Faktor abiotik (fisika kimia) perairan yang
mempengaruhi antara lain:
Suhu
Suhu
berperan sebagai pengatur proses metabolisme dan fungsi fisiologis organisme.
Suhu bukan merupakan faktor pembatas pada alga alami selama banyak genus mampu
tumbuh pada kondisi lingkungan lain yang sesuai. Namun suhu sangat berpengaruh
terhadap percepatan atau perlambatan pertumbuhan dan reproduksi alga. Perubahan
suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu
juga sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme
akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang baik bagi pertumbuhannya. Alga dari
filum Chlorophyta dan diatom akan tumbuh baik pada kisaran suhu berturut-turut
30oC-35oC dan 20oC-30oC, dan filum
Cyanophyta dapat bertoleransi terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi (di atas
30oC) dibandingkan kisaran suhu pada filum Chlorophyta dan diatom.
Air mempunyai sifat sebagai stabilisator
temperatur karena sifatnya yang bipolar. Sifat air yang mempengaruhi
temperature yaitu:
- Air mempunyai specific heat yang terbatas yaitu jumlah kalori yang dibutuhkan untuk menaikkan temperature air 1 g/10C misalnya amonia.
- High latent heat of fussion tinggi yaitu panas yang diperlukan untuk mengubah air 00C menjadi es 00C. 3.
- High latent heat of evaporation yaitu jumlah kalori yang dibutuhkan untuk mengubah 1 gr air 10000C menjadi uap air 1000C.
Perubahan
temperatur akan mengubah pola sirkulasi stratifikasi dan gas terlarut sehingga
akan mempengaruhi kehidupan dalam air. Peningkatan suhu perairan sebesar 100C
dapat menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen dan juga menyebabkan
terjadinya dekomposisi bahan organic oleh mikroba, khususnya bagi pertumbuhan
fitoplankton di perairan dengan kisaran suhu optimum 25-300C. Suhu
juga merupakan faktor intensitas dari energi panas (Simaremare, 2007).
Setiap
jenis fitoplankton memiliki suhu optimum tersendiri dan sangat bergantung pada
faktor lain seperti cahaya. Kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan
fitoplankton di suatu perairan adalah 30 – 35oC. Suhu dapat berperan
menentukan suksesi jenis fitoplankton di suatu perairan, menentukan ada
tidaknya spesies, mengatur aktivitas, dan menstimulir pertumbuhan
(perkembangan) organisme (Yuliana, Asriyana, 2012).
Intensitas Cahaya
Sinar
matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu.
Sinar matahari juga merupakan unsure vital yang dibutuhkan oleh fitoplankton
sebagai produsen untuk berfotosintesis (Lubis, 2011).
Menurut
Yuliani, Asriyana (2012) menyatakan bahwa fotosintesis hanya dapat berlangsung
bila intensitas cahaya yang sampai ke suatu alga lebih besar dari pada suatu
intensitas tertentu. Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang produktif hanyalah
terdapat di lapisan-lapisan air teratas dimana intensitas cahaya cukup bagi
berlangsungnya fotosintesis. Kedalaman penetrasi cahaya didalam laut, yang
meruapakan kedalaman dimana produksi fitoplankton masih dapat berlangsung,
bergantung pada beberapa faktor antara lain adsorbs cahaya oleh air, panjang gelombang
cahaya, kecerahan air, pemantulan cahaya olehpermukaan laut, lintang geografik
dan musim.
Kecerahan
Sinar
matahari merupakan energy utama bagi fitoplankton. Daya tembus cahaya dalam air
dipengaruhi oleh zat terlarut dan yang tersuspensi seperti adanya bahan organik
dan anorganik seperti lumpur dan buangan limbah rumah tangga yang menyebabkan
perairan menjadi keruh. Cahaya yang menembus air akan berkurang intensitasnya
dan berubah komposisi spektrumnya sesuai dengan kedalaman. Cahaya merah hanya
dapat menembus 4 meter, sedangkan cahaya biru dapat menembus sampai 70 meter.
Tingkat kecerahan pada lapisan bergantung dari perubahan kualitas spectrum dan
penurunan intensitas sewaktu menembus lapisan air, juga terpengaruh oleh adanya benda-bendayang
terdapat di dalam air (Lubis, 2011).
Tags
Laut