Pada
penanganan limbah cair jenis dan jumlah proses pengolahan limbah cair
tergantung pada kualitas efluen limbah cair. Jadi, jenis teknologi yang
digunakan bergantung pada analisis kualitas limbah cair serta penggunaan
efluen. Efluen limbah cair dengan konsentrasi tinggi yang dibuang di sungai
dapat dimanfaatkan sebagai baku air minum. Akan tetapi, memanfaatkan air
tersebut menuntut proses pengolahan yang lengkap dibandingkan dengan limbah cair
yang dibuang kedalam saluran irigasi untuk pertanian (Soeparman, 2001).
Limbah
cair dari instansi layanan kesehatan mutunya serupa dengan limbah cair yang
berasal dari dari daerah perkotaan, tetapi mungkin juga mengandung berbagai
komponen berbahaya.
Karakteristik Limbah Cair dari Rumah
Sakit
Patogen mikrobilogis
Keprihatian
utama saat ini berkaitan dengan limbah cair yang mengandung begitu banyak
pathogen usus,termasuk bakteri, virus, dan cacing, yang mudah menular melalui
air. Limbah cair yang tercemar dihasilkan khususnya oleh bangsal yang merawat
pasien penderita penyakit usus dan merupakan masalah khusus yang dihadapi
selama berlangsungnya kejadian luar biasa penyakit diare.
Zat kimia berbahaya
Sejumlah
kecil zat kimia yang berasal dari aktivitas pembersihan dan disinfektan
biasanya dibuang secara teratur ke selokan. Jika rekomendasi yang ada tidak
diikuti, maka akan semakin banyak jenis zat kimia yang terkandung dalam limbah
cair.
Sediaan farmasi
Sejumlah
kecil sediaan farmasi biasanya juga dibuang ke selokan dari apotik rumah sakit
dan dari berbagai bangsal. Jika rekomendasi yang tertera pada sediaan limbah
farmasi tidak diikuti, akan semakin banyak jenis sediaan farmasi,termasuk
antibiotic dan obat-obatan genotoksik yang juga akan dibuang keselokan.
Bahaya terkait
Di
beberapa Negara berkembang dan Negara industri, KLB penyakit kolera dilaporkan
terjadi secara berkala.Selokan pada instansi layanan rumah sakit tempat pasien
kolera dirawat, tidak selalu dihubungkan dengan instalansi pengelolahan limbah
yang efisien, dan terkadang jaringan saluran pembuangan perkotaan belum
terbentuk. Walaupun hubungan antara penyebaran kolera dan metode pembuangan
limbah cair yang tidak aman belum banyak dikaji dan didokumentasikan,
pembuangan yang tidak aman itu diduga kuat turut berkonstribusi dalam
penyebaran kolera,misalnya selama terjadi KLB kolera terbaru pada penduduk
Afrika (di Republik Demokratit Kongo, Rwanda) dan selama epidemic kolera pada
tahun 1991-1992 di Amerika Selatan. Hanya ada sedikit konfirmasi yang terkumpul
mengenai penyebar penyakit lain melalui limbah cair salurdari instansi layanan kesehatan.
Dinegara
maju, komsumsi air sangat tinggi sehingga limbah cair pada saluran pembuangan
sangat encer,efluen diolah instalansi pengelolaan perkotaan dan tidak ada
risiko yang signifikan terhadap kesehatan walaupun efluen tersebut tidak menjalani
pengelolaan khusus selanjutnya. Seandainya terjadi hal tidak biasa seperti KLB
penyakit diare akut, ekskreta dari pasien akan ditampung ditempat yang terpisah
dan desinfeksi. Di Negara berkembang mungkin tidak akan ditemukan jaringan
saluran pembuangan perkotaan sehingga pembuangan limbah cair, baik yang tidak
diolah ataupun yang diolah tetapi tidak adekuat, ke lingkungan pasti akan
menimbulkan risiko yang serius terhadap kesehatan. Efek toksik setiap polutan
kimia yang terkandung dalam limbah cair terhadap bakteri dalam proses
purifikasi air limbah dapat menimbulkan bahaya yang lain.
Pengelolaan limbah cair
Pengelolaan limbah cair rumah sakit
ditempat hanya akan efisien jika mencakup aktivitas berikut:
- Pengelolahan primer
- Purifikasi biologis sekunder. Sebagian besar cacing akan mengendap dalam lumpur akibat proses purifikasi sekunder, demikian pula dengan bakteri (90-95%) dan virus. Dengan demikian walau sudah terbebas dari cacing efluen masih mengandung bakteri dan virus dalam kosentrasi efektif.
- Pengelolahan tersier. Efluen sekunder kemungkinan akan mengandung minimal 20 mg/liter zat organic terlarut yang jika didesinfeksi dengan klor hasilnya akan tidak efisien. Dengan demikian, efluen har us menjalani pengelolahan tersier, misalnya pengolaman. Jika tidak tersedia cukup ruang untuk membuat kolam, teknik filtrasi pasir cepat dapat dipakai untuk menghasilakan efluen tersier dengan kadar zat organik ang jauh lebih berkurang (< 10 mg / liter).
- Desinfksi klor. Agar konsentrasi pathogen sebnading dengan konsentrasi yang ditemukan dalam air, efluen tersier harus menjalani desinfeksi klor sampai mencapai kadar yang ditetapkan. Desinfeksi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan klor dioksida (paling efisien), natrium hipoklorit, atau gas klor. Pilihan lainnya adalah dengan melakukan desinfeksi sinar ultraviolet.
Desinfeksi
efluen penting dilakukan jika efluen akan dibuang ke mauar sungai yang dekat
dengan habitat kerang, terutama jika penduduk setempat memiliki kebiasaan makan
kerang mentah.
Pengelolaan limbah cair dengan metode
extended aeration
Sistem
extended aeration termasuk dalam proses pertumbuhan biomassa tersuspensi. Pada
proses pertumbuhan biomassa tersuspensi, mikroorganisme bertanggung jawab atas
kelangsungan jalannya proses dalam kondisi suspense liquid dengan metode
pengadukan/pencampuran yang tepat. Biomassa yang ada dinamakan dengan lumpur
aktif, karena adanya mikroorganisme aktif yang dikembalikan ke bak/unit aerasi
untuk melanjutkan biodegradasi zat organik yang masuk sebagai influen
(Tchobanoglous, 2003). Proses extended aeration mirip dengan proses
konvensional plug-flow, hanya saja extended aeration beroperasi dalam fase
respirasi endogenous pada kurva pertumbuhan, yang membutuhkan beban organik
(organic loading) yang rendah dengan waktu aerasi yang lebih lama (Reynolds,
1982)
Pengelolaan limbah cair dengan metode
advanced oxidation processes (AOP)
Pada
umumnya polutan utama yang terkandung dalam limbah cair bahan resin
adalahsenyawa-senyawa organik yang biasanya
dapat merupakan racun yang dapat mencemari lingkungan air dan udara apabila
dibuang langsung ke lingkungan dalam jumlah yang banyak. Untuk mengatasi
polutan yang terkandung dalam limbah cair bahan resin, penelitian
merekomendasikan instalasi air limbah (IPAL) dengan menggunakan instrumentasi
metode Advanced Oxidation Processes (AOP). Untuk dapat meningkatkan efektifitas
dan standar baku mutu buang limbah cair dari bahan resin, maka diusulkan adanya
perubahan cara pengolahan air limbah dengan metode AOP yaitu dengan
mengkombinasikan ozon dan ultraviolet.¹¹
Pengembangan
instalasi instrumentasi pengolahan limbah cair bahan peroxide menggunakanmetode
AOP dengan kombinasi ozon dan ultraviolet dimaksudkan agar limbah cair yang
diolah dapat dibuang dengan aman dan memenuhi baku mutu lingkungan sesuai
dengan Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup
Dari proses produksi perusahaan berbahan peroxide setiap harinya
menghasilkan kurang lebih 10 m3/day limbah cair dengan kadar kandungan COD
116208 ppm di sampel A3-2 yang dinilai sangat tinggi, sehingga limbah cair ini
tidak dapat langsung dibuang ke lingkungan air. Konsep dasar sistem yang akan
dibangun adalah sistem AOP dengan menggunakan ozon dan ultraviolet [4,5].
sebagai komponen utama sistem yang dikombinasikan dengan karbon aktif sebagai filtrasi
pada tahapan terakhir.
Fungsi
dari kombinasi ozon dan ultraviolet adalah untuk menghasilkan hydroxyl radikal
(OH)ditunjukkan pada persamaan (1) dan
(2), dimana sebuah radikal bebas yang memiliki potential oksidasiyang sangat
tinggi (2.8 V), jauh melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V) [3,6].
Sedangkan lampu ultraviolet pada panjang gelombang tertentu (λ = 254 m) akan
efektif dalam proses membunuh bakteri. Hal ini menjadikan kombinasi ozon dan
ultraviolet sangat potensial untuk mengoksidasi berbagai senyawa organik,
minyak, dan bakteri yang terkandung didalam air.
Tags
Tanah dan Air