Penatalaksanaan
pada penderita epilepsi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu; penatalaksanaan
primer dan penatalaksanaan sekunder. Penatalaksanaan primer epilepsi dilakukan
dengan memberikan obat-obatan untuk mencegah serangan kejang atau untuk
mengurangi frekuensinya sehingga klien dapat menjalani kehidupan normalnya.
Obat yang diberikan disesuaikan dengan jenis serangannya dan biasanya
menggunakan kombinasi obat-obatan dengan tujuan untuk mengurangi efek samping
yang ditimbulkan. Namun saat ini dokter cenderung menggunakan satu jenis obat
dengan sedapat mungkin mengurangi dosis obat yang diberikan.
Penanganan
epilepsi dapat juga dilakukan dengan cara non farmakologi maupun farmakologi.
Non farmakologi:
Penanganan epilepsi non farmakologi
berupa:
- Amati faktor pemicu
- Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya: stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll.
Farmakologi
Menggunakan obat-obat antiepilepsi yaitu:
- Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+: Inaktivasi kanal Na, menurunkan kemampuan syaraf untuk menghantarkan muatan listrik. Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproat.
- Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik: Agonis reseptor GABA, meningkatkan transmisi inhibitori dg mengaktifkan kerja reseptor GABA, contoh: benzodiazepin, barbiturat.
Menghambat
GABA transaminase, konsentrasi GABA meningkat, contoh: Vigabatrin. Menghambat
GABA transporter, memperlama aksi GABA, contoh: Tiagabin. Meningkatkan
konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien mungkin dg menstimulasi
pelepasan GABA dari non-vesikularpoolcontoh: Gabapentin (Anonim, 2007).
Pengobatan
epilepsi dapat juga dilakukan dengan pembedahan. Pembedahan ini diindikasikan
bagi untuk pasien yang mengaalami epilepsi akibat tumor intrakranial, abses,
kista, atau adanya anomali vaskuler.
Penatalaksanaan
sekunder yang dapat dilakukan adalah dengan mempertahankan patensi jalan napas
dan mencegah terjdinya cedera. Mempertahankan klien dalam posisi berbaring
kesalah satu sisi dapat mengurangi kemungkinan aspirasi isi lambung dan saliva
serta mencegah lidah jatuh kebelakang. Mencegah terjadinya cedera dilakukan
dengan melindungi kepala saat terjadi serangan serta memindahkan benda-benda yang
dapat membahayakan penderita. Selain itu penting dilakukan pendekatan secara
holistik yang meliputi aspek psikologis penderita dan sikap keluarga,
masyarakat terhadap penderita epilepsi.