Insidens
Sampai
saat ini insidens sindroma HELLP belum diketahui dengan pasti. Hal ini
disebabkan sindroma ini sulit diduga serta gambaran klinisnya mirip dengan penyakit nonobstetri. Menurut
Sibai (1964) angka kejadian sindroma HELLP berkisar antara 4 -14% dari seluruh
penderita PEB, sedangkan angka kejadian Sindroma HELLP pada seluruh kehamilan
adalah 0,2 – 0,6%. Sindroma ini secara bermakna lebih tinggi pada wanita kulit
putih dan multigravida.
Klasifikasi
Terdapat
2 klasifikasi yang digunakan pada Sindroma HELLP, yaitu:
Berdasarkan jumlah keabnormalan yang
dijumpai
Audibert dkk (1996 ) melaporkan pembagian
Sindroma HELLP berdasarkan jumlah keabnormalan parameter yang didapati, yaitu:
sindroma HELLP murni bila didapati ketiga parameter, yaitu:
- Hemolisis, peningkatan enzim hepar, dan penurunan jumlah trombosit dengan karakteristik gambaran darah tepi dijumpainya burr cell, schistocyte, atau spherocytes, LDH > 600 IU/L,, SGOT > 70 IU/ L, bilirubin >1,2 ml/dl, dan jumlah trombosit <100.000/mm
- Sindroma HELLP parsial bila dijumpai hanya satu atau dua parameter sindroma HELLP.
Berdasarkan jumlah trombosit
Martin (1991) mengelompokkan penderita
Sindroma HELLP dalam tiga kelas:
- kelas I : jumlah trombosit ≤ 50.000/mm3
- kelas II : jumlah trombosit > 50.000 - ≤ 100.000/mm3
- kelas III : jumlah trombosit > 100.000 - ≤ 150.000/mm3
Gejala dan Tanda Klinis
Gejala
yang paling sering dijumpai adalah nyeri pada daerah epigastrium atau
kuadran kanan atas (90%), nyeri kepala,
malaise sampai beberapa hari sebelum dibawa ke rumah sakit (90%), serta mual
dan muntah (45 – 86%). Selain itu, dapat pula ditemukan penambahan berat badan
dan edema (60%). Hipertensi tidak dijumpai sekitar 20% kasus, hipertensi ringan
30%, dan hipertensi berat 50%.
Pada
beberapa kasus dijumpai hepatomegali, kejang-kejang, jaundice, perdarahan
gastrointestinal, dan perdarahan gusi. Sangat jarang dijumpai hipoglikemi,
koma, hiponatremia, gangguan mental, buta kortikal, dan diabetes insipidus yang
nefrogenik. Edema pulmonum dan gagal ginjal akut biasa dijumpai pada kasus
sindroma HELLP yang onsetnya postpartum atau antepartum yang ditangani secara
konservatif.
Penatalaksanaan
Protokol manajemen sindrom HELLP:
- Penanganan dimulai sebagaimana penanganan pada PE berat.
- Adanya Sindroma HELLP bukan merupakan indikasi untuk segera melakukan terminasi kehamilan. Stabilisasi ibu adalah prioritas utama
Tags
Kehamilan