada limpa, tulang atau ovarium(biasanya setelah pemulihan).
- Keadaan karier kronik(kultur urin / tinja positif setelah 3 bulan) terjadi pada 3% kasus(lebih sedikit setelah terapi fluorokuinolon).
Tags
Patologi