Proses terjadinya
emosi melibatkan faktor psikologis maupun faktor fisiologis. Kebangkitan emosi
kita pertama kali muncul akibat adanya stimulus atau sebuah peristiwa, yang
bisa netral, positif, ataupun negatif. Stimulus tersebut kemudian ditangkap
oleh reseptor kita, lalu melalui otak. Kita menginterpretasikan kejadian
tersebut sesuai dengan kondisi pengalaman dan kebiasaan kita dalam
mempersepsikan sebuah kejadian. Interpretasi yang kita buat kemudian
memunculkan perubahan secara internal dalam tubuh kita. Perubahan tersebut
misalnya napas tersengal, mata memerah, keluar air mata, dada menjadi sesak,
perubahan raut wajah, intonasi suara, cara menatap dan perubahan tekanan darah
kita.
Pandangan
teori kognitif menyebutkan emosi lebih banyak ditentukan oleh hasil
interpretasi kita terhadap sebuah peristiwa. Kita bisa memandang dan
menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam persepsi atau penilai negatif, tidak
menyenangkan, menyengsarakan, menjengkelkan, mengecewakan. Persepsi yang lebih
positif seperti sebuah kewajaran, hal
yang indah, sesuatu yang mengharukan, atau membahagiakan.
Interpretasi
yang kita buat atas sebuah peristiwa mengkondisikan dan membentuk perubahan
fisiologis kita secara internal, ketika kita menilai sebuah peristiwa secara
lebih positif maka perubahan fisiologis kita pun menjadi lebih positif.
Tags
Emosi Manusia