Doe (dalam Muntohar, 2010)
mengartikan bahwa spiritualitas adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri,
nilai-nilai, moral dan rasa memiliki. Spiritualitas memberi arah dan arti pada
kehidupan. Spiritualitas adalah kepercayaan akan adanya kekuatan non fisik yang
lebih besar daripada kekuatan diri kita; suatu kesadaran yang menghubungkan
kita langsung kepada Tuhan, atau apapun yang kita namakan sebagai sumber
keberadaan kita.
Zohar (2001) mengatakan
spiritualitas tidak harus berhubungan dengan kedekatan seseorang dengan aspek
ketuhanan, sebab menurutnya seorang humanis ataupun atheis pun dapat memiliki
spiritualitas. Dalam bukunya disebutkan bahwa agama formal adalah seperangkat
aturan dan kepercayaan yang dibebankan secara eksternal. Ia bersifat top-down,
diwarisi dari para pendeta, nabi dan kitab suci atau ditanamkan melalui
keluarga dan tradisi. Sedangkan spiritualitas adalah kemampuan internal bawaan
otak dan jiwa manusia, yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta
sendiri.
Menurut Ahmad Suaedy (dalam Efendi,
2004), spiritualitas dalam bahasa Inggris adalah spirituality, berasal dari
kata spirit yang berarti roh atau jiwa. Spiritualitas adalah dorongan bagi
seluruh tindakan manusia, maka spiritualitas baru bisa dikatakan dorongan bagi
respon terhadap problem-problem masyarakat konkrit dan kontemporer.
Spiritualitas baru berbeda dengan bentuk istimewa yang lebih berupa ajaran
formal. Dalam konteks Islam, sebenarnya bisa dikatakan spiritualitas baru
dimaksudkan disini adalah kehidupan iman itu sendiri yang dalam Islam
dinyatakan dan bersumber pada kepercayaan utama yaitu “Tiada Tuhan selain Allah
dan Muhammad adalah utusan Allah”. Pengakuan dan kesaksian dalam hati itu tidak
terjadi secara insidental melainkan terus menerus sepanjang hidup dan karena itu
merupakan tuntutan atas implementasi dari iman yakni seruan untuk berbuat baik
dan larangan berbuat jelek yang juga berlangsung secara terus-menerus sepanjang
hayat dan abadi sifatnya. Ketika
pengakuan hati itu mewujud dalam aktivitas, maka akan menjadi manusiawi dan
karena itu tidak suci, dengan demikian terbuka untuk kritik dan keberatan dan
juga sebaliknya terbuka bagi dukungan dari arah manapun. Dengan sendirinya
ukuran tuntutan kebaikan dan larangan buruk bersifat rasional dan mengikuti
standar-standar kemanusiaan universal belaka, sedangkan pengakuan dan kesaksian
iman memberi dasar komitmen.
Spiritualitas adalah pencarian dan
perenungan akan keberadaan kekuatan di luar kemampuan diri seperti kepincangan,
kealpaan, dan perangai buruk lainnya. Hal ini memerlukan sumber daya manusia
yang memiliki kemauan dan kemampuan intelektual dalam mengetahui sebab
musababnya. Bell Hooks seorang intelektual dari Amerika
(www.thereadinggroup.sg/articles/spiritualitas) mengatakan kita bisa
menyaksikan tidak hanya dengan intelektual kita bekerja tetapi dengan diri kita
sendiri, kehidupan kita. Pada saat darurat, kita diminta untuk memberi semua yang ada pada diri kita
walaupun semua pekerjaan telah kita lakukan, tanpa masalah bagaimana kita
menjadi revolusioner cemerlang atau beraksi, kita akan kehilangan kekuatan dan
makna jika kita tidak memiliki integritas.
Tags
Psikologi Agama
belum dibahas mengenai "kedcedasan spirital....... yangartinya depat dam mudah tanggap tterhadap tuntunan dari yang maha tahu maha nenuntun. Sering orang pada saat yang tieqk disadarinya melairkan satu pendapat..... sangat berkesan pada teman bicara.... tapi dia senediri tidak saedar.... bukan mwengtigau.......apa itu yang sisebut oleh orang sufi islam "hulul" ?
BalasHapus