Penyakit infeksius pada ikan mas
Penyakit
ikan infeksius disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit. Sedangkan penyakit
non infeksius disebabkan oleh gangguan fisik seperti trauma fisik, zat kimia,
pH dan kekurangan nutrisi atau zat makanan. Virus yang sering menyerang ikan
mas adalah Koi Herpes Virus (KHV). Badan inklusi merupakan ciri spesifik yang
menandakan gangguan virus ini. KHV menyebabkan hiperplasia lamela sekunder
insang ikan mas, selain itu pada pemeriksaan darah akan menunjukan peningkatan
leukosit yang drastis (Amalia 2006). Koi Herpes Virus (KHV), merupakan penyakit
virus yang dikenal ganas sehingga meyebabkan kematian massal pada ikan mas.
Kasus kematian massal ikan mas karena KHV telah menyebar ke beberapa negara di
dunia (Oata 2001).
Jenis
parasit ikan air tawar (lele, mas, gurami, mujair dan patin) yang ditemukan
pada lokasi pemantauan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan DI
Yogyakarta adalah : Trichodina sp,
Dactylogyrus sp, Gyrodactylus sp, Ichthyopthirius sp, Glossatella sp,
Glocidium sp dan Copepoda sp. Jenis parasit yang dominan ditemukan adalah
Trichodina sp dan Dactylogyrus sp. Jenis bakteri ikan air tawar yang ditemukan
pada lokasi pemantauan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan DI
Yogyakarta adalah : Aeromonas hydrophila, Edwardsiella sp, Pseudomonas sp,
Staphylococcus sp dan Micrococcus sp. Jenis bakteri yang dominan ditemukan
adalah Aeromonas hydrophila. Pemeriksaan virus Koi Herpes virus (KHV) pada
lokasi pemantauan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan Yogyakarta
sebanyak 5 pemantauan menunjukkan hasil positif 20% dan negatif 80% (Anonim,
2008).
Parasit
yang menyerang ikan air tawar ada tujuh macam yaitu protozoa, coelenterata,
trematoda, nematoda, cestoda, moluska, dan arthropoda (Markevich, 1963).
Parasit yang biasa menyerang ikan yang dibudidayakan di kolam termasuk ikan mas
adalah protozoa dan cacing. Protozoa
dari golongan ciliata seperti Ichthiophthirius multifiliis, Trichodina sp. dan
Epistylis sp. merupakan jenis protozoa yang banyak ditemukan pada ikan mas
(Hoole et al 2001). Trichodina sp. adalah jenis protozoa yang digolongkan ke
dalam filum protozoa, sub pilum Ciliophora, sub kelas Peritrichia, ordo
Mobilina, Famili Urceolariidae dan genus Trichodina (Hoffman 1967). Gejala
klinis dari protozoa ini yaitu peningkatan mukus, letarghi, kerusakan kulit dan
sirip. Hiperplasia sekunder dan hipertropi epitel insang akan terlihat pada
kondisi kronis. Trikodiniasis menular melalui kontak langsung dengan ikan atau
air yang terkontaminasi (Irianto 2005).
Ichthiophthirius
multifiliis adalah jenis parasit yang digolongkan ke dalam phylum protozoa,
subphylum Ciliophora, kelas Ciliate, subkelas Holotichia, ordo Hymenostomatida,
famili Ophryoglenidae dan genus Ichthiophthirius multifiliis (Hoffman
1967). Parasit ini menyebabkan white
spot disease atau ich dan menginfeksi kulit, insang dan mata beberapa spesies
ikan air tawar. Gejala klinis yang terlihat adalah erupsi berat pada kulit.
Penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada ikan (Noble dan Noble 1989).
Cacing
termasuk parasit yang banyak menyerang ikan air tawar. Beberapa cacing
trematoda dan cestoda sering ditemukan pada ikan air tawar. Trematoda monogenea
merupakan parasit di kulit dan insang yang dapat menjadi indikasi kondisi
sanitasi. Infestasi cacing ini menyebabkan
iritasi, luka yang dalam pada kulit, produksi mukus meningkat dan
hiperplasia epitel. Luka yang terjadi dapat diikuti infeksi sekunder oleh
bakteri dan agen lainnya (Irianto 2005). Ada dua ordo dari kelas monogenea yang
biasa menyerang ikan air tawar. Ordo pertama Gyrodactylus dan ordo kedua yaitu
Dactylogyrus. Trematoda monogenea berbentuk pipih dengan ujung anterior yang
dilengkapi alat penempel berpengait serta alat hisap (sucker). Beberapa spesies
memiliki alat hisap di ventral tubuh atau di posterior. Seluruh trematoda
monogenea adalah hermaprodit dan memiliki siklus hidup langsung. Gyrodactylus
berhabitat di kulit dan insang, berbentuk seperti daun, tanpa bintik mata,
ujung kepala seperti huruf V serta memiliki orgen untuk menempel (opisthohaptor)
dengan dua anchor (kait berbentuk jangkar). Setiap anchor memiliki rata-rata 16
kait kecil. Cacing dewas bersifat vivipar, yaitu melepaskan larva yang
berbentuk seperti cacing dewasa. Larva ini akan menempel pada insang atau kulit
ikan. Cacing dewasa Dactylogyrus memiliki dua atau empat bintik mata dan
memiliki alat menempel yang berbentuk jangkar (opisthohaptor). Dactylogyrus
bersifat ovipar sehingga cacing dewasa akan melepaskan telur yang menetas
menjadi larva. Larva Dactylogyrus memiliki bulu getar sebagai alat gerak di air
untuk menuju inang (Markevich 1963).
Dactylogyrus
cenderung melekat pada insang dengan haptor, menginfeksi hampir semua ikan air
tawar terutama cryprinid. Hal ini merangsang sekresi mukus berlebihan dan dapat
menyebabkan tepi lamella insang tercabik atau luka. Pada infeksi berat akan
mengganggu penyerapan oksigen sehingga ikan akan kekurangan oksigen. Dactylogyrus membebaskan telur ke kolam
kemudian menetas menjadi larva berbulu getar yang berenang bebas hingga menemukan
inang yang sesuai. Waktu yang diperlukan dari telur hingga menjadi individu
dewasa sangat tergantung suhu, pada suhu 8,5-90C hanya perlu
beberapa hari, adapun pada suhu yang lebih rendah akan berlangsung beberapa
minggu hingga beberapa bulan (Irianto 2005). Trematoda dari ordo Digenea juga
ada yang menyerang ikan air tawar. Digenea berbeda dengan Monogenea karena
memiliki siklus hidup tidak langsung, sehingga memerlukan inang antara dalam
siklus hidupnya (Paperna 1996).
Cestoda
merupakan endoparasit yang memiliki bentuk khas yang dapat menginfeksi ikan.
Cacing dewasa hidup di usus ikan dan akan melepaskan telur yang mengandung
calon skolek dewasa bersama feses inang definitifnya. Telur ini akan termakan
inang antara dan akan menjadi protoskolek, apabila protoskolek ini termakan
inang definitif akan menjadi dewasa. Cestoda memiliki kepala (skolek) yang
dilengkapi batil hisap (suker atau bothria), leher dan segmen-segmen
(strobila). Di dalam segmen inilah terdapat testis dan ovarium sebagai alat
reproduksi, karena cestoda selain Dioecocestus adalah hermaprodit (Markevich
1963). Beberapa cestoda yang sering
menyerang ikan mas antara lain Ligula intestinalis, Bothriocephalus
acheilognathi dan Khawia sinensis (Anonim
2008b). Cestoda dapat menginfeksi saluran pencernaan, jaringan otot atau
organ lain. Pleroserkoid menyebabkan penurunan kualitas karkas ikan jika
dijumpai pada jaringan otot dan menyebabkan gangguan reproduksi jika
menginfeksi organ kelamin. Sejumlah kasus menunjukkan bahwa infeksi cestoda juga
menyebabkan kerusakan sejumlah organ seperti otak, mata dan jantung (Irianto
2005).
Beberapa
bakteri dari famili pseudomonadaceae ditemukan dapat menyebabkan kelainan
patologis pada ikan Cyprinid. Bakteri Aeromonas liquefaciens, Aeromonas
hidrophila dan Pseudomonas fluorescens dapat menyebabkan hemoragi septisemia.
Bakteri ini menyebabkan penyakit hemoragi septisemia atau Infectious dropsy
(Rubella; Redmouth; Red Pest; Fresh Water Eel Disease) (Bullock 1971).
Aeromonas hidrophila merupakan bekteri gram negatif, berbentuk batang dan
motil. Bakteri ini menyebabkan hemoragi septicemia atau MAS (Motile Aeromonas
Septicaemia) pada beragam spesies ikan air tawar (Irianto 2005). Gejala klinis infeksi Aeromonas hidrophila
bervariasi, tetapi umumnya ditunjukkan adanya hemoragi pada kulit, insang,
rongga mulut dan borok pada kulit yang dapat meluas ke jaringan otot.
Gejala klinis lainya seperti
eksoptalmia, asites, pembengkakan limpa dan ginjal. Secara histopatologi tampak
terjadinya nekrosa pada limpa, hati, ginjal dan jantung. Seringkali bakterimia
ditandai oleh penampakan sel-sel bakteri pada jaringan tersebut (Irianto 2005).
Pseudomonas
fluorescens merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang, dan motil dengan
flagella. Pseudomonas fluorescens menyerang ikan air tawar dan merupakan
patogen oportunistik. Secara umum tanda-tanda klinis infeksi Pseudomonas
fluorescens mirip dengan Aeromonas hidrophila antara lain terjadi hemoraghik
septicemia, hemoraghik pada insang dan ekor serta borok pada kulit (Irianto 2005).
Penyakit non infeksius pada ikan mas
Penyakit
non infeksius disebabkan oleh gangguan fisik seperti benturan, zat kimia, pH
dan kekurangan nutrisi atau zat makanan. Defisiensi zat makanan terjadi karena
kekurangan protein atau asam amino yang akan menyebabkan pertumbuhan terganggu
(Roberts 2001). Defisiensi vitamin juga akan menyebabkan abnormalitas pada
ikan. Defisiensi vitamin C menyebabkan skoliosis, hemoragi eksternal, erosi
sirip dan melanosis (Irianto 2005). Defisiensi vitamin C pada ikan menyebabkan
lordosis, skoliosis, stress, fraktur dan deformitas lamelar insang. Perubahan
patologi akibat dari defisiensi vitamin E yaitu degenerasi hyalin pada otot,
infiltrasi lemak subepikardial dan
proliferasi fibroblast (Roberts 2001).
Zat kimia
seperti pestisida yang digunakan untuk memberantas hama ikan terkadang
berakibat buruk pada ikan. Salah satu
diantaranya yaitu pyretrin yang sangat toksik bagi ikan dalam dosis rendah.
Piretrin mempunyai sifat menghambat fungsi respirasi. Pestisida lain toxisitasnya
relatif rendah apabila tercerna bersama makanan, tetapi berbahaya bila
terakumulasi di dalam tubuh organisme lain yang menjadi makanan ikan
(Roberts 2001).
Gangguan
fisik pada ikan terjadi karena penanganan ikan yang kurang tepat, misalnya
benturan, wadah yang terlalu kecil atau populasi yang terlalu padat. Beberapa
gas tertentu juga dapat menyebabkan gangguan pada ikan air tawar. Kekurangan
gas oksigen, nitrogen atau gas lain dapat menyebabkan kematian pada ikan.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi kesehatan ikan antara lain suhu, cahaya,
pH dan kepadatan populasi (Irianto 2005).
Tags
Laut