Selain
itu, pada perkembangan penelitiannya, Work Readiness Inventory ini cocok
digunakan untuk siswa sekolah menengah, mahasiswa di perguruaan tinggi, maupun
bagi orang yang sudah bekerja. Hal ini dibuktikan dengan uji validitas dan
reliabilitas pada perkembangan penelitiannya menggunakan sampel siswa sekolah
menengah, para pekerja dan para mahasiswa perguruan tinggi. Hasil tidak hanya
menunjukkan perbedaan kekuatan masing-masing komponen Work Readiness Inventory,
tetapi juga keampuhan untuk menggunakannya dalam evaluasi formal kurikulum perencanaan
karir (Brady, 2009).
Menurut
Robert P. Brady (2009), kesiapan kerja mengandung 6 komponen yaitu responsibility,
fleksibiliti, skills, communication, self view, dan health & safety.
Komponen kesiapan kerja tersebut adalah tanggung jawab, fleksibilitas,
keterampilan, komunikasi, pandangan terhadap diri, dan kesehatan &
keselamatan.
Keenam
komponen kesiapan kerja tersebut adalah sebagai berikut:
Responsibility (Tanggung jawab)
Menurut
Gardner (Brady, 2009), tanggung jawab melibatkan integritas pribadi, kejujuran,
dan kepercayaan. Dalam studi Good Work mereka, Gardner dan rekan-rekannya
(2001) menemukan bahwa lebih dari dua pertiga pekerja diindustri mengerti bahwa
tanggung jawab terhadap tempat kerja merupakan hal yang penting. Penelitian ini
lebih lanjut melaporkan bahwa bekerja tidak hanya mengharuskan pekerja untuk
memikul tanggung jawab untuk diri mereka sendiri, tetapi juga tanggung jawab
terhadap rekan kerja, terhadap tempat kerja, dan terhadap pemenuhan tujuan
kerja (Brady, 2009). Menurut Parker (Brady, 2009), definisi yang lebih luas
dari tanggung jawab ini dianggap sebagai unsure utama yang diperlukan bagi
pekerja diabad ke-21.
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawabmerupakan gabungan
antara integrasi pribadi, kejujuran dan kepercayaan. Pekerja yang bertanggung
jawab berangkat bekerja tepat waktu dan berhenti bekerja pada waktunya. Mereka
menghargai perkakas dan peralatan, memenuhi standar kualitas kerja,
mengendalikan pemborosan dan kerugian, dan menjaga privasi serta kebijakan
rahasia organisasi.
Mereka
bekerja selama sehari dan mendapatkan upah dari hasil kerjaseharinya tersebut (Brady,
2009). Dengan kata lain, seseorang yang memiliki tanggung jawab, mereka akan
berangkat bekerja tepat waktu dan berhenti bekerja tepat pada waktunya,
memenuhi standar kualitas kerja yang ditetapkan oleh perusahaan, tidak boros,
menghargai dan berhati-hati dalam menggunakan peralatan, dan dapat menjaga
rahasia organisasi. Pekerja yang bertanggung jawab akan menyelesaikan tugas
tepat pada waktunya dan berupaya untuk sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh perusahaan. Tanggung jawab berhubungan erat dengan kedisiplinan.
Menurut
Ros Jay (2005), kedisiplinan ini berhubungan dengan mengerjakan pekerjaan
dengan baik dan tidak hadir terlambat. Pekerja yang disiplin akan berfokus
terhadap pekerjaan daripada terlalu banyak menghabiskan waktu untuk istirahat,
atau mengobrol dengan rekan kerja. Pekerja yang berasumsi terhadap pekerjaan
termasuk pekerja yang bertanggung jawab. Tanggung jawab tercakup didalamnya
dapat diandalkan, menurut Ros Jay (2005), dapat diandalkan yaitu dalam hal
menjaga ketepatan waktu dalam bekerja dan apabila pekerja diberi tugas maka
dilakukan tanpa harus diingatkan.
Berdasarkan berbagai uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa tanggung jawab berarti dapat diandalkan dan dapat dipercaya,
hal tersebut meliputi:
- Disiplin dalam bekerja
- Memenuhi standar kualitas kerja
- Berfokus terhadap pekerjaan
- Menjaga peralatan-peralatan kerja
- Dapat menjaga rahasia.
Flexibility (fleksibilitas)
Menurut
Moorhouse & Caltabiano (Brady, 2009), fleksibilitas adalah faktor daya tahan
yang memungkinkan individu/ pekerja untuk beradaptasi dengan perubahan dan menerima
kenyataan di tempat kerjanya yang baru. Menurut Savickas (Brady, 2009), pada
saat ini memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dengan perubahan dilihat
sebagai komponen yang penting dalam teori jangka hidup (life span), dan teori ruang-hidup
(life space), yaitu fleksibilitas diperlukan bila kita sedang menyesuaikan diri
dengan peran dan situasi kerja baru yang berubah-ubah.
Menurut
Hayes, dkk (Brady, 2009), model-model teoritis lainnya menghubungkan
fleksibilitas dengan proses kognitif-perilaku, yaitu pikiran serta keyakinan
mengarah pada perilaku. Teori kognitif perilaku ACT menyatakan bahwa ketaatan
dan keterikatan terhadap masa lalu yang terkonsep dan ketakutan terhadap masa
depan yang sangat dominan, menyebabkan penghindaran dan kekakuan, dan hanya
melalui proses mengalami dunia yang lebih langsunglah akan dapat dicapai sikap hati-hati,
penerimaan terhadap kenyataan, mengatasi keyakinan yang kaku tentang realitas
dan ketakutan terhadap masa depan dan kemudian beromitmen terhadap tindakan pro
fleksibilitas.
Dengan
kata lain, pekerja yang fleksibel mampu beradaptasi dengan perubahan dan
tuntutan di tempat kerja. Pekerja percaya bahwa situasi kerja berubah-ubah dan
bahwa perubahan dalam lingkungan kerja adalah hasil yang dapat diprediksi dari
pertumbuhan atau pengurangan tenaga kerja, tidak tetapnya permintaan untuk
suatu produk atau jasa, dan kekuatan pasar. Pekerja sadar bahwa mereka mungkin
perlu lebih aktif dan siap beradaptasi dengan perubahan jadwal kerja, tugas,
jabatan, lokasi kerja, dan jam kerja (Brady, 2009). Artinya, kehidupan kerja
yang dinamis menuntut pekerja untuk lebih aktif dan siap beradaptasi dengan perubahan
jadwal kerja, tugas, jabatan, lokasi kerja, dan jam kerja. Untuk itu, pekerja
yang fleksibel mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan perubahan-perubahannya.
Fleksibilitas
merupakan upaya seseorang untuk menyesuaikan diri secara mudah dan cepat.
Pekerja tidak canggung dan kaku dalam menghadapi perubahan-perubahan yang
terjadi berkaitan dengan pekerjaan. Ros Jay (2005), mengatakan bahwa
fleksibilitas sama halnya dengan mampu beradaptasi atau mampu menyesuaikan
diri.
Berdasarkan
uraian diatas dapat diketahui bahwa fleksibilitas merupakan suatu ketahanan
pekerja untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dan tuntutan
yang ada di tempat kerja.
Fleksibiltas tersebut meliputi:
- Kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan tuntutan di tempat kerja
- Kemampuan untuk lebih aktif dalam lingkungan kerja
- Kemampuan untuk menerima berbagai perubahan lingkungan kerja
- Kemampuan untuk mentaati aturan yang berlaku
- Kemampuan untuk melakukan tuntutan kerja.
Skills (Keterampilan)
Seseorang
yang siap bekerja tahu akan kemampuan dan keahlian yang mereka bawa ke dalam
situasi kerja baru. Mereka mampu mengidentifikasi kelebihan mereka dan merasa
telah memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pada saat yang sama,
mereka bersedia untuk belajar keterampilan baru sebagai tuntutan pekerjaan dan turut
serta dalam pelatihan karyawan dan program pendidikan yang berkelanjutan ( Brady,
2009).
Sedangkan
mengenai keterampilan yang lebih khusus, Menurut Muri Yusuf (2002),
mengungkapkan bahwa keterampilan lebih merujuk pada kemampuan yang lebih
spesifik dengan cepat, akurat, efisien, dan adaptif dengan melibatkan gerakan
tubuh dan atau dengan memakai alat. Hal ini lebih merujuk pada kemampuan
menggunakan alat-alat sesuai dengan prosedur penggunaan, kemampuan merawat alat-alat,
dan kemampuan memperbaiki alat kerja dengan kerusakan ringan.
Menurut
Friedman (Brady, 2009), keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan, asset
intelektual, dan keahlian akan mendominasi perekonomian millennium baru yang
didorong oleh pengetahuan. Menurut Parker (Brady, 2009), keterampilan ini tidak
hanya mencakup keterampilan mikro yang khusus untuk sebuah pekerjaan atau
profesi, tetapi juga keterampilan makro seperti belajar bagaimana cara belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa keterampilan tidak hanya mencakup keterampilan yang umum
tetapi juga keterampilan yang lebih khusus dalam pekerjaan. Keterampilan
tersebut mencakup:
- Penguasaan kemampuan dibidang khusus yang telah dimiliki (bidang agribisnis ternak unggas)
- Kemampuan menggunakan alat-alat sesuai dengan prosedur penggunaan
- Kemampuan merawat alat kerja
- Kemampuan untuk belajar keterampilan baru.
Communication (Komunikasi)
Menurut
Homans (Brady, 2009), teori komunikasi pertukaran social/social exchange digunakan
untuk mendukung dimasukkanya sebuah ukuran untuk mengatasi masalah hubungan
interpersonal ditempat kerja. Menurut Porath & Bateman (Brady, 2009),
kompetensi social telah terbukti dapat memprediksi kinerja secara positif.
Komunikasi
yang dimaksud terkait dengan hubungan interpersonal. Menurut Jalaludin Rakhmat
(2007), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal yaitu
percaya, sikap suportif, dan sikap terbuka. Jika ketiga faktor tersebut ada
dalam hubungan interpersonal maka komunikasi akan berjalan dengan baik.
Begitu
pula ketika hubungan komunikasi interpersonal antara pekerja dengan atasan,
pekerja dengan pekerja dan pekerja dengan lingkungannya terdapat rasa percaya,
sikap suportif dan sikap terbuka, maka hubungan komunikasi interpersonalnya
akan berjalan dengan baik sehingga tidak akan timbul perselisihan-perselisihan yang
akan menghambat pekerjaan.
Seseorang
yang siap bekerja memiliki kemampuan komunikasi yang memungkinkan pekerja untuk
berhubungan secara interpersonal ditempa t kerja. Pekerja mampu mengikuti
petunjuk, meminta bantuan, dan menerima umpan balik serta kritik. Pekerja juga
saling menghormati dan berhubungan baik dengan rekan kerja (Brady, 2009).
Dari
beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan kemampuan
pekerja untuk berhubungan secara interpersonal di tempat kerja yang dipengaruhi
oleh faktor percaya, sikap sportif dan sikap terbuka sehingga tidak akan timbul
perselisihan-perselisihan yang akan menghambat pekerjaan.
Komunikasi tersebut meliputi:
- Kemampuan untuk memiliki rasa percaya pada orang lain
- Kemampuan untuk bekerja sama dengan baik
- Kemampuan untuk bersikap suportif
- Kemampuan untuk mengikuti arahan dalam pekerjaan
- Kemampuan untuk meminta bantuan menyangkut dengan pekerjaan
- Kemampuan untuk dapat menerima umpan balik atau kritik.
Self View (Pandangan Terhadap Diri)
Menurut
Swamn, Chang-Schneider, & McClarty (Brady,2009), pandangan terhadap diri
merupakan salah satu aspek yang penting dalam komponen kesiapan kerja, karena
teori-diri memiliki peranan yang penting dalam pemahaman terhadap individu dan
bagaimana setiap orang memandang dirinya dalam hidup dan situasi kerja. Disini,
pandangan terhadap diri digunakan secara umum untuk mencakup konseptualisasi diri,
yang meliputi konsep teori Roger, kekuatan ego teori Freud, identitas
keberhasilan teori Glasser, identitas diri teori Erikson, dan self efficacy teori
Bandura (Brady, 2009).
Menurut
Markus & Nurius (Brady, 2009), konsep-konsep seperti possible self juga
telah diketahui dalam membantu individu mempertimbangkan situasi kerja dan
peran kerja dimasa depan. Pandangan terhadap diri terkait dengan proses-Proses intrapersonal
seseorang yaitu kepercayaan terhadap diri dan pekerjaan mereka sendiri. Pekerja
yang siap sadar akan pengakuan diri yang mencakup rasa cukup, penerimaan, dan
rasa percaya terhadap diri serta kemampuan mereka sendiri atau self efficacy.
Teori
konsep diri dan self efficacy secara terus menerus mempengaruhi perncanaan
karir dan pengambilan keputusan, dalam bidang pengembangan karir dan psikologi
kejuruan. Sosiolog Victor Gecas (Brady,2009), mendefinisikan konsep diri (self
concept) sebagai konsep yang dimiliki oleh individu atas dirinya sendiri
sebagai suatu makhluk fisik, social, dan spiritual atau norma. Dengan kata
lain, konsep diri merupakan persepsi diri seseorang sebagai makhluk fisik,
social, dan spiritual. Konsep diri mencakup penghargaan diri (self esteem), kemanjuran
diri (self efficacy), dan pemantauan diri (self monitoring).
Adapun self
efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai peluangnya untuk berhasil mencapai
tugas tertentu. Dengan kata lain, self efficacy adalah kepercayaan terhadap
kemampuan seseorang untuk menjalankan tugas. Cukup dengan mengatakan bahwa
keyakinan seseorang tentang dia atau dirinya sendiri dan kemampuannya untuk
mengatasi, beradaptasi, dan tampil didunia kerja sangatlah penting.
Self
efficacy umum yang tinggi dikaitkan dengan individu yang berkinerja kuat di dalam
organisasi dan self efficacy khusus dikaitkan dengan kesuksesan dalam ranah
tertentu, sperti tugas kerja dan peran kerja (Betz dalam Brady, 2009).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpu lkan
bahwa pandangan terhadap diri merupakan kemampuan dalam diri seseorang yang berhubungan
dengan kepercayaan terhadap dirinya untuk dapat berhasil menjalankan tugas.
Pandangan terhadap diri tersebut mencakup:
- Kemampuan untuk memahami diri sendiri
- Kemampuan untuk menghargai diri sendiri
- Kemampuan untuk mengendalikan atau mengontrol diri sendiri
- Kemampuan untuk mengevaluasi diri
- Kemampuan untuk percaya diri dalam menjalankan tugas.
Healt & Safety (Kesehatan dan
Keselamatan)
Kesehatan
dan keselamatan pekerja merupakan masalah dunia. Markas Perserikatan Buruh
Internasional memperkirakan bahwa setiap tahun terdapat 337 juta kecelakaan
yang terkait dengan pekerjaan dan 2 juta orang diseluruh dunia menderita
penyakit yang terkait dengan kerja.
Dalam
beberapa kasus, praktik-praktik kesehatan dan keselamatan kerja telah disiapkan
akan tetapi kepatuhan pekerja kurang (Brady, 2009). Pada situasi lain, praktik-praktik
OHS sangat kurang dan tidak cukup. Kantor Studi Terapan tentang Penyalahgunaan
Pokok Isi dan Administrasi Jasa Kesehatan Jiwa (SAMSHA) melaporkan dalam sebuah
studi, yang dipengaruhi pada tahun 2008, bahwa sekitar 1,6 juta pekerja penuh
waktu merupakan pengguna obat terlarang dan alcohol (SAMSHA dalam Brady, 2009).
Keterlambatan, bolos kerja, pulang kerja lebih awal, pusing karena mabuk, tidur
saat kerja, merasa mual, kualitas kerja buruk, sedikit bekerja, kinerja hilang/
buruk, berdebat dengan rekan kerja, kecelakaan, kehilangan pekerjaan, semua hal
yang disebutkan tadi telah dikaitkan dengan pola-pola penyalahgunaan produk isi
dan konsumsi alcohol (NIAAA dalam Brady, 2009).
Menurut
Agus Dharma (1997), bahwa masalah kecanduan alcohol, ketergantungan pada obat-obatan,
stres, dan gangguan emosional merupakan empat masalah kesehatan yang penting
dan makin berkembang dikalangan pegawai.
Kecanduan
alkohol merupakan masalah yang sangat serius dan dapat menurunkan efektivitas
perusahaan secara drastis. Stres dan kelesuan merupakan masalah kesehatan yang
potensial lainnya di tempat kerja. Upaya mengurangi stress dalam pekerjaan
antara lain meliputi hal-hal seperti meninggalkan pekerjaan sebentar,
mendelegasikan pekerjaan, dan menyusun suatu daftar kekhawatiran.
Menurut
Bandura (Brady, 2009), kepercayaan individu terhadap kemampuan diri untuk
berperilaku dan bertindak pada tingkat tertentu adalah prinsip dasar teori
efektifitas diri (self efficacy). Efektifitas DiriKhusus Untuk Kesehatan (Health-Specific-Self-efficacy)
menerapkan teori ini untuk kemampuan kesehatan dan keselamatan seperti nutrisi,
latihan fisik, berhenti merokok, serta penolakan terhadap alcohol, dan beberapa
penelitian yang disebutkan menandakan bahwa self efficacy yang nyata merupakan
pemrediksi perilaku kesehatan dan keselamatan (Schwarzer & Renner, dalam Brady,
2009).
Control
social yang terkait dengan kesehatan positif juga telah diketahui dapat
berpengaruh terhadap perilaku-perilaku kesehatan dan keselamatan, dan
kemauannya untuk mengikuti kebijakan-kebijakan di tempat kerjanya serta
larangan-larangan yang terkait dengan kesehatan dan keselamatan.
Oleh
karena itu, seseorang yang siap bekerja menjaga keberhasilan dan kerapihan
pribadi. Pekerja tetap siaga untuk sehatsecara fisik dan mental. Mereka
menggunakan mekanika tubuh yang tepat untuk mengangkat dan membengkokkan serta
mengikuti prosedur keselamatan saat menggunakan alat atau mengoperasikan
peralatan dan mesin. Bila diperlukan, pekerja memakai peralatan untuk
keselamatan atau pakaian yang tepat. Pekerja juga mematuhi peraturan larangan merokok
dan larangan menggunakan obat-obatan terlarang di tempat kerja.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa unsur-unsur komponen kesehatan dan keselamatan kerja
meliputi:
- Kemampuan untuk melaksanakan peraturan yang ada di tempat kerja
- Mempraktikkan perilaku kesehatan dan keselamatan
- Menjalankan tugas sesuai dengan prosedur yang ada
- Menjaga kebersihan dan kerapihan pribadi Kemampuan mengendalikan stress dan kelelahan kerja.
Tags
Industri dan Jasa
terimakasi antas info artikel yang anda buat., semoga ber manfaat bagi orang banyak
BalasHapus