Menurut Suliman (dalam Suraji, 2008)
Pendidikan adalah ’suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan dengan maksud
agar anak atau orang yang dihadapi itu akan meningkat pengetahuannya,
kemampuannya, akhlaqnya bahkan seluruh pribadinya.
Menurut Kamus Dasar Bahasa Indonesia dalam
(Suraji, 2008) menyebutkan pengertian pendidikan sebagai ’suatu proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan dan cara
mendidik’.
Dari
kedua definisi diatas yang dimaksud dengan pendidikan meliputi beberapa hal, yaitu:
- Pendidikan merupakan sesuatu usaha yang disengaja
- Merupakan suatu proses
- Dilakukan dengan sadar dan terprogram
- Dilakukan oleh orang yang dewasa kepada anak didik
- Mempunyai tujuan menjadikan seseorang menjadi lebih baik dan sempurna
J.S. Tukan dalam (Suraji, 2008) mengartikan
seks sebagai ’suatu efek (konsekuensi) dari adanya jenis kelamin’. Seks dalam
pengertian ini meliputi: perbedaan tingkah laku, perbedaan atribut, perbedaan
peran dan pekerjaan serta hubungan antara jenis kelamin laki-laki dan
perempuan. Adapun pendapat Mugi kasim dalam (Suraji, 2008) mengartikan seks
sebagai ’sumber rangsangan baik dari dalam maupun dari luar yang mempengaruhi
tingkah laku syahwat, yang bersifat kodrati’.
Berdasarkan definisi tersebut, yang termasuk
dalam pengertian seks mencakup alat kelamin, anggota tubuh dan ciri-ciri
badaniah lainnya yang membedakan laki-laki dan perempuan, kelenjar-kelanjar dan
hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat kelamin, proses
pembuahan, kehamilan dan kelahiran.
Gendel, 1968 dalam (Payne, 1981) menyatakan
bahwa ‘pendidikan seks secara deskriptif disebut pendidikan tentang seksualitas
manusia dan ia mendefinisikan seks sebagaimana kita adanya, bukan sesuatu yang
kita lakukan’. Pendidikan seks dan pengajaran sex jangan disamakan tetapi
mengajarkan seks adalah bagian penting dari pendidikan seks. Pendidikan seks
sangat penting diberikan sejak dini agar anak mengetahui fungsi organ seks,
tanggungjawabnya, hal al haram yang berkaitan dengan organ seks, dan panduan
menghindari penyimpangan perilaku seksual sejak dini. Selain itu, pendidikan
seks juga memberikan bekal pengetahuan serta membuka wawasan anak seputar
masalah seks secara benar dan jelas. Pemberian pendidikan seks yang benar berarti
menghindarkan anak dari berbagai risiko negatif perilaku seksual, seperti kehamilan
di luar nikah, pelecehan seksual dan penyakit menular seksual.
Sebelum anak tunagrahita menginjak usia
remaja, informasi tentang seks perlu diberikan agar mereka mengenal dirinya
secara lebih jauh, dan mengerti akan hubungan dirinya dengan lingkungannya,
memiliki bekal ilmu tentang dirinya dan seksualitasnya sehingga kelak ketika
menginjak masa remaja anak tunagrahita akan lebih percaya diri, mampu menerima
keunikan dirinya sekaligus tahu bagaimana menjaga dirinya sendiri sebaik
mungkin. Informasi tentang seksualitas bisa di dapat melalui pendidikan seks.
Adapun
beberapa definisi mengenai pendidikan seks menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut:
- Menurut Calderone dalam (Suraji, 2008), Pendidikan seks adalah pelajaran untuk menguatkan kehidupan keluarga, untuk menumbuhkan pemahaman diri dan hormat terhadap diri, untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan bersosialisasi dengan orang lain secara sehat, dan untuk membangun tanggung jawab seksual dan sosial.
- Menurut Dr. A. Nasih Ulwan dalam (Suraji, 2008), Pendidikan seks adalah upaya pengajaran penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seks yang diberikan kepada anak agar ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan, sehingga jika anak telah dewasa dan dapat memahami unsur-unsur kehidupan ia telah mengetahui masalah-masalah yang dihalalkan dan diharamkan bahkan mampu menerap kan tingkah laku islami sebagai akhlaq, kebiasaan, dan tidak mengikuti syahwat maupun cara-cara hedonistic.
- Menurut Dr. J. L. Ch. Abineno (1980) pendidikan seks merupakan ”pendidikan yang diberikan kepada anak tentang pengetahuan seks dan bagaimana menggunakan seks dalam hidupnya.”
- Menurut Syamsudin, (1985:14), Pendidikan seks adalah ”sebagai usaha untuk membimbing seseorang agar dapat mengerti benar-benar tentang arti dan fungsi kehidupan seksnya, sehingga dapat mempergunakannya dengan baik selama hidupnya.”
Adapun kesimpulan dari beberapa definisi di
atas, bahwa yang dimaksud dengan pendidikan seks adalah suatu usaha sadar untuk
menyiapkan dan membentuk manusia-manusia dewasa yang dapat menjalankan
kehidupan yang bahagia, dapat mempergunakan fungsi seksnya serta bertanggung
jawab baik dari segi individu, sosial maupun agama. Kebahagiaan yang dimaksud
adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan dirinya dengan partnernya, dengan
masyarakatnya, dan dengan lingkungannya. Tanggung jawab diartikan sebagai hubungan
yang tidak mempunyai efek yang merugikan bagi dirinya, partnernya, masyarakatnya
serta kesadaran mengatur dorongan seksualnya dengan nilai-nilai moralitas yang
berlaku.
Pendidikan Seks pada anak mencakup pengajaran
pengetahuan-pengetahuan yang berguna dan keterampilan-keterampilan yang
berkaitan dengan masalah-masalah penting yang berhubungan dengan seksualitas,
seperti mengenali identitas diri berkaitan erat dengan organ biologis mereka
serta perbedaan antara laki-laki dan perempuan, memperkenalkan anatomi tubuh,
proses reproduksi, pubertas dan perubahan –perubahan fisik yang terjadi,
termasuk keintiman, hubungan manusia, identitas seksual dan peran gender,
anatomi reproduksi dan citra tubuh, aspek emosional dari pendewasaan, cara-cara
pencegahan kehamilan dan pencegahan HIV/PHS (Penyakit akibat Hubungan Seksual),
dan akibat-akibat kesehatan dari tidak memakai kontrasepsi dan cara-cara
pencegahan diantara remaja-remaja yang aktif secara seksual.
Pendidikan seks juga harus disertai dengan
pendekatan religion, psikhis, higienis, sosial, moral dan sebagainya. Bila
pendidikan seks meliputi hal-hal tersebut, tidak akan ada lagi yang menolak
pendidikan seks diberikan pada anak. Pendidikan seks yang diberikan secara
kompleks dan utuh serta disesuaikan dengan tingkat usia sangat diperlukan oleh
setiap anak tanpa memandang dulu latar belakang anak tersebut apakah anak itu
normal atau memiliki keterbelakangan, karena pada dasarnya semua pengetahuan
tersebut akan membantu mereka dalam bersosialisasi di masyarakat. Sehingga
tidak akan timbul masalah penyimpangan-penyimpangan seksual.
Tags
Perilaku Seksual