Perubahan
jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada perdarahan, luka
bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun perioperatif, dapat menyebabkan
gangguan fisiologis yang berat. Jika gangguan tersebut tidak dikoreksi secara
adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka resiko penderita menjadi
lebih besar.
Seluruh
cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dan kompartemen
ekstraselular. Lebih jauh kompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan
intravaskular dan interstitial. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada
di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan
yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Dehidrasi
isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan hampir sama dengan
konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan natrium besarnya
relatif sama dalam kompartemen intravaskular maupun kompartemen ekstravaskular.
Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan cairan dengan
kandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan hipertonis).
Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan
air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di kompartemen
intravaskular berpindah ke kompartemen ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular. Dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi
ketika kehilangan cairan dengan kandungan natrium lebih sedikit dari darah
(kehilangan cairan hipotonis). Secara garis besar terjadi kehilangan air yang
lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air
di kompartemen ekstraskular berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga
meminimalkan penurunan volume intravaskular.
Berdasarkan
Sisiroon (2006), faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh antara lain:
Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi
bergatung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh,
metabolisme, dan berat badan. Anak- anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan disbanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas
(suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan
cairan sampai dengan 5 liter per hari.
Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap
intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh
akan membakar protein dan lemak sehingga serum albumin dan cadang protein akan
menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan
sehingga hal ini akan menyebabkan oedema.
Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme
sel, glukosa darah, dan pemecahan glycogen otot. Mekanisme ini dapat
meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila kerkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap
kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, misalnya:
- Trauma seperti luka baker akan meningkatkan kehilangan air melalui paru- paru dan kulit.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh
pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti suction, nagogastric tube
dan lain-lain.
Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik,
laksatve dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan
memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
Tubuh
kita mendapat air dari cairan yang diminum, cairan yang terdapat dalam bahan
makanan padat, serta cairan yang didapat dari oksidasi makanan dan oksidasi
jaringan tubuh. Sedangkan air dalam tubuh kita dikeluarkan melalui usus, ginjal,
paru – paru, dan kulit. Kelenjar – kelenjar dari traktus digestivus pada orang
dewasa tiap harinya mengeluarkan ±8,2 liter cairan usus yang terdiri dari air
dan elektrolit. Dalam keadaan normal, cairan usus ini diserap kembali sehingga
kehilangan air melalui tinja hanya ±100
ml sehari. Kehilangan air melalui paru – paru (uap air) dan melalui kulit
(keringat) disebut Insensible
perspiration (Insensible water loss) diperkirakan sebanyak 0,5 – 0,6 cc.
Kebutuhan air pada orang dewasa ± 2 – 3 liter/hari (1 – 1,5 liter untuk Insensible perspiration dan 1 – 1,5 liter
untuk produksi urin).
Di dalam
tubuh seorang yng sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia cairan tubuh
selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake
cairan sama dengankehilangan cairan tubuh yang terjadi. Selama aktivitas dan
temperature yang sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira – kira 2500 ml per hari
sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan
oksidasi selama proses metabolism.
Pengaturan
intake cairan adalah melalui mekanisme haus, pusat haus dikendalikan berada di
otak, sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,
mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama sensasi haus. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum dengan
demikian pada kondisi tubuh yang sehat akan secara otomatis dapat mengatur
intake cairannya sendiri tanpa haus takut bila terjadi kelebihan cairan
sepanjang konsentrasi cairan yang masuk sama dengan konsentrasi cairan tubuh.
Saat
beraktifitas, orang akan mengeluarkan keringat, keringat akan lebih banyak
dikeluarkan apabila kegiatan yang dilakukan di tempat panas. Apabila tubuh kehilangan air 2% dari total
berat badan, maka akan mengalami dehidrasi, ada baiknya orang minum sebelum
merasa haus. Minum air yang teratur dengan tambahan sedikit elektrolit dan
karbohidrat sangat baik untuk mencegah
terjadinya dehidrasi.
Pada
lingkungan kerja panas dan jenis pekerjaan berat, diperlukan sekurang –
kurangnya 2,8 liter air minum bagi seorang tenaga kerja, sedangkan untuk kerja
ringan dianjurkan 1,9 liter dan kadar garam tidak boleh tinggi melainkan
sekitar 0.2 %. Minum tidak mengandung alkohol dan bersifat penyegar badan, baik untuk pekerja. Sumber lain mengatakan bahwa cairan isotonis
dengan kadar NaCl 0,9% dan larutan Ringer Lactate (RL) juga bisa digunakan
karena konsentrasi dan kepekatannya sama dengan cairan tubuh.
Tags
Gizi dan Nutrisi