Pengalaman-pengalaman
membuktikan, bahwa unsur ketakutan serta kecemasan berkaitan dengan fungsi
reproduksi yang menimbulkan dampak yang merintangi tercapainya orgasme pada
koitus. Pada umumnya dinyatakan bahwa sebab yang paling banyak dari kemandulan
adalah ketakutan-ketakutan yang tidak disadari atau yang ada dibawah sadar,
yang infantile atau kekanak-kanakan sifatnya. (Kartono, 2007).
Penelitian
kedokteran juga menemukan bahwa peningkatan kadar prolaktin dan kadar
Lutheinizing Hormon (LH) berhubungan erat dengan masalah psikis. Kecemasan dan
ketegangan cenderung mengacaukan kadar LH, serta kesedihan dan murung cenderung
meningkatkan prolaktin. Kadar prolaktin yang tinggi dapat mengganggu pengeluaran
LH dan menekan hormon gonadotropin yang
mempengaruhi terjadinya ovulasi ( Kasdu, 2001).
Pasangan
suami istri yang mengalami infertilitas sering kali mengalami perasaan tertekan
terutama pihak wanita yang pada akhirnya dapat jatuh pada keadaan depresi,
cemas dan lelah yang berkepanjangan. Perasaan yang dialami para wanita tersebut
timbul sebagai akibat dari hasil pemeriksaan, pengobatan dan penanganan yang
terus menerus tidak membuahkan hasil. Hal inilah yang mengakibatkan wanita
merasa kehilangan kepercayaan diri serta perasaan tidak enak terhadap diri
sendiri, suami dan keluarga ataupun lingkungan dimana wanita itu berada.
Keadaan
wanita yang lebih rileks ternyata lebih mudah hamil dibandingkan dengan wanita
yang selalu dalam keadaan stres. Adapun perasaan tertekan atau tegang yang
dialami wanita tersebut berpengaruh terhadap fungsi hipotalamus yang merupakan
kelenjar otak yang mengirimkan sejumlah sinyal untuk mengeluarkan hormon stres
keseluruh tubuh. Hormon stress yang terlalu banyak keluar dan lama akan
mengakibatkan rangsangan yang berlebihan pada jantung dan melemahkan sistem
kekebalan tubuh. Kelebihan hormon stres juga dapat mengganggu keseimbangan
hormon, sistem reproduksi ataupun kesuburan. Pernyataan ini seperti dikemukakan
oleh Mark Saver pada penelitiannya tahun 1995, mengenai Psychomatic Medicine
yang menjelaskan bahwa wanita dengan riwayat tekanan jiwa kecil kemungkinan
untuk hamil dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalaminya. Hal ini terjadi
karena wanita tersebut mengalami ketidakseimbangan hormon (hormon estrogen).
Kelebihan hormon estrogen akan memberikan sinyal kepada hormon progesteron
untuk tidak berproduksi lagi karena kebutuhannya sudah mencukupi. Akibatnya
akan terjadi kekurangan hormon progesteron yang berpengaruh terhadap proses
terjadinya ovulasi (Kasdu, 2001).
Tags
Kehamilan