Aspek Fisiologis
Walter Canon (dalam sarafino, 2006) memberikan
deskripsi mengenai bagaiman reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang
mengancam. Ia menyebutkan reaksi tersebut sebagai fight-or-fight response
karena respon fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi atau
menghindari situasi yang mengancam tersebut. Fight-or-fight response
menyebabkan individu dapat berespon dengan cepat terhadap situasi yang
mengancam. Akan tetapi bila arousal yang tinggi terus menerus muncul dapat
membahayakan kesehatan individu.
Selye (dalam Sarafino, 2006) mempelajari akibat yang diperoleh bila
stressor terus menerus muncul. Ia mengembangkan istilah General Adaptation
Syndrome (GAS) yang terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap
stressor yaitu:
- Fase reaksi yang mengejutkan (alarm reaction). Pada fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya ketidakberesan seperti jantungnya berdegup, keluar keringat dingin, muka pucat, leher tegang, nadi bergerak cepat dan sebagainya. Fase ini merupakan pertanda awal orang terkena stres.
- Fase perlawanan (Stage of Resistence). Pada fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada stres, sebab pada tingkat tertentu, stres akan membahayakan. Tubuh dapat mengalami disfungsi, bila stres dibiarkan berlarut-larut. Selama masa perlawanan tersebut, tubuh harus cukup tersuplai oleh gizi yang seimbang, karena tubuh sedang melakukan kerja keras.
- Fase Keletihan (Stage of Exhaustion). Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan. Akibat yang parah bila seseorang sampai pada fase ini adalah penyakit yang dapat menyerang bagian – bagian tubuh yang lemah.
Aspek Psikologis
Reaksi psikologis terhadap stressor
meliputi:
- Kognisi. Cohen menyatakan bahwa stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktifitas kognitif.
- Emosi. Emosi cenderung terkait stres.individu sering menggunakan keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres dan pengalaman emosional (Maslach, Schachter & Singer, dalam Sarafino, 2006). Reaksi emosional terhadap stres yaitu rasa takut, phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih dan marah.
- Perilaku Sosial. Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat berperilaku menjadi positif dan negatif (dalam Sarafino, 2006). Stres yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif (Donnerstein & Wilson, dalam Sarafino, 2006).