Berikut
ini penjelasan dari keempat faktor-faktor yang menjadi penyebab ketunalarasan
tersebut:
Faktor Biologi
Perilaku
dan emosi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam diri sendiri.
Faktor tersebut yaitu “keturunan (genetik), neurologis, faktor biokimia atau
kombinasi dari faktor-faktor tersebut” (Triyanto Pristiwaluyo, 2005). Faktor biologi
dapat terjadi ketika anak mengalami keadaan kurang gizi, mengidap penyakit,
psikotik, dan trauma atau disfungsi pada otak
Faktor Keluarga
Faktor
dari keluarga yang dimaksud adalah adanya patologis hubungan dalam keluarga.
Menurut Triyanto Pristiwaluyo (2005), “tanpa disadari hubungan dalam keluarga
yang sifatnya interaksional dan transaksional sering menjadi penyebab utama permasalahan
emosi dan perilaku pada anak.” Pengaruh dari peraturan, disiplin, dan
kepribadian yang dicontohkan atau ditanamkan dari orangtua sangat memengaruhi
perkembangan emosi dan perilaku anak.
Faktor Sekolah
Ada
beberapa anak mengalami gangguan emosi dan perilaku ketika mereka mulai
bersekolah. Pengalaman di sekolah mempunyai kesan dan arti penting bagi
anak-anak. Glidewell, dkk (1966) dan Thomas, dkk (1968) dalam Triyanto
Pristiwaluyo (2005), mengungkapkan bahwa “kompetensi sosial ketika anak-anak
saling berinteraksi dengan perilaku dari guru dan teman sekelas sangat memberi
kontribusi terhadap permasalahan emosi dan perilaku.” Ketika seorang anak
mendapat respon negatif dari guru dan teman sekelasnya saat mengalami kesulitan
dan kurang keterampilan di sekolah tanpa disadari anak terjerat dalam interaksi
negatif. Anak akan berada dalam keadaan jengkel dan tertekan yang diakibatkan
dari tanggapan yang diterimanya baik dari guru maupun teman sekelasnya.
Faktor Budaya
Daniel P.
Hallahan, dkk (2009), menuliskan “values and behavioral standards are
communicated to children through a variety of cultural condition, demands,
prohibition, and models.” Yang dimaksudkan adalah standar nilai-nilai
perilaku anak didapat melalui tuntutan-tuntutan maupun larangan-larangan, dan
model yan disajikan oleh kondisi budaya. Beberapa budaya dapat memengaruhi
perkembangan emosi dan perilaku anak misalnya saja contoh tindak kekerasan yang
diekspose media (telivisi, film, maupun internet), penyalahgunaan narkoba yang
seharusnya sebagai obat medis dan penenang, gaya hidup yang menjurus pada
disorientasi seksualitas, tuntutan-tuntutan dalam agama, dan korban kecelakaan
nuklir maupun perang.