Ada dua
kategori saluran transmisi: saluran udara (overhead line) dan saluran bawah
tanah (uderground). Saluran udara menyalurkan tenaga listrik melalui
kawat-kawat yang digantung pada tiang-tiang transmisi dengan perantaraan-perantaraan
isolator-isolator, sedang saluran bawah tanah menyalurkan listrik melalui
kabel-kabel bawah tanah. Kedua cara penyaluran mempunyai untung ruginya
sendiri-sendiri. Dibandingakn dengan saluran udara, saluran bawah tanah tidak
terpengaruh oleh cuaca buruk, taufan, hujan angin, bahaya petir dan sebagainya.
Saluran bawah tanah lebih estetis (indah), karena tidak tampak. Karena alasan
terakhir ini, saluran-saluran bawah tanah lebih disukai di Indonesia, terutama
untuk kota-kota besar. Namun biaya, pembangunannya jauh lebih mahal daripada
saluran udara, dan perbaikannya lebih sukar bila terjadi gangguan hubung
singkat dan kesukaran-kesukaran lainnya .
Menurut
jenis arusnya, pada saluran transmisi dikenal sistem arus bolak- balik (AC,
atau alternating current) dan sistem arus searah (DC, atau direct current).
Didalam sistem AC, penaikan dan penurunan tegangan mudah dilakukan yaitu dengan
menggunakan transformator. Itulah sebabnya maka dewasa ini saluran transmisi di
dunia sebagian besar adalah saluran AC. Di
dalam sistem AC ada sistem satu-fasa dan sistem tiga-fasa.
Sistem tiga-fasa mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan sistem satu-fasa karena:
- Daya yang disalurkan lebih besar
- Nilai sesaatnya (instantaneous value) konstan
- Medan magnit putarnya mudah diadakan.
Berhubung
dengan keuntungan-keuntungannya hampir seluruh penyaluran tenaga listrik
didunia dewasa ini dilakukan dengan arus bolak- balik. Namun, sejak beberapa
tahun terakhir ini penyaluran arus searah mulai dikembangkan dibeberapa bagian
dunia ini. Penyaluran DC mempunyai keuntungan karena, isolasinya yang lebih
sederhana, daya guna (efisiensi) yang tinggi karena faktor dayanya satu, serta
tidak adanya masalah stabilitas sehingga dimungkinkan penyaluran jarak jauh. Namun
persoalan ekonominya masih harus diperhitungkan. Penyaluran tenaga listrik
dengan sistem DC baru dianggap ekonomis bila jarak saluran udara lebih jauh
dari 640 km atau saluran bawah- tanah lebih panjang dari 50 km. Ini disebabkan
karena biaya peralatan pengubah AC ke DC dan sebaliknya (converter dan inverter
equipment) sangat mahal.
Untuk
daya yang sama, maka daya guna penyaluran naik oleh karena hilang daya
transmisi turun, apabila tegangan transmisi ditinggikan. Namun peninggian
tegangan transmisi berarti juga penaikan isolasi dan biaya peralatan gardu
induk. Oleh karena itu, pemilihan tegangan transmisi dilakukan dengan
memperhitungkan daya yang disalurkan, jumlah rangkaian, jarak penyaluran,
keandalan (reliability), biaya peralatan untuk tegangan tertentu, serta
tegangan- tegangan yang sekarang dan yang direncanakan. Kecuali itu, penentuan
tegangan harus juga dilihat dari standarisasi peralatan yang ada. Penentuan
tegangan merupakan bagian dari perancangan sistem secara keseluruhan .
Meskipun tidak jelas menyebutkan
keperluannya sebagai tegangan transmisi, di Indonesia, Pemerintah telah
menyeragamkan deretan tegangan tinggi sebagai berikut:
- Tegangan Nominal Sistim (kV) : 30-66-110-150-220-380-500
- Tegangan Tertinggi untuk Perlengkapan : 36-72,5-123-170-245-420-525 Penentuan deretan tegangan diatas disesuaikan dengan rekomendasi International Electrotechnical Comission.
Pada penyaluran tenaga listrik terdapat
beberapa jenis konfigurasi yang secara
garis besar umumnya dibagi dalam 5 bentuk konfigurasi jaringan:
- Sistem Radial
- Sistem open loop / Tie Line
- Sistem close loop
- Sistem Cluster
- Sistem Spindel
Sistem
Radial merupakan sistem jaringan distribusi tegangan menengah yang paling
sederhana, murah, banyak digunakan terutama untuk sistem yang kecil, kawasan
pedesaan. Umumnya digunakan pada SUTM proteksi yang digunakan tidak rumit dan
keandalannya paling rendah.
Sedangkan
Sistem Open Loop biasanya merupakan pengembangan dari sistem Radial, sebagai
akibat diperlukannya keandalan yang lebih tinggi dan umumnya sistem ini dapat
dipasok dalam satu gardu induk. Dimungkinkan juga dari gardu induk lain tetapi
harus dalam satu sistem di sisi tegangan tinggi karena hal ini diperlukan untuk
memudahkan manuver beban pada saat terjadi gangguan atau kondisi-kondisi
pengurangan beban. Proteksi untuk sistem ini masih sederhana tetapi harus
memperhitungkan panjang jaringan pada titik manuver terjauh di sistem tersebut.
Sistem ini umunya banyak digunakan di PLN baik pada SUTM maupun SKTM.
Untuk
Sistem Close Loop layak digunakan untuk jaringan yang dipasok dari satu gardu
induk, memerlukan sistem proteksi yang cukup rumit biasanya menggunakan rele
arah (directional). Sistem ini mempunyai kehandalan yang lebih tinggi
dibandingkan sistem lainnya, dan sistem ini jarang digunakan di PLN tetapi
biasanya dipakai untuk pelanggan-pelanggan khusus yang membutuhkan keandalan
tinggi.
Sistem
spindle merupakan sistem yang relatif handal karena disediakan satu buah
express feeder yang merupakan feeder/ penyulang tanpa beban dari gardu induk
sampai Gardu Hubung (GH) refleksi, banyak digunakan pada jaringan SKTM. Sistem
ini relatif mahal karena biasanya dalam pembangunannya sekaligus untuk
mengatasi perkembangan beban di masa yang akan datang, Proteksinya relatif
sederhana hampir sama dengan sistem Open Loop. Biasanya di tiap-tiap feeder
dalam sistem spindle disediakan gardu
tengah (middle point) yang berfungsi untuk titik manuver apabila terjadi
gangguan pada jaringan tersebut. Sistem merupakan hampir mirip dengan sistem
spindle. Dalam sistem Cluster tersedia satu express feeder yang merupakan feeder
atau penyulang tanpa beban yang digunakan sebagai titik manuver beban oleh
feeder atau penyulang lain dalam sistem Cluster tersebut. Proteksi yang
diperlukan untuk sistem ini relatif sama dengan sistem Open Loop atau sistem
Spindle.
Selain
itu ada juga konfigurasi single phi dan double phi yang biasa digunakan pada
sistem transmisi tenaga listrik.
Dengan
membuat topologi jaringan yang baik akan didapat performance jaringan yang
handal dan optimal dalam arti akan diperoleh
kerugian energi jaringan yang lebih kecil dan pelayanan ke pelanggan
lebih baik dari sisi missal mutu tegangan ke pelanggan.
Dalam membuat / menentukan topologi
jaringan perlu dilakukan perhitungan-perhitungan analisa teknis pada jaringan
yang meliputi:
- Analisa Aliran Daya
- Analisa Hubung Singkat
- Analisa Drop Tegangan
- Pengaturan beban agar optimal
Dari
analisa-analisa tersebut di atas dan dipadukan dengan pengalaman operasional
akan diperoleh bentuk topologi jaringan yang paling optimal.
Komponen-komponen utama dari transmisi jenis
saluran udara terdiri dari:
Menara transmisi atau tiang transmisi
beserta fondasinya
Menara atau tiang transmisi adalah suatu
bangunan penopang saluran transmisi, yang bisa berupa menara baja, tiang beton
bertulang dan tiang kayu. Tiang tiang baja, beton atau kayu umumnya digunakan
pada saluran- saluran dengan tegangan kerja relatif rendah (di bawah 70 kV)
sedang untuk saluran transmisi tegangan tinggi atau ekstra tinggi atau ekstra
tinggi digunakan menara baja. Menara baja dibagi sesuai dengan fungsinya, yaitu
: menara dukung, menara sudut, menara ujung, menara percabangan dan menara
transposisi.
Isolator-isolator
Jenis isolator yang digunakan pada
saluran transmisi adalah jenis porselin atau gelas. Menurut penggunaan dan konstruksinya
dikenal tiga jenis isolator, yaitu : isolator jenis pasak, isolator jenis pos
saluran dan isolator gantung. Isolator jenis pasak dan pos saluran digunakan
pada saluran transmisi dengan tegangan kerja relatif rendah (kurang dari 22 –
33 kV), sedang isolator gantung dapat digandeng menjadi rentangan isolator yang
jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Kawat penghantar
Jenis-jenis kawat penghantar yang biasa
digunakan pada saluran transmisi adalah tembaga dengan konduktivitas 100% (CU
100%), tembaga dengan konduktivitas 97,5 % (CU 97,5 %) atau alumunium dengan
koduktivitas 61% (Al 61%). Kawat penghantar alumunium dari berbagai jenis
dengan lambang sebagai berikut:
- AAC : “All Alumunium Conductor” yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari alumunium
- AAAC : “ All Alumunium Alloy Conductor” yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.
- ACSR : “Alumunium Conductor Steel Reinforced” yaitu kawat penghantar alumunium ber-inti kawat baja.
- ACAR : “Alumunium Conductor Alloy Reinforced” yaitu kawat penghantar alumunium yang diperkuat dengan logam campuran.
Kawat penghantar tembaga mempunyai
beberapa kelebihan dibandingkan dengan kawat penghantar alumunium karena
konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Tetapi kelemahannya ialah untuk
besar tahanan yang sama tembaga lebih berat dari alumunium dan juga lebih
mahal. Oleh karena itu kawat penghantar alumunium telah menggantikan kedudukan
tembaga. Untuk memperbesar kuat tarik
dari kawat alumunium digunakan campuran alumunium (alumunium alloy). Untuk
saluran-saluran transmisi tegangan tinggi, di mana jarak antara dua
tiang/menara jauh (ratusan meter), dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi.
Untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR.
Kawat tanah
Kawat tanah atau “ground wire” juga
disebut sebagai kawat pelindung (shield wires) gunanya untuk melindungi
kawat-kawat penghantar atau kawat fasa terhadap sambaran petir. Jadi kawat
tanah itu dipasang diatas kawat fasa. Sebagai kawat tanah umumnya dipakai kawat
baja (steel wire) yang lebih murah, tetapi tidaklah jarang digunakan ACSR.
Setiap
saluran transmisi memiliki karakteristik listrik, yaitu konstanta- konstanta
saluran, seperti: tahanan R, induktansi L, konduktansi G, dan kapasitansi C.
Pada saluran udara konduktansi G sangat kecil sehingga dengan mengabaikan
konduktansi G , perhitungan-perhitungan akan jauh lebih mudah dan
pengaruhnyapun masih dalam batas-batas yang dapat diabaikan.
Untuk keperluan analisa dan pehitungan
maka diagram pengganti untuk klasifikasi saluran transmisi biasanya dibagi
dalam 3 kelas, yaitu:
- kawat pendek (<80 km)
- kawat menengah (80-250 km)
- kawat panjang (>250 km).
Klasifikasi
di atas sangat kabur dan sangat relatif. Klasifikasi saluran transmisi harus
didasarkan atas besar kecilnya kapasitansi ke tanah. Jadi bila kapasitansi
kecil, dengan demikian arus bocor ke tanah kecil terhadap beban, maka dalam hal
ini kapasitansi ke tanah dapat diabaikan dan dinamakan kawat pendek. Tetapi
bila kapasisatansi sudah mulai besar sehingga tidak dapat diabaikan, tetapi
belum begitu besar sekali sehingga masih dapat dianggap seperti kapasitansi
terupsat (lumped capacitance), dan ini dinamakan kawat menengah. Bila
kapasitansi itu besar sekali sehingga tidak mungkin lagi dianggap sebagai kapasistansi
terpusat, dan harus dianggap terbagi rata sepanjang saluran, maka dalam hal ini
dinamakan kawat panjang.
Semakin
tinggi tegangan operasi maka kemungkinan timbulnya korona sangat besar. Korona
ini akan memperbesar kapasitansi, dengan demikian memperbesar arus bocor. Jadi
ada kalanya walaupun panjang saluran hanya 50 km, misalnya, dan bila tegangan
kerja sangat tinggi (Tegangan Ekstra Tinggi, EHV, apalagi Tegangan Ultra
Tinggi, UHV) maka kapasitansi relatif besar sehingga tidak mungkin lagi diabaikan
walapun panjang saluran hanya 50 km.
Sedangkan untuk klasifikasi saluran
transmisi berdasarkan fungsinya dalam operasi dapat dibedakan dalam:
- transmisi: yang menyalurkan daya besar dari pusat-pusat pembangkit ke daerah beban, atau antara dua atau lebih sistem, biasa juga disebut sebagai saluran interkoneksi atau biasa disebut tie line.
- sub transmisi: sub transmisi ini biasanya adalah transmisi percabangan dari saluran yang tinggi ke saluran yang lebih rendah
- distribusi: di Indonesia telah ditetapkan bahawa tegangan distribusi adalah 20 kV.
Tags
Energi