Istilah burnout
pertama kali diutarakan dan diperkenalkan kepada masyarakat oleh Herbert
Freudenberger pada tahun 1973 dalam jurnal profesional psikologi. Freudenberger
menggunakan istilah burnout untuk menggambarkan keadaan fisik dan psikologis
dari dirinya serta dari beberapa relawan yang bekerja dengan remaja yang
bermasalah (Gold dan Roth, 1993). Dalam jurnal ini diilustrasikan bahwa
seseorang yang mengalami sindrom burnout seperti gedung yang habis terbakar,
dari luar tampak baik-baik saja namun sebenarnya didalamnya penuh masalah.
Adapun
beberapa ahli yang mendefinisikan burnout, antara lain Maslach (1978) adalah
orang pertama yang mengumpulkan data empiris mengenai burnout dan
mendefinisikan burnout sebagai kelelahan emosional akibat tekanan dari kontak
interpesonal. Selanjutnya Maslach dan Leiter (2007) yang menggambarkan burnout sebagai
sebagai sindrom kelelahan emosional, depersonalisasi dan menurunnya prestasi
diri yang dapat terjadi pada individu yang bekerja.
Sedangkan
Pines dan Aronson (1981) menggambarkan burnout sebagai suatu kondisi kelelahan
fisik, mental dan emosional yang dialami oleh seseorang yang bekerja pada
sektor pelayanan sosial yang cukup lama yang disebabkan kerena orang tersebut
memberikan sesuatu secara maksimal, namun memperoleh apresiasi yang minimal.
Cherniss
(1980) dalam bukunya Staff Burnout Job Stress in the Human Service mengatakan
bahwa burnout adalah penarikan diri secara psikologis dari pekerjaan sebagai
respon terhadap stres dan ketidakpuasan yang berlebihan. Selain itu, Cherniss
(1980) juga menjelaskan mengenai burnout sebagai suatu proses. Diungkapkannya “burnout
refers to a process in which profesional’ sattitude and behavior change in
negative ways response the job strain” yang berarti burnout merupakan suatu
proses perubahan sikap dan perilaku profesional kedalam cara yang negatif
sebagai respon terhadap tekanan kerja.
Farber
(1991) menyatakan burnout sebagai sindrom yang berhubungan dengan pekerjaan yang
berasal dari persepsi individu mengenai ketidakcocokan yang signifikan antara usaha
(input) dan hasil yang didapat (output), persepsi ini dipengaruhi oleh individu
itu sendiri, organisasi dan faktor sosial, kebanyakan terjadi pada orang yang
bekerja berhadapan muka dengan masalah atau klien yang kurang mampu dan
ditandai dengan menarik diri dan berperilaku sinis terhadap klien, kelelahan fisik
dan emosional, dan simptom psikologis yang lain seperti kurang peka, cemas,
sedih dan harga diri yang rendah.
Dari
beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa burnout adalah suatu keadaan
atau kondisi internal negatif dari seseorang yang ditandai dengan kelelahan
emosional (emotional exhaustion), depersonalisasi (depersonalization) dan
penurunan pencapaian prestasi diri (reduced personal accomplishment) yang
disebabkan oleh stres yang berkepanjangan. Sindrom burnout berhubungan dengan
pekerjaan yang berasal dari persepsi individu mengenai ketidak cocokan yang
signifikan antara usaha (input) dan hasil yang didapat (output), persepsi ini
dipengaruhi oleh individu itu sendiri, organisasi danfaktor sosial. Jadi di
sini ditekankan pada terjadinya suatu perubahan motivasi, hilangnya semangat
yang dialami ‘penolong’ berkaitan dengan kekecewaan yang berlebihan yang
dialami dalam situasi kerja.
Tags
Psikologi Sosial
wah bagus sekali penjelasannya...
BalasHapus