Diet yang
diberikan harus bermutu tinggi dengan cukup kalori, mengandung cukup protein,
cairan, serta banyak sayur-sayuran dan buah-buahan (Winkjosastro et al, 2002
& Mochtar, 1998).
Miksi
atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita
mengalami sulit kencing karena sfingter uretra tertekan oleh kepala janin,
sehingga fungsinya terganggu. Bila kandung kemih penuh dan wanita tersebut
tidak dapat berkemih sendiri, sebaiknya dilakukan kateterisasi dengan
memperhatikan jangan sampai terjadi infeksi (Winkjosastro et al, 2002).
Defekasi
atau buang air besar harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi
hingga skibala tertimbun di rectum, dapat dilakukan klisma atau diberikan
laksans per oral atau per rectal. Namun
dengan diadakannya mobilisasi secara dini, tidak jarang retensio urin et
alvi dapat diatasi. Di sini dapat ditekankan bahwa wanita baru bersalin
memerlukan istirahat dalam jam-jam pertama postpartum, akan tetapi jika
persalinan ibu serba normal tanpa kelainan, maka wanita yang baru bersalin itu
bukan seorang penderita dan hendaknya jangan dirawat seperti seorang penderita
(Winkjosastro et al, 2002).
Bila
wanita itu sangat mengeluh tentang adanya after paints atau mules, dapat diberi
analgetik atau sedatif supaya ia dapat beristirahat atau tidur. Delapan jam
postpartum wanita tersebut disuruh mencoba menyusui bayinya untuk
merangsang timbulnya laktasi. Kecuali
bila ada kontraindikasi untuk menyusui bayinya, seperti wanita yang menderita
tifus abdominalis, tuberculosis aktif,
diabetes mellitus berat, psikosis, putting susunya tertarik ke dalam dan
lain- lain. Bayi dengan labio palato skiziz (sumbing) tidak dapat menyusu oleh
karena tidak dapat menghisap. Hendaknya hal ini diketahui oleh bidan atau
dokter yang menolongnya. Minumannya
harus diberikan melalui sonde. Begitu pula dengan bayi yang dilahirkan dengan
alat seperti ekstraksi vakum atau cunam dianjurkan untuk tidak menyusu sebelum
benar-benar diketahui tidak ada trauma kapitis. Pada hari ketiga atau keempat
bayi tersebut baru diperbolehkan untuk
menyusu bila tidak ada kontraindikasi (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar,
1998).
Perawatan
mamma harus sudah dilakukan sejak kehamilan, areola mamma dan puting susu
dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream , agar tetap lemas,
jangan sampai kelak mudah lecet dan pecah-pecah. Sebelum menyusui mamma harus
dibikin lemas dengan melakukan massage
secara menyeluruh. Setelah areola mamma dan putting susu dibersihkan,
barulah bayi disusui (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Bayi yang
meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara mengadakan pembalutan kedua
mamma hingga tertekan, dan dapat pula diberikan Bromocryptin sehingga
pengeluaran lactogenic hormone tertekan
(Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Pengunjung
atau tamu sehat boleh mengunjungi wanita postpartum. Hendaknya para pengunjung
harus dalam keadaan sehat dan bersih untuk mencegah kemungkinan terjadinya
penularan penyakit oleh karena wanita dalam masa nifas mudah sekali terkena
infeksi. Pemakaian gurita yang tepat masih dibenarkan pada wanita postpartum.
Ketika dipulangkan, diberi penjelasan dan motivasi tentang cara menjaga bayi,
memberi susu dan makanan bayi, keluarga berencana, hidup dan makanan sehat, dan
dipesan untuk memeriksakan diri lagi (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar,
1998).
Tags
Kehamilan