Frekuensi yang tinggi pada mola
hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang
peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Chorionik gonadotropin
dibentuk berlebihan. Hiperemsis gravidarum tampaknya berkaitan dengan kadar hCG
yang tinggi atau meningkat pesat (Goodwin, et al., 1994; Van de Ven, 1997,
dalam Williams, 2001). Penyakit hiperemesis gravidarum ini mungin juga
disebabkan oleh kadar hormon estrogen yang meningkat (Prawirohardjo,
1997).
Estrogen dan progesteron telah lama
terlibat dalam etiologi mual dan mutah, meskipun teori ini tidak sepenuhnya
sesuai dengan insidensi gejala di trimester pertama pada sebagian besar wanita,
karena kadar hormon ini terus meningkat setelah melewati trimester pertama
(Tiran, 2008).
Faktor predisposisi lain untuk
hiperemesis gravidarum adalah keletihan, janin wanita, ulcus pepticum, mual dan
muntah di kehamilan sebelumnya, penggunaan pil kontrasepsi saat prakonsepsi, mual
pramenstruasi, merokok, stress, cemas, dan takut, masalah sosio-ekonomi,
kesulitan dalam membina hubungan, dan wanita yang memiliki keluarga atau ibu
yang mengalami mual dan muntah saat hamil (Tiran, 2008).
Hiperemesis gravidraum juga
ditemukan pada wanita yang memiliki riwayat kehamilan yang jelek, memiliki bayi
dengan jenis kelamin yang tidak diinginkan, kehamilan yang tidak diinginkan,
atau kakhawatiran akan kehilangan pekerjaan (Bennet & Brown, 1999).
Hubungan psikologik dengan hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti,
tidak jarang dengan memberikan suasana baru dapat membatu ibu mengurangi
frekuensi mual dan muntah (Prawirohardjo, 1997).
Frigo, et al. (1998, dalam Williams,
2006) mengungkapkan adanya keterkaitan terhadap Helicobacter pylori (penyebab
ulkus peptikum) dengan hiperemesis gravidarum. Hayakawa, et al. (2000, dalam
Tiran, 2008) menemukan adanya ganom Helicobacter pylori dalam saliva wanita
yang mengalami hiperemesis gravidarum dan menyatakan bahwa infeksi Helicobacter
pylori merupakan faktor penting dalam patogenesis hiperemesis gravidarum,
meskipun bukan penyebab tunggal dari penyakit ini.
Masuknya vili khorialis dalam
sirkuasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang
menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik. Alergi
merupakan respons dari jaringan ibu terhadap anak juga disebut sebagai salah
satu faktor organik penyebab hiperemesis gravidarum (Prawirohardjo, 1997).
Komplikasi kehamilan yang paling
sering disertai dengan gangguan psikologis adalah hiperemesis gravidarum
(Prawirohardjo, 1997). Faktor psikologik juga merupakan faktor predisposisi
dari penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut pada tanggung jawab menjadi ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi
tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran
hidup (Prawirohardjo, 1997).
Prawirohardjo (1997) berpendapat
bahwa muntah-muntah yang berlebihan merupakan komponen reaksi psikologik
terhadap situasi tertentu dengan kehidupan wanita. Tanpa itu biasanya wanita
hamil muda hanya akan menderita rasa mual dan muntah sedikit-sedikit (emesis
gravidarum).
Faktor psikologi yang signifikan terindikasi
yaitu wanita yang terpisah dari keluarganya, dengan symptom dari hiperemesis
yang mereka alami berkurang ketika kembali ke lingkungan keluarganya (Smith, et
al., 2006). Kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan atau karena
beban pekerjaan atau financial akan menyebabkan penderitaan batin, ambivelensi
dan konflik yang dapat menyebabkan mual dan muntah dalam kehamilan atau
memperparah gejala yang sudah ada. Kecemasan berdasarkan pengalaman kehamilan
sebelumnya, terutama akan datangnya hiperemesis gravidarum atau preeclampsia,
dapat memperburuk rasa sejahtera (Tiran, 2008).
Faktor fisiologi yang menyebabkan
muntah antara lain perubahan karbohidrat dan metabolism lemak, situasi korpus
luteum, faktor genetic, adaptasi saluran gastrointestimal, faktor imunologis,
dampak pada kemampuan mencium atau melihat, migren dan sakit kepala, distensi,
trauma atau infeksi uterus, kandung kemih atau pelvis ginjal, dan gangguan
apparatus vestibular (Tiran, 2008).
Tags
Kehamilan