Sistem moneter internasional atau yang sering
pula disebut sebagai tata atau rezim moneter internasional, mengacu pada
berbagai peraturan, kebiasaan-kebiasaan, instrument penunjang, fasilitas
pelengkap, prosedur dan organisasi berkenaan dengan pembayaran internasional.
Sistem moneter internasional yang dianut oleh suatu negara merupakan salah satu
faktor penentu untuk mencapai tujuan-tujuan kebijakan makro ekonomi di negara
tersebut yakni, bagaimana mencapai keseimbangan eksternal (mencegah terciptanya
ketidakseimbangan baik itu berupa defisit atau surplus neraca pembayaran yang
berlebihan).
Secara umum sistem moneter internasional yang
pernah ada dalam sejarah perekonoman dunia hingga saat ini terdiri atas:
Standar emas
Dalam standar emas, setiap negara diwajibkan
untuk membakukan kandungan emas dalam koin mata uangnya dan secara pasif
bersiaga untuk membeli atau menjual mata uangnya dalam jumlah berapapun pada
harga tertentu yang telah dibakukan demi mempertahankan kebakuan nilai tukar
mata uangnya masing-masing. Karena kandungan emas dalam setiap unit mata uang
senantiasa baku, maka dengan sendirinya kurs nya pun selalu baku. Inilah yang
disebut sebagai paritas logam mulia (mint parity).
Kurs hanya dapat berfluktuasi di atas atau
dibawah paritas logam mulia itu (di seputar titik emas) sebesar biaya
pengapalan sejumlah emas yang setara nilainya dengan satu unit valas dari suatu
pusat moneter ke pusat moneter lainnya. Kecenderungan dari suatu mata uang
untuk mengalami depresiasi melampaui titik ekspor emas secara efektif dicegah
oleh berlangsungnya arus keluar emas dari negara yang bersangkutan. Arus keluar
emas ini langsung mencerminkan keberadaan dan jumlah defisit pada neraca
pembayaran di negara yang bersangkutan. Sebaliknya, kecenderungan dari sebuah
mata uang untuk mengalami apresiasi melampaui titik impor emas, dicegah oleh
surplus pada neraca pembayaran yang bersangkutan.
Sistem Bretton Woods
Pada dasarnya, Sistem Bretton Woods adalah
sebuah standar tukar emas (gold exchange standard). Dalam sistem ini, Amerika
Serikat diminta untuk mempertahankan harga emas secara baku dengan harga US$ 35
per ons emas dan ia diminta untuk senantiasa siaga menukar dolar menjadi emas
dalam jumlah berapapun berdasarkan harga baku tersebut. Sedangkan negara-negara
lain diwajibkan untuk membakukan harga mata uang mereka terhadap dolar agar
tidak bergerak lebih dari 1% di atas atau dibawah nilai patokannya. Perubahan
kurs yang dikarenakan oleh kekuatan permintaan dan penawaran hanya dimungkinkan
sampai batas tertentu yang relatif sempit. Jika ada tanda-tanda bahwa kurs akan
melampaui batas-batas tersebut, maka negara pemilik uang yang bersangkutan
diwajibkan untuk melakukan intervensi mata uangnya terhadap pasar valas agar
kurs bakunya tetap terpelihara.
Kedua sistem di atas, baik standar emas
maupun Sistem Bretton Woods sering juga disebut dengan sistem kurs tetap (fixed
exchange rate), dimana pemerintah menetapkan atau membakukan nilai kurs mata
uangnya pada tingkat tertentu.
Secara terperinci, keunggulan dan kelemahan
dari sistem kurs tetap ini adalah:
Keunggulan:
- Memberikan tindakan stabilitas kurs, menghilangkan sumber ketidakpastian dan ketidakstabilan harga lebih jauh.
- Membantu menghindarkan perekonomian dari gangguan ekonomi (goncangan moneter).
- Menggairahkan perdagangan internasional, mendorong iklim bisnis yang mendukung investasi jangka panjang.
- Memberikan kerangka kerja ekonomi yang secara potensial lebih efisien.
Kelemahan:
- Penyesuaian kurs cenderung dilakukan hanya setelah semua tindakan korektif lainnya gagal. Subordinasi sasaran ekonomi internal terhadap sasaran ekonomi eksternal yang mendahului penyesuaian kurs dapat member beban penyesuaian kepada perekonomian yang meruugikan.
- Dalam kondisi perekonomian seperti ekspor tidak selalu berkembang dan ketergantungan pada impor strategis seperti energy sangat tinggi, maka penyesuaian kurs bisa tidak mampu menghapus defisit neraca pembayaran yang terus menerus pada kurs berlaku.
- Dapat mencegah perekonomian bereaksi terlalu cepat terhadap kondisi perekonomian yang berubah yang bisa membuat beban finansial yang besar.
- Salah penerapan kurs dapat mempercepat destabilisasi aliran modal dalam jumlah yang besar.
- Perlu cadangan devisa yang cukup untuk mempertahankan kurs.
- Dugaan atau perkiraan mengenai devaluasi atau revaluasi dapat menimbulkan spekulasi.
Sistem Kurs Mengambang
(flexible exchange rate system)
Sistem kurs mengambang merupakan sistem
moneter internasional yang mengoreksi defisit atau surplus neraca pembayaran
secara otomatis oleh depresiasi atau apresiasi mata uang nasional di negara
yang bersangkutan tanpa melibatkan intervensi pemerintah serta tanpa
pengurangan atau akumulasi asset cadangan internasional yang dimiliki oleh
negara tersebut. Secara teoritis, sistem kurs mengambang terdiri atas sistem
kurs mengambang bebas (freely floated exchange rate system) yakni sistem kurs
yang benar-benar bebas intervensi pemerintah dan sistem kurs mengambang
terkendali (managed floating exchange rate system) yakni sistem kurs mengambang
yang disertai dengan intervensi pemerintah. Namun, dalam prakteknya, sistem
kurs mengambang bebas tidak pernah ada, yang ada adalah sistem kurs mengambang
terkendali yang banyak dipraktekkan oleh banyak negara dewasa ini.
Secara umum, ada 3 keunggulan pokok yang
dimiliki oleh sistem kurs mengambang, yakni:
Otonomi
kebijakan moneter
Jika
bank sentral tidak lagi harus mengintervensi pasar uang guna membakukan kurs,
maka pemerintah akan memperoleh kembali kemampuannya untuk menggunakan
kebijakan moneter untuk mencapai sasaran keseimbangan internal dan eksternal.
Lebih jauh, tidak ada negara-negara yang terpaksa mengimpor inflasi atau
deflasi dari luar negeri.
Simetri
Dalam
sistem kurs mengambang, baik Amerika Serikat maupun negara-negara lain memiliki
peluang yang sama untuk mempengaruhi kurs mata uang masing-masing terhadap mata
uang lainnya.
Kurs
sebagai stabilisator otomatis
Meskipun
kebijakan moneter tidak dilancarkan, proses penyesuaian kurs yang terbentuk
oleh kekuatan pasar akan membantu semua negara mempertahankan keseimbangan
internal dan eksternal dalam menghadapi perubahan permintaan agregat.
Disamping
keunggulan-keunggulan tersebut, tidak sedikit juga yang menentang sistem kurs
mengambang itu dengan menguraikan beberapa kelemahannya, di antaranya:
- Disiplin. Bank-bank sentral yang terbebas dari kewajiban pembakuan kurs, besar kemungkinan akan menerapkan berbagai kebijakan yang bersifat inflasioner.
- Spekulasi dan gagasan pasar uang yang merusak stabilitas. Dalam sistem kurs mengambang, spekulasi kurs mudah tumbuh sehingga menjurus pada instabilitas dalam pasar valuta asing. Instabilitas ini, pada giirannya akan menghasilkan berbagai dampak negatif terhadap keseimbangan internal dan eksternal semua negara. Lebih jauh, gangguan dalam pasar uang domestik menjadi lebih berbahaya bila dibandingkan dengan gangguan dalam sistem kurs baku.
- Ancaman terhadap investasi dan perdagangan internasional. Sistem kurs mengambang membuat harga-harga internasional makin sulit dipastikan atau diprediksikan sehingga mengganggu arus investasi dan perdagangan internasional.
- Kebijakan ekonomi yang tak terkoordinasi. Bila peraturan Bretton Woods mengenai kurs ditinggalkan, maka mata uang berbagai negara akan saling bersaing atau adu kuat. Hal ini tentu saja membahayakan perekonomian dunia.
- Ilusi mengenai otonomi yang lebih besar. Sistem kurs mengambang sebenarnya tidak sepenuhnya memberikan otonomi kebijakan bagi setiap negara. Perubahan-perubahan kurs menimbulkan pengaruh-pengaruh makro ekonomi yang mendalam yang akan memaksa bank sentral untuk mempertahankan kebakuan kursnya, meskipun tanpa komitmen formal untuk itu. Jadi, sistem kurs mengambang hanya akan meningkatkan ketidakpastian dalam perekonomian dunia tanpa memberikan kebebasan yang lebih besar untuk menerapkan kebijakan makro ekonomi.
Tags
Ekonomi