Pada
dasarnya konsep diri tersusun atas tahapan-tahapan, yang paling dasar adalah
konsep diri primer, di mana konsep ini terbentuk atas dasar pengalamannya
terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri. Pengalaman-
pengalaman yang berbeda yang ia terima melalui anggota rumah, dari orang tua,
nenek, paman ataupun misalnya saudara-saudara sekandung yang lainnya. Konsep
tentang bagaimana dirinya banyak bermula dari perbandingan antara dirinya
dengan saudara-saudara yang lainnya. Sedang konsep tentang bagaimana perannya,
aspirasi- aspirasinya ataupun tanggungjawabnya dalam kehidupan ini, banyak
ditentukan atas dasar didikan ataupun tekanantekanan yang datang dari orang
tuanya. Setelah anak bertambah besar, ia mempunyai hubungan yang lebih luas
daripada hanya sekedar hubungan dalam lingkungan keluarganya. Ia mempunyai
lebih banyak teman, lebih banyak kenalan dan sebagai akibatnya ia mempunyai
lebih banyak pengalaman. Akhirnya anak akan memperoleh konsep diri yang baru
dan berbeda dari apa yang sudah terbentuk dalam lingkungan rumahnya, dan
menghasilkan suatu konsep diri sekunder.
Konsep
diri sekunder terbentuk banyak ditentukan oleh bagaimana konsep diri primernya.
Apabila konsep diri primer yang dipunyai seseorang adalah bahwa ia tergolong
seagai orang yang pendiam, penurut, tidak nakal atau tidak suka untuk mambuat
suatu keributan-keributan, maka ia akan cenderung pula memilih teman bermain
yang sesuai dengan konsep diri yang sudah dipunyainya itu dan teman- teman
arunya itulah yang nantinya menunjang terentuknya konsep diri sekunder.
Maslow
(1970) mengemukakan lima buah teorinya mengenai kebutuhan-kebutuhan individu
yang akan mempengaruhi perilakunya.
Lima klasifikasi tersebut dengan istilah
“hierarchy of needs” yang terdiri dari:
- The psycological needs, yaitu kebutuhan yang bersifat fisiologis misalnya makan, minum dan lain sebagainya.
- The safety needs, yaitu kebutuhan akan rasa aman, tenang, dilindungi dan bebas dari rasa takut.
- The belonginess and love needs, yaitu kebutuhan akan perasaan atau afeksi dalam berhubungan dengan orang lain, perasaan memiliki dan di sayangi serta dicintai.
- The esteem needs, yaitu kebutuhan akan harga diri, prestise dan prestasi, status, perasaan berguna dan menghargai sesama.
- The needs for self actualization, kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Di dalam
proses pemenuhan kebutuhan tersebut, setiap individu menunjukkan bentuk
perilaku yang berbeda-beda dan tertentu. Bentuk perilaku tersebut dilakukan
secara berulang-ulang dan akhirnya menjadi karakteristik dirinya yang disebut
dengan sifat. Sifat-sifat tersebut kemudian akan terorganisir dalam suatu
bentuk karakteristik yang unik dan khas dari kebiasaannya.