Terdapat
beberapa ukuran/taraf atau skala penerimaan diri. Menurut Jersild (1965) dan
Hurlock (1967) mengungkapkan hal yang sama, bahwa penerimaan diri merupakan
derajat dimana individu mampu menerima keadaan dengan segala kerakteristik
terhadap kepribadiannya serta potensi yang dimiliki setiap individu dapat
berbeda, yaitu:
- Individu yang memiliki penerimaan diri menunjukan kareteristik : memilih sikap positif terhadap dirinya, baik yang bersifat baik maupun buruk, serta merasa positif dengan kehidupan (Ryff, dalam Palupi, 2008). Anak yang bekerja di jalanan yang belum memiliki penerimaan diri akan statusnya ditunjukan dengan karakteristik: merasa tidak puas dengan dirinya, kecewa terhadap apa yang terjadi pada keadaannya, mengalami hambatan dalam kualitas kepribadian, merasa berbeda dari apa yang ada pada dirinya.
- Individu dengan taraf penerimaan diri yang rendah ( buruk), cenderung sulit untuk memahami karakteristik dirinya sendiri. Mereka selalu memiliki pandangan yang negatif terhadap kemampuan atau potensi dirinya, menolak atau mengingkari keadaan dan kondisi yang dialaminya. Mereka pun kurang memiliki motivasi untuk mencapai suatu hal yang positif dalam kehidupannya, tidak puas terhadap dirinya, serta selalu bersikap pesimis (Jersild, 1965).
Hurlock (1976), menggambarkan penerimaan diri
melalui pemahaman proses yang mencakup kesadaran diri (self awarness) dan
realisasi diri (self realization):
Kesadaran diri (self
awarness)
Kesehatan
mental yang baik memerlukan pemahaman dan apresiasi dari kebutuhan dasar yang
menggaris bawahi dan memotivasi tingkah laku individu. Manusia memiliki
kebutuhan untuk dicintai, afeksi, rasa aman, berprestasi dan kekuasaan. Jika
individu dapat menyadari kebutuhan dalam dirinya, ia akan merasa nyaman akan
kehadirannya dan mampu menggunakan kebutuhan tersebut untuk memperkaya
kehidupan dan untuk menghadapi realitas dengan lebih adekuat. Seseorang akan
berusaha untuk memuaskan kebutuhan, mengatasi hambatan dan mencapai tujuan yang
digunakan, untuk itu diperlukan adanya pemahaman yang baik tentang bagaimana
memuaskan kebutuhan tersebut dan mengatasi hambatan. Pemahaman tersebut juga
akan membantu individu untuk mengenal dan menerima tingkah laku yang sebelumnya
tidak dikehendaki.
Realisasi diri (self
realization)
Seseorang
yang puas akan apa yang sudah dilakukan dengan kemampuannya mencerminkan
individu yang mau menerima diri dan keterbatasannya. Penerimaan atas
keterbatasan diri bukan berarti bahwa ia dikalahkan oleh kekurangannya namun
lebih dari itu ia dapat mengenali dan memperbaiki perbuatan ataupun hal-hal
yang terjadi sepanjang kehidupannya. Ketika seseorang menyadari kelebihan yang
dimilikinya, maka hal itu digunakan untuk menambah kepercayaan diri.
Selanjutnya, realisasi diri merupakan lanjut yang menjadikan seseorang sebagai
individu yang unik.