Penurunan nafsu badan yang dirasakan
oleh wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum berkaitan dengan peningkatan
kadar hormon pada arena posterma, suatu organ circumventricular pada bagian
dasar ventricle keempat yang terlatak di luar penghalang otak darah
(blood-brain barrier) (Whitehead, et al., 1992 dalam Wesson, 2002). Area ini
biasa dikenal sebagai zona pemicu chemoreceptor (chemoreceptor trigger zone),
yang tidak hanya mencakup muntah, tetapi juga perubahan selera makan, efek
hilangnya selera makan (anorexic), keseimbangan energi dan fungsi-fungsi
lainnya (Borison, 1989 dalam Wesson, 2002).
Pada minggu-minggu kehamilan pertama
pada sebagian wanita hamil merasakan seperti memakan logam yang sudah lama,
rasa ini akan merusak rasa makanan dan mengganggu bagi wanita yang mengalami
gejala mual muntah sedang sampai berat (O’Brien & Naber, 1995 dalam Wesson,
2002). Salah satu partisipan dari penelitian yang dilakukan oleh O’Brien &
Zhou (1992, dalam Wesson, 2002) menyatakan bahwa ia merasa seperti mendapatkan
rasa logam yang benar-benar ada dalam mulutnya dan tidak bisa hilang sehingga bahkan membuat
minum air menjadi sangat tidak menyenangkan.
Ptyalisme, atau air liur yang
berlebih sering menyertai hiperemesis gravidarum dan beberapa wanita
membutuhkan tempat untuk menampung air liur mereka tersebut (Gardner, 1997).
Ptyialisme (kelebihan ludah) pada ibu hamil terjadi sejak usia gestasi 8 minggu
dan biasanya disebabkan oleh hormon kehamilan (Bennet & Brown, 1999).
Prawihardjo (1997) menyatakan bahwa ptyalisme terjadi karena ketidaksanggupan
wanita tersebut menelan air ludahnya sebagai akibat dari mual.
Pada awal kehamilan, tubuh akan
memproduksi sejumlah progesteron dan estrogen yang cenderung melemaskan semua
jaringan otot halus di seluruh tubuh, termasuk saluran pencernaan. Akibatnya
kadang-kadang makanan berjalan lambat di dalam sistem pencernaan, sehingga
perut terasa kembung dan panas. Rasa panas di perut akibat melemasnya cincin
otot yang memisahkan kerongkongan dengan lambung. Akibatnya, makanan dan cairan
yang keras serta asam dapat masuk ke kerongkongan dari lambung. Asam lambung
ini merangsang dinding kerongkongan yang peka sehingga menyebabkan rasa panas.
Untuk menghindarinya usahakan makan sedikit- sedikit tapi sering. Hindari
posisi membungkuk dengan melekukkan pinggang (O’Brien & Naber 1992, dalam
Tiran 2008).
Kaltenbach (1891, dalam Wesson,
2002) menyatakan bahwa para wanita yang mengalami penyakit kehamilan tingkat
berat, yaitu hiperemeses gravidarum, secara tidak wajar dan secara simbolik
mengalami atau mengungkapkan perasaan benci mereka terhadap kehamilan dan
kebencian terhadap suami dan bayi yang mereka kandung dan menganggapnya sebagai
suatu emosi yang kuat. Hal ini terjadi karena pergolakan hormon, hampir semua
wanita hamil secara emosional labil dan cenderung goyah (Stoppard, 2007).
Williams (2006) menyatakan bahwa pada
awal kehamilan, sebagian besar wanita mengeluh kelelahan dan ingin tidur terus
menerus. Keadaan ini biasanya mereda dengan sendirinya pada bulan keempat
kehamilan dan tidak memiliki makna tertentu. Hal ini mungkin disebabkan oleh
efek mengantuk yang ditimbulkan oleh progesterone. Wesson (2002) menyatakan
bahwa wanita yang megalami tingkat lelah yang paling tinggi adalah wanita yang
mengalami hiperemesis gravidarum.
Tags
Kehamilan
wah aneh tapi nyata ya ckck...
BalasHapus