Logam
berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok logam dan
metaloid dengan densitas lebih besar dari 5 g/cm3, terutama pada
unsur seperti Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb dan Zn. Berbeda dengan logam biasa, logam
berat biasanya menimbulkan efek khusus pada makhluk hidup.
Logam
berat dapat menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup, tetapi
beberapa jenis logam masih dibutuhkan oleh makhluk hidup, walaupun dalam jumlah
yang sedikit (Palar, 2008). Pencemaran logam berat terhadap lingkungan terjadi
karena adanya proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut dalam
kegiatan manusia, dan secara sengaja maupun tidak sengaja membuang berbagai
limbah yang mengandung logam berat ke lingkungan.
Daya toksisitas logam berat terhadap makhluk hidup sangat bergantung pada
spesies, lokasi, umur (fase siklus hidup), daya tahan (detoksikasi) dan
kemampuan individu untuk menghindarkan diri dari pengaruh polusi. Toksisitas
pada spesies biota dibedakan menurut kriteria sebagai berikut : biota air,
biota darat, dan biota laboratorium. Sedangkan toksisitas menurut lokasi dibagi
menurut kondisi tempat mereka hidup, yaitu daerah pencemaran berat, sedang, dan
daerah nonpolusi. Umur biota juga sangat berpengaruh terhadap daya toksisitas
logam, dalam hal ini yang umurnya muda lebih peka. Daya tahan makhluk hidup
terhadap toksisitas logam juga bergantung pada daya detoksikasi individu yang
bersangkutan, dan faktor kesehatan sangat mempengaruhi (Palar, 1994).
Logam Berat
dalam Perairan
Banyak logam berat yang bersifat toksik maupun esensial terlarut dalam
air dan mencemari air tawar maupun air laut. Sumber pencemaran ini banyak
berasal dari pertambangan, peleburan
logam dan jenis industri lainnya, dan juga dapat berasal dari lahan pertanian yang
menggunakan pupuk atau anti hama yang mengandung logam (Darmono, 2001).
Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi
tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan.
Pencemaran logam berat dapat merusak lingkungan perairan dalam hal stabilitas,
keanekaragaman dan kedewasaan ekosistem. Dari aspek ekologis, kerusakan
ekosistem perairan akibat pencemaran logam berat dapat ditentukan oleh faktor
kadar dan kesinambungan zat pencemar yang masuk dalam perairan, sifat
toksisitas dan bioakumulasi. Pencemaran logam berat dapat menyebabkan
terjadinya perubahan struktur komunitas perairan, jaringan makanan, tingkah
laku, efek fisiologi, genetik dan resistensi
Logam Berat
dalam Sedimen
Sedimen berasal dari kerak bumi yang diangkut melalui proses hidrologi
dari suatu tempat ke tempat lain, baik secara vertikal ataupun horizontal.
Sedimen terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang berpengaruh negatif
terhadap kualitas air. Bahan organik berasal dari biota atau tumbuhan yang
membusuk lalu tenggelam ke dasar dan bercampur dengan lumpur. Bahan anorganik
umumnya berasal dari pelapukan batuan. Sedimen hasil pelapukan batuan terbagi
atas : kerikil, pasir, lumpur dan liat. Butiran kasar banyak dijumpai dekat
pantai, sedangkan butiran halus banyak di perairan dalam atau perairan yang
relatif tenang.
Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah dan bahan
kimia anorganik dan organik menjadi bahan yang tersuspensi di dalam air,
sehingga bahan tersebut menjadi penyebab pencemaran tertinggi dalam air.
Keberadaan sedimen pada badan air mengakibatkan peningkatan kekeruhan perairan
yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya yang dapat menghambat daya lihat
(visibilitas) organisme air, sehingga mengurangi kemampuan ikan dan organisme
air lainnya untuk memperoleh makanan, pakan ikan menjadi tertutup oleh lumpur.
Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya kerja organ pernapasan
seperti insang pada organisme air dan akan mengakumulasi bahan beracun seperti
pestisida dan senyawa logam.
Logam Berat
dalam Organisme Air
Organisme air sangat dipengaruhi oleh keberadaan logam berat di dalam
air, terutama pada konsentrasi yang melebihi batas normal. Organisme air
mengambil logam berat dari badan air atau sedimen dan memekatkannya ke dalam
tubuh hingga 100-1000 kali lebih besar dari lingkungan. Akumulasi melalui
proses ini disebut bioakumulasi. Kemampuan organisme air dalam menyerap
(absorpsi) dan mengakumulasi logam berat dapat melalui beberapa cara, yaitu
melalui saluran pernapasan (insang), saluran pencernaan dan difusi permukaan
kulit (Darmono, 2001).
Sebagian besar logam berat masuk ke dalam tubuh organisme air melalui
rantai makanan dan hanya sedikit yang diambil air. Akumulasi dalam tubuh
organisme air dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pencemar dalam air, kemampuan
akumulasi, sifat organisme (jenis, umur dan ukuran) dan lamanya pernapasan.
Menurut Widowati (2008), tingkat toksisitas logam berat terhadap hewan air mulai
dari yang paling toksik adalah Hg, Cd, Zn, Pb, Cr, Ni dan Co. Sementara itu,
tingkat toksisitas logam berat terhadap manusia dari yang paling toksik adalah
Hg, Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn dan Zn.
Logam berat dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan karena mampu
menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan
alergi, bersifat mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia maupun hewan
Tags
Tanah dan Air
informasi yang menarik. universitas airlangga juga mengupas tentang bahaya logam berat pada ikan tuna yuk cek website http://news.unair.ac.id/2022/03/18/konsentrasi-logam-berat-dalam-ikan-tuna-kalengan-dan-penilaian-resiko-kesehatan-probabilistik-di-iran/
BalasHapus