Faktor Heredokonstitusionil
Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada
masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil
perbedaan antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen
mempunyai peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya
kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dari dwarfism adalah
akibat transmisi gen yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak
bertubuh kecil karena konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin
atau gizi. Peranan genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal
yang diperdebatkan. Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai
peranan yang besar tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak
dapat diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa
hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan lingkungan.
Sifat-sifat
emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen lebih banyak dipengaruhi
oleh lingkungan dibandingkan dengan hereditas.
- Jenis kelamin. Pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi pada umur 10 tahun, sedangkan pria mulai pada umur 12 tahun.
- Ras atau bangsa. Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning mempunyai hereditas lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Itali.
- Keluarga. Tidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang pendek sedangkan anggota keluarga lainnya tinggi.
- Umur. Kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa bayi dan masa adolesensi.
Faktor Lingkungan, Faktor
Prenatal
- Gizi (defisiensi vitamin, iodium dan lain-lain). Dengan menghilangkan vitamin tertentu dari dalam makanan binatang yang sedang hamil, Warkany menemukan kelainan pada anak binatang tersebut. Jenis kelainan tersebut dapat diduga sebelumnya dengan menghilangkan vitamin tertentu. Telah dibuktikan pula bahwa kurang makanan selama kehamilan dapat meningkatkan angka kelahiran mati dan kematian neonatal. Diketahui pula bahwa pada ibu dengan keadaan gizi yang jelek tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini disinggung pula oleh Warkany dengan mengatakan The most serious congenital malformation is never to be conceived at all.
- Mekanis (pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma, oligohidrmnion). Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan oligohidramnion dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu berat karena mungkin terjadi pada masa kehidupan intrauterin akhir. Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat gangguan pertumbuhan.
- Toksin kimia (propiltiourasil, aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-lain). Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus, disostosis kranial.
- Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes melitus sering menunjukkan kelainan berupa makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia adrenal. Hiperplasia pulau Langerhans akan mengakibatkan hipoglikemia. Umur rata-rata ibu yang melahirkan anak mongoloid dan kelainan lain umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan umur ibu yang melahirkan anak normal. Ini mungkin disebabkan oleh kelainan beberapa endrokin dalam tubuh ibu yang meningkat pada umur lanjut, walaupun faktor lain yang bukan endokrin juga ikut berperan.
- Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain). Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan yang pernah dilaporkan ialah mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak. Kelainan yang ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah mikrosefali, retardasi mental, kelainan kongenital mata dan jantung.
- Infeksi (trimester I: rubela dan mungkin penyakit lain, trimester II dan berikutnya: toksoplasmosis, histoplasmosis, sifilis dan lain-lain). Rubela (German measles) dan mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya yang diderita oleh ibu pada waktu hamil muda dapat mengakibatkan kelainan pada fetus seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Lues kongenital merupakan contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin sehingga terjadi gangguan pertumbuhan fisis dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat mengakibatkan makrosefali kongenital atau mikrosefali dan renitinitis.
- Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus). Keadaan ini timbul atas dasar adanya perbedaan golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah bayi yang kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah bayi yang akan mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel darah merah bayi akan timbul anemia dan hiperbilirubinemia. Jaringan otak sangat peka terhadap hiperbilirubinemia ini dan dapat terjadi kerusakan.
- Anoksia embrio (gangguan fungsi plasenta) Keadaan anoksia pada embrio dapat mengakibatkan pertumbuhannya terganggu.
Faktor Pascanatal
- Gizi (masukan makanan kualitatif dan kuantitatif) Termasuk dalam hal ini bahan pembangun tubuh yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin.
- Penyakit (penyakit kronis dan kelainan kongenital) Beberapa penyakit kronis seperti glomerulonefritis kronik, tuberkulosis paru dan penyakit seliak dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. Hal yang sama juga dapat terjadi pada penderita kelainan jantung bawaan.
- Keadaan sosial-ekonomi. Hal ini memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak. Jelas dapat terlihat pada ukuran bayi yang lahir dari golongan orang tua dengan keadaan sosial-ekonomi yang kurang, yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi dari keluarga dengan sosial-ekonomi yang cukup.
- Musim. Di negeri yang mempunyai 4 musim terdapat perbedaan kecepatan tumbuh berat badan dan tinggi. Pertambahan tinggi terbesar pada musim semi dan paling rendah pada musim gugur. Sebaliknya penambahan berat badan terbesar terjadi pada musim gugur dan terkecil pada musim semi.
- Lain-lain. Banyak faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain pengawasan medis, perbaikan sanitasi, pendidikan, faktor psikologi dan lain-lain.
Menurut
Soetjiningsih (1995) dan Suryanah (1996) faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain adalah sebagai berikut:
Faktor genetik
Faktor
genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
anak. Anak dapat mewarisi sifat tertentu.
Faktor lingkungan
Merupakan
faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan
yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan.
Faktor lingkungan dibagi menjadi 2, yaitu:
Faktor pranatal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak
pada waktu masih di dalam kandungan. Misalnya: gizi ibu pada waktu hamil, toksin/zat
kimia, endokrin, radiasi, infeksi, dan stres.
Faktor post-natal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak setelah lahir. Secara umum dapat digolongkan menjadi:
- Lingkungan biologis, antara lain: Ras/suku bangsa, Jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, fungsi metabolisme dan hormon.
- Faktor fisik, antara lain: cuaca/musim, sanitasi, keadaan rumah dan radiasi.
- Faktor psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, kelompok sebaya, kasih sayang dan kualitas interaksi anak-orang tua.
- Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain: pekerjaaan, pendidikan, jumlah saudara, adat istiadat, norma dan agama.