Saat merawat bayi beresiko, harus melakukan
pengukuran ekstra untuk mempertahankan suhu lingkungan yang netral (neutral
thermal environment [NTE]) untuk bayi tersebut. Suhu lingkungan yang netral
adalah suhu lingkungan dimana bayi tertentu akan mempertahankan suhu normal
tanpa menggunakan energi berlebihan untuk melakukannya. Bayi yang mengalami
hipotermi akan meningkatkan kecepatan metabolismenya untuk meningkatkan suhu
tubuhnya dalam kisaran normal (Jensen, 2005).
Penanganan
bayi hipotermi berat dapat dilakukan tindakan yaitu segera hangatkan bayi
dibawah alat pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila mungkin
gunakan inkubator atau ruangan hangat bila perlu. Kemudian ganti baju yang
dingin dan basah bila perlu beri pakaian yang hangat, pakai topi dan selimuti
dengan selimut hangat. Bayi harus dihindari dari paparan panas yang berlebihan
dan usahakan agar posisi bayi sering diubah bila bayi dengan gangguan nafas
(frekuensi nafas lebih 60 atau kurang 40 kali/menit, tarikan dinding dada,
merintih saat ekspirasi).
Tindakan
selanjutnya yaitu memasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis
rumatan, dan selang infus tetap terpasang di bawah pemancar panas, untuk
menghangatkan cairan. Kemudian periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa
darah kurang 45 mg/dL (2,6 mmol/L), berikan penanganan terhadap hipoglikemi. Nilailah
tanda bahaya setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu
tubuh kembali dalam batas normal. Lalu ambil sampel darah dan beri antibiotik
sesuai dengan yang disebutkan dalam penanganan kemungkinan besar sepsis.
Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap tetapi bila bayi tidak dapat
menyusu berikan ASI perah dengan menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum. Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung
dan beri ASI perah begitu suhu bayi mencapai 35oC (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2007).
Periksa
suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik paling tidak 0,5oC/jam,
berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu
bayi setiap 2 jam. Periksa suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu
ruangan setiap jam, setelah suhu tubuh bayi normal: lakukan perawatan lanjutan
untuk bayi serta pantau bayi selama 12 jam kemudian dan ukur suhunya setiap 3
jam. Kemudian pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila
suhu bayi tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada
masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan
dan nasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
Penanganan
bayi yang mengalami hipotermi sedang dapat dilakukan tindakan yaitu dengan
mengganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai
topi dan selimut dengan selimut hangat. Apabila ada ibu atau pengganti ibu,
anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit
(perawatan bayi lekat) akan tetapi apabila ibu tidak ada: hangatkan kembali
bayi dengan menggunakan ala pemancar panas. Gunakanlah inkubator dan ruangan
hangat bila perlu. Kemudian periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri
ASI perah dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan
sesuaikan pengatur suhu. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi
lebih sering diubah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
Anjurkan
ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI
perah menggunakan salah satu alternatif cara pemberian susu. Kemudian mintalah
ibu untuk mengamati tanda bahaya misalnya gangguan nafas kejang dan segera
mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut. Periksa kadar lukosa darah, bila
<45 m/dL (2,6 mmol/L), berikan penanganan terhadap hipoglikemi. Setelah itu
nilai tanda bahaya, periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal
0,5ºC/jam berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap
2 jam tetapi apabila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5ºC/jam,
cari tanda sepsis. Setelah suhu tubuh normal: lakukan perawatan lajutan dan
pantau bayi selama 24 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam. Bila suhu
tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada
masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat dipulangkan. Kemudian
Nasihati ibu bagaimana cara merawat bayi dirumah (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2007).
Menurut
Departemen Kesehatan RI 2007, menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi
dapat dilakukakan dengan cara melakukan kontak kulit, cara ini digunakan untuk
semua bayi. Tempelkan kulit bayi langsung pada permukaan kulit ibu misalnya
dengan merangkul, menempelkan payudara atau meneteki. Cara ini digunakan untuk
menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau menghangatkan bayi hipotermi (32-
36,4ºC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan. Cara menghangatkan bayi dengan Kangaroo
Mother Care (KMC) digunakan untuk menstabilkan bayi dengan berat badan
<2,500 gram, terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi
dengan berat badan <1,800 gram. Cara ini tidak untuk bayi yang sakit berat
(sepsis,gangguan nafas berat) dan tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat
yang tidak dapat merawat bayinya. Pada ibu yang sedang sakit, cara ini dapat
dilakukan oleh keluarga (pengganti ibu) (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2007).
Cara
menghangatkan bayi dengan pemancar panas digunakan untuk bayi sakit atau bayi
dengan berat 1,500 gram atau lebih untuk memeriksa awal bayi, selama dilakukan
tindakan atau menghangatkan kembali bayi hipotermi (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2007).
Lampu
penghangat digunakan bila tidak tersedia pemancar panas, dapat digunakan lampu
pijar maksimal 60 watt dengan jarak 60 cm.
Inkubator
merupakan penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1,500 gram yang
tidak dapat dilakukan KMC. Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan nafas berat)
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
Boks
penghangat diigunakan bila tidak tersedia inkubator, dapat digunakan boks
penghangat dengan menggunakan lampu pijar maksimal 60 watt sebagai sumber panas
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
Ruangan
hangat digunakan untuk merawat bayi dengan berat <2,500 gram yang tidak
memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan, tidak untuk bayi sakit
berat (sepsis, gangguan nafas berat) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2007).
Tags
Fisika