Sedangkan
menurut Soeroto, angkatan kerja dapat didefinisikan sebagai berikut:
Sebagian dari jumlah penduduk dalam usia kerja yang mempunyai dan yang
tidak mempunyai pekerjaan yang telah mampu dalam arti sehat fisik dan mental
secara yuridis tidak kehilangan kebebasannya untuk memilih dan melakukan pekerjaan
tanpa ada unsur paksaan (Soeroto, MA, 2002).
Dari
kedua batasan tadi dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa yang termaksud
angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas baik yang sedang
bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan, walaupun Soeroto tidak sependapat
dengan batasan usia minimum tetapi secara kualitatis telah memberikan makna
yang berarti.
Golongan
yang bekerja atau pekerja adalah angkatan kerja yang sudah aktif dalam
menghasilkan barang dan jasa. Kelompok ini terdiri dari orang yang bekerja
penuh dan setengah pengangguran. Yang termaksud dalam golongan bekerja penuh
adalah orang yang cukup dimanfaatkan dalam bekerja dari jumlah jam kerja,
produktivitas kerja dan penghasilan yang diperoleh.
Sedangkan
yang termaksud dalam golongan setengah menganggur adalah orang yang kurang
dimanfaatkan dalam bekerja baik dilihat dari segi jam kerja, produktivitas
kerja maupun dari segi penghasilan.
Golongan setengah pengangguran dapat
dikelompokkan atas:
- Setengah menganggur kentara, yaitu mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu atau rata-rata kurang dari 6 jam per hari.
- Setengah menganggur tidak kentara atau menganggur terselubung adalah mereka yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah.
Selanjutnya
yang disebut dengan pengangguran adalah angkatan kerja yang siap untuk bekerja
dan sedang berusaha untuk mencari pekerjaan.
Adapun menurut Hidayat yang termasuk
pencari kerja adalah:
- Golongan pencari kerja yang pertama sekali masuk angkatan kerja.
- Golongan yang melepaskan pekerjaan atas kehendak sendiri untuk mencari pekerjaan yang lebih sesuai.
- Golongan yang diberhentikan dari pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan.
- Golongan yang sedang bekerja tetapi juga berusaha mencari pekerjaan yang lebih baik (Hidayat, 2006).
Berdasarkan
uraian di atas semakin jelaslah pengertian kita terhadap makna pengangguran
yaitu kelompok angkatan kerja yang termasuk sebagai pencari kerja atau berusaha
untuk mendapatkan pekerjaan.
Berapa besar golongan ini dari seluruh
angkatan kerja suatu negara atau daerah dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Jumlah pengangguran = (Jumlah
pengangguran / Jumlah Angkatan kerjan) %100x
Pengangguran dapat dibagi atas beberapa
faktor, diantaranya adalah atas kemauan sendiri, mereka dapat dibedakan antara
pengangguran terpaksa dan pengangguran sukarela.
- Pengangguran terpaksa adalah mereka yang tidak dapat memperoleh pekerjaan sekalipun bersedia menerima pekerjaan dengan upah lebih rendah dari tingkat biasanya yang berlaku.
- Pengangguran sukarela adalah mereka yang memilih lebih baik menganggur daripada menerima pekerjaan dengan upah lebih rendah dari tingkat yang biasanya berlaku.
Di bawah ini akan diuraikan jenis
pengangguran atas sebabnya, yaitu:
Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional disebabkan karena
seseorang pencari kerja sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Kesulitan ini
terjadi karena kurangnya informasi pasar kerja sehingga sulit: mempertemukan
pencari kerja dengan lowongan yang tersedia. Jadi pengangguran ini terjadi
karena pencari kerja tidak mengetahui di mana adanya lowongan kerja itu, di
lain pihak pengusaha kurang mengetahui di mana tersedianya tenaga kerja yang
sesuai. Di samping adanya keterbatasan persyaratan kerja secara otomatis
menerima setiap lamaran yang diajukan. Pengalaman inilah pengusaha cenderung
untuk menolak lamaran yang masuk. Kecenderungan lain bagi pengusaha untuk
mengisi suatu lowongan tertentu adalah mengambil tenaga-tenaga dari dalam
perusahaan sendiri. Kurangnya mobilitas dari pencari kerja yang baru tamat
studi di kota-kota besar enggan untuk mencari pekerjaan di daerah. Bentuk lain
dari pengangguran friksional adalah voluntarily unemploeed yaitu walaupun si
pencari kerja sudah diterima untuk mengisi lowongan namun si pencari kerja
tidak bersedia menerima dengan maksud untuk mencari atau menunggu kesempatan
atau pekerjaan yang lebih baik.
Pengangguran
Struktural
Keadaan perekonomian suatu negara yang
tidak menentu akan banyak membawa dampak yang kurang menguntungkan khususnya
terhadap pengangguran. Perubahan dalam struktur atau komposisi perekonomian
dapat menimbulkan pengangguran struktural. Hal ini membawa konsekuensi terhadap
ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, sementara pihak pencari kerja belum
siap menerima perubahan atau belum mampu menyesuaikan diri terhadap pekerjaan
baru tersebut. Hal ini dapat dilihat dari:
- Pemakaian alat teknologi baru berupa mesin-mesin pada produksi pabrik, hal ini akan menyisihkan tenaga kerja yang tadinya dikerjakan secara manual. Akibatnya tenaga kerja tersebut akan banyak menganggur.
- Adanya pergeseran dari ekonomi yang berat agraris menjadi ekonomi yang berat industri. Perubahan tersebut akan membawa konsekuensi logis bahwa para pekerja yang tadinya ada di sektor pertanian akan beralih pada sektor industri. Akan tetapi sektor industri tersebut tidak mudah menerimanya karena di sektor industri harus memiliki beberapa ketrampilan khusus untuk setiap pekerjaan tertentu. Akibatnya kelebihan yang tidak tertampung di sektor industri akan menjadi pengangguran.
Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman disebabkan oleh
fluktuasi kegiatan produksi dan distribusi barang atau jasa yang dipengaruhi
oleh musim. Ada pola musiman yang disebabkan oleh faktor iklim dan ada yang
disebabkan oleh kegiatan masyarakat misalnya musim pengolahan tanam di sektor
pertanian biasanya dikaitkan dengan musim hujan. Pada musim panen banyak petani
turun ke sawah dan di luar musim tersebut petani tidak mempunyai kegiatan
ekonomis. Mereka harus menunggu musim yang baru. Demikian pula di sektor
lain, misalnya perusahaan industri
sandang, kegiatan akan meningkat dalam menghadapi hari-hari besar keagamaan dan
biasanya kegiatan mengendur kembali sesudahnya. Dalam keadaan perekonomian yang
lesu inilah akan banyak terdapat pengangguran musiman.
Tags
Industri dan Jasa