Dalam tahap pertama, perilaku anak ditentukan
oleh ketaatan otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran atau penilaian.
Mereka menganggap orang tua dan semua orang dewasa yang berwenang sebagai maha
kuasa dan mengikuti peraturan yang diberikan pada mereka tanpa mempertanyakan
kebenarannya. Dalam tahap perkembangan moral ini, anak menilai tindakan sebagai
“benar” dan “salah” atas dasar konsekuensinya dan bukan berdasarkan motivasi di
belakangnya. Mereka sama sekali mengabaikan tujuan tindakan tersebut. Sebagai contoh: suatu tindakan dianggap “salah”
karena mengakibatkan hukuman dari orang lain atau dari kekuatan alami atau
adikodrati.
Dalam
tahapan kedua perkembangan moral, anak menilai perilaku atas dasar tujuan yang
mendasarinya. Tahap ini biasanya dimulai antara usia 7 atau 8 dan berlanjut
hingga usia 12 dan lebih. Antara usia 5 dan 7 atau 8 tahun, konsep anak tentang
keadilan mulai berubah. Gagasan yang kaku dan tidak luwes mengenai benar dan
salah, yang dipelajari dari orang tua, secara bertahap dimodifikasi. Akibatnya,
anak mulai mempertimbangkan keadaan tertentu yang berkaitan dengan suatu
pelanggaran moral. Misalnya bagi anak usia 5 tahun berbohong selalu “buruk”,
tapi anak yang lebih besar menyadari bahwa berbohong dibenarkan dalam situasi
tertentu dan karenanya tidak selalu “buruk”.
Tahap
kedua perkembangan moral ini bertepatan dengan “tahapan operasi formal” dari
Piaget dalam perkembangan kognitif, tatkala anak mampu mempertimbangkan semua
cara yang mungkin untuk memecahkan masalah tertentu dan dapat bernalar atas
dasar hipotesis dan dalil. Ini memungkinkan anak untuk melihat masalahnya dari
berbagai sudut pandangan dan mempertimbangkan berbagai faktor untuk
memecahkannya.