Terdapat teori-teori inflasi yang dikenal
hingga saat ini. Paling tidak ada tiga teori tentang inflasi yang cukup popular,
yaitu:
Teori Kuantitas
Inti dari teori kuantitas adalah, pertama,
bahwa inflasi itu hanya bias terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar,
baik uang kartal maupun uang giral. Bila terjadi kegagalan panen misalnya, yang
menyebabkan harga beras naik, tetapi apabila jumlah uang beredar tidak
ditambah, maka kenaikan harga beras akan berhenti dengan sendirinya. Inti yang
kedua adalah laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar
dan psikologi atau harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa
yang akan datang.
Teori Keynes
Proses inflasi menurut Keynes adalah proses
perebutan pendapatan di antara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan
bagian yang lebih besar daripada yang dapat disediakan oleh masyarakat.
Kelompok-kelompok sosial ini misalnya orang-orang pemerintah sendiri, pihak
swasta atau bias juga serikat buruh yang berusaha mendapatkan kenaikan gaji
atau upah, dimana hal ini akan berdampak terhadap permintaan barang dan jasa
yang pada akibatnya akan menaikkan harga.
Teori Strukturalis
Teori ini biasa disebut juga dengan teori
inflasi jangka panjang, karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari
kekakuan struktur ekonomi, khususnya penawaran bahan makanan dan barang-barang
ekspor. Karena sebab-sebab struktural ini, pertambahan produksi barang lebih
lambat dibandingkan peningkatan kebutuhan masyarakat. Akibatnya penawaran
(supply) barang kurang dari yang dibutuhkan masyarakat, sehingga harga barang
dan jasa meningkat.
Teori inflasi yang sering digunakan dan cukup
terkenal adalah teori kuantitas. Dalam teori kuantitas dikatakan bahwa inflasi
sangat dipengaruhi jumlah uang yang beredar. Dalam kenyataannya memang jumlah
uang beredar itu sangat berpengaruh terhadap inflasi.
Tags
Ekonomi