Dalam
pandangan tradisional seks dalam perkawinan ibarat seorang kuda dan
penunggangnya. Kesuksesan dalam “mengghentakkan” kuda menunjukkan kemampuan
seksual yang bagus. Seks menjadi tali
pengikat hubungan pasangan suami isteri meskipun tanpa didasari hubungan saling
ketertarikan. Beberapa pasangan suami isteri yang menjadikan aktivitas seksual
sebatas kesenangan di di tempat tidur. Pada akhirnya, aktivitas ini tidak lebih
seperti halnya orang yang ingin ikut serta dalam rekreasi atau tidak mengikuti aktivitas tersebut.
Seiring
dengan kebebasan wanita dan revolusi seksual, aktivitas seksual menjadi bagian
yang tidak terpisah dari kepuasan perkawinan bagi pasangan suami isteri. Melalui
aktivitas seksual pasangan suami isteri
umumnya berharap bahwa mereka dapat
mengurangi kelelahan dan mencapai ketenangan baik secara fisik maupun
emosional.
Secara
umum seks dalam pernikahan dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi fisiologis dan dimensi psikologis.
Dimensi Fisiologi Seksual (Sexual
Pysiological)
Dimensi Fisiologi Seksual meliputi:
Sexual Arousal
Secara
fisiologis adanya hasrat seksual pada laki-laki ditunjukkan dengan ereksi pada
penis dan bekerjanya otot-otot pada bagian penis. Sementara pada wanita sexual
arousal ditandai dengan adanya lubrikasi pada vagina. Master dan Johnson
menemukan bahwa kedua respon terjadi bersamaan dengan adanya stimulasi secara
fisik. Selain itu pada saat yang sama terjadi peningkatan tekanan
otot-otot ereksi baik pada laki-laki
maupun wanita.
Aliran
darah yang mengalir ke kulit meningkat yang menunjukkannya “gelora seksual” .
Hal ini terjadi pada sebagian besar wanita dan hanya sebagian kecil kaum
pria. Reaksi ini tidak bisa
ditentukan tetapi umumnya meningkat
seiring dengan meningkatnya pengalaman seksual. Sebagian kecil pria maupun wanita merasa
tenang setelah hilangnya gelora seksual yang terjadi saat orgasme.
Orgasme
Pada
dasarnya menjelang usia remaja orgasme dapat dicapai individu meskipun tanpa
ejakulasi. Namun setelah pubertas orgasme dan ejakulasi menjadi dua aktivitas
yang terjadi bersamaan. Orgasme pada
wanita terjadi pada bagian luar dari vagina. Dinding vagina menjadi penuh
dengan aliran darah dan reaksi orgasme terjadi secara kuat, kontraksi yang kuat
pada salah satu bagian vagina (hal ini terjadi bersamaan saat pria ejakulasi).
Pada saaat orgasme kontraksi terjadi sangat kuat. Masters dan Johnson menyebut
3-5 kontraksi sebagai kontaksi ringan, 6-8 sebagai kontraksi normal, dan 8-15
dengan sebutan intensif. Meskipun focus orgasme
terjadi pada area penis dan vagina, namun beberapa anggota tubuh ikut terlibat.
Pada wanita, kontraksi pada vagina, diikuti dengan kontaksi pada uterus, detak
jantung yang cepat, kontaksi otot lengan, kaki, leher dan kekejangan pada
area otot.
Kapasitas Orgasme
Baik pada
laki-laki maupun wanita argasme lebih mudah terjadi melalui masturbasi daripada
intercourse. Masturbasi terjadi dimana individu merangsang dirinya sendiri pada
organ-organ yang menimbulkan sensasi pada dirinya.
Pada
sebagian besar laki-laki, sebagian besar waktu untuk ejakulasi mengikuti
aktivitas ereksi. Jika seorang pria memiliki dorongan seksual biasanya diikuti
dengan kemampuan untuk mencapai puncak kepuasan. Tetapi penelitian Hunt pada
suami di bawah usia 25 tahun, 1 dari 4
kali intercourse 15 % gagal mencapai
ejakulasi. Artinya, orgasme tidak selalu terjadi pada aktivitas intercourse
pria.
Pada
wanita lebih bervariasi, penelitian Hunt (1974) pada wanita menikah menunjukkan
hanya 53% wanita yang mencapai orgasme atau mendekati orgasme, 21 % orgasme
sekali dalam tiga kali melakukan hubungan suami isteri, 11 sekali dalam dua
kali berhubungan dan 8% sekalin dalam empat kali hubungan suami isteri dan 7%
menyatakan jarang dan tidak pernah mencapai orgasme. Hasil penelitian ini cukup mengejutkan
mengingat kemampuan orgasme wanita pada
sebagian besar wanita dapat dicapai beberapa kali dalam beberapa menit. Tentunya
pencapaian orgasme yang berulang-ulang dapat meningkatkan kepuasan bagi wanita.
Dimensi Psikologi Seksual (Sexual Psychologis)
Dimensi Psikologi seksual meliputi:
Hasrat
erotis
Material
yang erotis lebih mudah membangkitkan hasrat kaum pria dibandingkan wanita.
Wanita umumnya lebih responsive terhadap benda yang erotis yang memiliki makna
cinta dan romantisme. Namun dalam perkembangannya, dalam hal erotisme hampir
tidak ada perbedaan antara pria dan wanita. Wanita Amerika saat ini tampak
lebih responsive terhadap stimulus seksual dibandingkan generasi sebelumnya.
Seks dan kasih sayang
Pada
sebagian besar individu dewasa, terjadi integrasi antara seks dan cinta kasih.
Dalam pendekatan kesehatan mental, Maslow (1953 dalam Blood) menyatakan bahwa
seks dan cinta kasih dapat menyatukan kedua pasangan suami isteri. Aktualisasi
diri pria dan wanita cenderung dicapai oleh mereka yang mencapai kepuasan
seksual. Kepuasan seksual tidak terbatas pada kemampuan orgasme, namun termasuk
pernyataan cinta dalam perilaku dan ungkapan verbal. Pasangan suami isteri akan mencapai kehidupan
seksual yang nyaman karena dengan rasa cinta
satu sama lain akan saling responsif terhadap hasrat pasangannya.
Tags
Perilaku Seksual