Teori Pertukaran Sosial
Teori ini
memandang bahwa pola hubungan interpersonal menyerupai transaksi dagang.
Hubungan antara manusia (interpersonal) itu berlangsung mengikuti kaidah
transaksional, yaitu apakah memperoleh keuntungan dalam sebuah transaksi atau
justru mengalami kerugian. Jika memperoleh keuntungan maka hubungan
interpersonal berjalan mulus, akan tetapi jika merasa rugi maka hubungan itu
akan terganggu dan putus bahkan berubah menjadi permusuhan. Dengan demikian,
orang berniat untuk menjalin hubungan dengan orang lain karena dilandasi oleh
adanya keinginan untuk mendapat keuntungan, yaitu memenuhi kebutuhannya asumsi
teori ini, setiap individu secara sadar merasa nyaman menjalin hubungan
interpersonal hanya selama hubungan terbut memuaskan ditinjau dari segi ganjaran
dan biaya (reward dan cost).
Menurut
Rahmat (2012) menyatakan bahwa ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai
positif yang diperoleh seseorang dalam suatu hubungan, ganjaran dapat berbentuk
uang, penerimaan sosial, dukungan terhadap nilai yang dipegangnya, maupun
bentuk penghargaan lainnya. Makna ganjaran bagi setiap individu itu
berbeda-beda.
Bagi
orang yang tidak mampu secara ekonomi, ganjaran berupa uang memiliki nilai yang
amat tinggi, Dengan demikian seseorang secara suka rela menjalin hubungan
dengan orang lain, sepanjang ganjaran berupa penghasilan atau uang yang
diharapkan itu dapat terwujud. Dalam hal ini seorang wanita pengemudi bentor
yang tetap setia berhubungan dengan para pelanggannya agar tetap menerima
ganjaran (reward) berupa uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan bagi
pelanggannya juga tetap mendapatkan ganjaran (reward) berupa pelayanan yang
nyaman, mudah dihubungi untuk diantarkan ketika ingin bepergian ketempat yang
dituju.
Sedangkan
biaya didefinisikan sebagai akibat yang dinilai negatif yang terjadi di dalam
suatu hubungan. Biaya bisa berupa uang, waktu, usaha, konflik, pemikiran,
kecemasan dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi yang lain yang dapat
mengakibatkan efek-efek yang tidak menyenangkan.
Ganjaran
dan biaya berubah-ubah sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat didalamnya.
Dalam prespektif teori pertukaran sosial ini, ketika seseorang menjalin
hubungan interpersonal dengan orang lain, maka akan selalu melakukan
perhitungan tentang hasil atau laba dari hubungan itu. Hasil atau laba adalah
ganjaran dikurangi biaya. Dalam hal ini seorang pengemudi bentor membutuhkan
jaringan entah itu dari mulut kemulut atau melalui telepon (biaya) sehingga
dapat dihubungi oleh siapa saja yang membutuhkan jasanya (ganjaran).
Teori Peranan
Menurut
Rakhmat (2012), teori peranan memandang hubungan interpersonal sebagai panggung
sandiwara. Setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan ”skenario”
yang di buat oleh masyarakat. Menurut teori ini, jika kita mematuhi skenario,
maka hidup kita akan harmoni, tetapi jika menyalahi skenario, maka kita akan di
cemooh oleh penonton dan ditegur oleh sutradara.
Peranan
merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila kita
melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan status yang kita miliki dalam
masyarakat, maka kita telah menjalankan sebuah peranan dengan baik. Peranan
adalah tingkah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau
status. Antara kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peran
tanpa kedudukan. Kedudukan tidak berfungsi tanpa peran. Dalam hal ini yaitu
peranan seorang wanita yang mengemudikan bentor dimana dirinya seharusnya
menjalankan peranannya sebagai seorang wanita/ibu pada umumnya sehingga
mendapatkan perlakuan yang pantas dari lingkungan sekitarnya.
Asumsi
teori peranan mengatakan bahwa hubungan interpersonal akan berjalan harmonis
mencapai kadar hubungan yang baik yang ditandai adanya kebersamaan, apabila
setiap invidu bertindak sesuai dengan ekspektasi peranan, tuntutan peranan, dan
terhindar dari konflik peranan. Ekspekstasi peranan atau peranan yang
diharapkan, artinya hubungan interpersonal berjalan baik apabila masing-masing
individu dapat memainkan peranan sebagaimana yang diharapkan.
Tuntutan
peranan adalah desakan keadaan yang memaksa individu memainkan peranan tertentu
yang sebenarnya tidak diharapkan dalam hubungan interpersonal, kadang-kadang
seseorang dipaksa memainkan peranan teretntu, meskipun peran itu tidak
diharapkan. Apabila tuntutan peran tersebut dapat dilaksanakan, hubungan
interpersonal masih terjaga.
Konflik
peranan terjadi ketika individu tidak sangggup mempertemukan berbagai tututan
peranan yang kontradiktif. Misalnya, seorang ibu yang berperan pula sebagai
seorang pengemudi bentor di waktu yang bersamaan ia harus memilih mengantar mana yang terlebih dahulu, apakah
tetangganya yang minta tolong untuk diantarkan ke rumah sakit atau harus
mengemudikan bentor demi mendapat uang harian untuk keluarganya.
Teori Penetrasi Sosial
Teori ini
dikemukakan oleh Altman dan Taylor (Liliweri, 1991) dalam Budyatna (2012) bahwa
dalam hubungan antara pribadi telah terjadi penyusupan sosial ketika baru
berkenalan dengan orang lain, untuk pertama kalinya yang dimulai ketidakakraban
kemudian dalam proses yang terus menerus berubah menjadi lebih akrab sehingga
pengembangan hubungan mulai terjadi. Dimana mulai menghitung apa yang bisa
diterima dan keuntungan apa yang bisa diperoleh. Jadi hubungan antara pribadi
melewati suatu proses, terus berjalan, berubah dalam berbagai gejala-gejala
perilaku yang ditunjukannya.
Hal yang
pokok dalam penetral sosial adalah penyikapan diri (self disclosure) timbal
balik, dimana setiap orang harus mengungkapkan dirinya pada orang yang
disekitarnya sedikit demi sedikit. Pada awal hubungan terdapat suatu norma
respon yang kuat yaitu pada saat orang sudah mulai membuka hal-hal mengenai
dirinya, lingkunagannya dengan sendirinya akan melakukan hal yang sama. Dengan
cara ini kepercayaan akan terbentuk.
Menurut
Miller dan Steinberg dalam Budyatna (1994) dalam konteks penetrasi sosial makin
banyak komunikator mengenal satu sama lain, maka komunikasi bersifat antar
pribadi (interpersonal).
Tags
Komunikasi