Lingkungan
itu terdiri atas bermacam-macam obyek sosial dan non sosial. Singkatnya,
paradigma ini memusatkan perhatian kepada tingkahlaku individu yang berlangsung
dalam lingkungan yang menimbulkan akibat atau perubahan terhadap tingkah laku
berikutnya.
Ini juga
sesuai dengan sosiologi perilaku yang memusatkan perhatian pada hubungan antara
pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan dan dampak lingkungan
terhadap perilaku aktor. Hubungan ini adalah dasar untuk pengondisian operan
(operant conditioning) atau proses belajar yang melaluinya “perilaku di ubah
oleh konsekuensinya”. Orang mungkin mengira perilaku ini berawal di masa
anak-anak, sebagai perilaku acak.
Lingkungan tempat munculnya perilaku, entah itu berupa sosial atau
fisik, dipengaruhi oleh perilaku dan selanjutnya “bertindak” kembali dalam
berbagai cara. Reaksi ini, bisa positif, negatif, atau netral, mempengaruhi
perilaku aktor berikutnya. Bila reaksi telah menguntungkan aktor, perilaku yang
sama mungkin akan di ulang di masa depan dalam situasi serupa begitu juga
dengan reaksi yang sebaliknya.
Di mana
dalam pergaulan hidup manusia juga akan terdapat suatu kecenderungan yang kuat
bahwa kepuasan dan kekecewaan bersumber pada perilaku pihak lain, terhadap
dirinya sendiri. Timbulnya rasa
persahabatan, cinta, stimulasi intelektual, rasa harga diri dan seterusnya,
merupakan akibat dari perilaku pihak lain terhadap diri sendiri. Perilaku dari
pihak lain tadi juga timbul, oleh karena dorongan dari perilaku diri sendiri.
Dalam paradigma ini terdapat dua teori yaitu
Teori Behavioral Sociology dan Teori Pertukaran (exchange theory). Teori
Behavioral Sociology memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari
tingkahlaku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkahlaku
aktor.
Ini
berarti bahwa teori ini berusaha menerangkan tingkahlaku yang terjadi itu
melalui akibat-akibat yang mengikutinya kemudian. Teori ini menarik perhatian
kepada hubungan historis antara akibat tingkahlaku yang terjadi dalam lingkungan
aktor tingkahlaku yang terjadi sekarang. Akibat dari tingkahlaku yang terjadi
di masa lalu mempengaruhi tingkahlaku yang terjadi di masa sekarang.
Tidak
semua perilaku manusia di bimbing oleh pertimbangan pertukaran sosial, tetapi
Blau berpendapat kebanyakan memang demikian.
Dia mengetengahkan dua persyaratan yang
harus dipenuhi bagi perilaku yang menjurus pada pertukaran sosial:
- Perilaku tersebut “harus berorientasi pada tujuan-tujuan lainnya yang hanya dapat di capai melalui interaksi dengan orang lain”
- Perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Tujuan yang diinginkan itu dapat berupa ganjaran ekstrinsik (seperti uang, barang-barang, atau jasa-jasa) atau intrinsik (termasuk kasih sayang, kehormatan atau kecantikan). Perilaku manusia yang di bimbing oleh prinsip- prinsip pertukaran sosial itu, mendasari pembentukan struktur serta lembaga- lembaga sosial.
Teori
pertukaran Homans bertumpu pada asumsi bahwa orang terlibat dalam perilaku
untuk memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman. Pertukaran perilaku untuk
memperoleh ganjaran adalah prinsip dasar dalam transaksi ekonomi sederhana.
Seseorang yang mendapat pekerjaan mempertukarkan pelayanannya untuk memperoleh
penghasilan bulanan. Dengan uang ini dapat membeli segala kebutuhannya. Setiap
pengeluaran itu dapat dianggap sebagai contoh pertukaran ekonomis. Homans
melihat semua perilaku sosial jadi tidak hanya perilaku ekonomis sebagai hasil
dari pertukaran yang demikian.