Rangsangan
pancaindera dapat mempengaruhi pertumbuhan sel otak dan juga mempunyai andil
untuk membuat sel-sel itu menjadi tumbuh atau mati. Seorang bayi yang tidak
pernah mendengarkan suara-suara dan musik, meraba, merasakan sentuhan, mencium,
melihat, lama-kelamaan sel-sel otaknya akan lemah dan kemudian mati. Sektor
pendidikan menekankan pada rangsangan terhadap aspek intelektual, emosional,
spiritual dan aspek-aspek lainnya yang terkait dengan software (perangkat
lunak) dalam rangka melejitkan potensi diri, hal ini berhubungan dengan sel-sel
otak yang berkesinambungan menstimulus reaksi yang berkelanjutan dalam otak.
Stimulus
lingkungan terhadap perkembangan otak jauh lebih rumit dari yang diperkirakan.
Rangsangan dari luar mempengaruhi sel-sel otak, simpul-simpul yang
menghubungkan sel-sel tersebut dan mengatur bagaimana simpul- simpul itu saling
bekerja dan berhubungan. Seorang dewasa, didalam otaknya mempunyai daerah
abu-abu seukuran kacang walnut yang beratnya kurang lebih 1 kg yang terdiri
miliaran sel otak dan triliunan simpul-simpul saraf otak (jumlah ini bervariasi
tergantung apakah sejak lahir ia mendapat stimulasi otak yang baik dari
lingkungannya). Stimulasi lingkungan ibarat pahatan yang bekerja membentuk
sel-sel otak sehingga otak dapat berkembang dengan baik.
Para
orang tua dan pengasuh anak harus sadar apa yang dapat dan harus mereka lakukan
untuk membuat si kecil menikmati dan banyak mendapat manfaat dalam setiap tahap
perkembangan anak. Memberi stimulasi pada anak- anak memang kelihatannya mudah,
tetapi butuh waktu. Seorang anak membutuhkan waktu dan bimbingan yang banyak
untuk membuat mereka mempunyai sikap positif dalam belajar dan mengenal
kehidupan.
June R.
Oberlander dalam bukunya Slow and Steady Get Me Ready menulis buku pedoman
pengembangan anak usia dini berupa
permainan selama 260 minggu pertama dari bayi sejak lahir hingga usia 5
tahun. Permainan-permainan tersebut dimaksudkan sebagai perangsang untuk
memaksimalkan perkembangan otak sehingga anak tumbuh cerdas dalam berbagai
aspek kecerdasan. Hal paling penting dari buku ini adalah mengajak orangtua
menghabiskan waktu dengan permainan-permainan yang menyenangkan, menantang, dan
mengarahkan anak mengatasi permasalahannya sendiri.
Penny
Warner dalam bukunya Play & Learn 160 aktivitas bermain dan belajar bersama
anak (usia 0-3 tahun) menyatakan bahwa periode pertumbuhan dan perkembangan
yang paling cepat dari bayi adalah diantara saat kelahiran hingga tahun, dimana
bayi tumbuh secara fisik, kognitif, verbal, psikologis, sosial dan emosional.
Dengan memberikan lingkungan yang merangsang, orang tua dapat menolong bayi
memenuhi potensi perkembangaannya pada masa kritis ini. Beliau mengingatkan
tiga hal sebagai berikut : 1) bayi belajar terutama melalui permainan, 2)
mainan yang paling baik bagi bayi adalah orang tuanya, 3) orang tua hendaknya
bermain bersama bayinya.
Caron B.
Goode, Ed.D dalam bukunya Optimizing Your Child‟s Talent menyatakan perlunya memahami perkembangan umum masa
kanak-kanak.
Ketrampilan yang berkembang pada anak
untuk setiap tahap perkembangannya sebagai berikut:
- Lahir hingga delapan belas bulan, kemampuan paling penting adalah kepercayaan. Melalui interaksi dengan orang lain dan orangtuanya bayi akan merasa bahwa kebutuhannya akan hal-hal seperti kehangatan, makanan, pelukan dan stimulasi terpenuhi akan membangun perasan aman dan kepercayaannya dan menjadi dasar hubungannya sepanjang sisa hidup.
- Delapan bulan hingga tiga tahun, anak mulai belajar tentang batasan- batasan(kompor panas, penggunaan benda, tangga, jalan, dan mobil). Anak pada tahap ini membutuhkan bentuk dan ketegasan, orangtua harus membuat keputusan terutama menyangkut berbagai wilayah keamanan fisik dan kesehatan.
- Tiga tahun hingga tujuh tahun, anak mulai mengembangkan kesadaran akan kenyataan yang berbeda dari khayalan atau fantasi.
Pandangan Jean Piaget (1896-1980)
sebagaimana dikutip dari Irma Susyanti (2006) dalam membantu anak mengetahui
sesuatu ada tiga cara, yaitu:
- Melalui interaksi , mempelajari sesuatu dari manusia lain. Berbahasa adalah tingkah laku yang berbudaya.
- Melalui pengetahuan fisik, mengetahui sifat fisik suatu benda, hal ini diperoleh dalam pengalaman anak dari lingkunganya
- Mengetahui berarti ”logico-mathematical”. Kategori ini meliputi pengertian tentang angka, klarifikasi, waktu, ruang, dan konservasi. Tipe ini menunjukkan adanya proses mental yang dikaitkan dengan hadirnya benda secara fisik.
Selanjutnya Piaget mengemukakan tahapan-tahapan
perkembangan anak sebagai tahapan perkembangan kognitif sebagai berikut:
- Tahapan sensorimotor (usia 0-2 tahun) pada tahap ini anak mulai memahami obyek disekitarnya melalui sensori dan aktivitas motor atau gerakannya.
- Tahapan operasional (usia 2-7 tahun) anak berkonsentrasi pada satu ciri atau hal, sedangkan ciri lainnya diabaikan
- Tahapan operasional konkret (usia 7-11 tahun) anak mulai mampu mengatasi masalah yang berkaitan dengan conservasi, perceptual contration, dan egocentrism
Ketua
umum komnas perlindungan anak, DR. Seto Mulyadi mengatakan “Dalam menjalani
tugas perkembangan anak sangat penting untuk menyediakan lingkungan yang kondusif”.
Tersedianyan lingkungan yang kondusif bagi anak adalah dengan terpenuhinya
empat hak dasar anak, yaitu : hak untuk tumbuh dan berkembang; hak untuk hidup
layak, termasuk didalamnya hak untuk bermain, berkreasi dan beristirahat; hak
untuk mendapatkan perlindungan; dan hak untuk berpartisipasi termasuk
mengemukakan pendapatnya kepada orang tua.
Menurut Dr. Hj. Ihat Hatimah, M.Pd (2001)
prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak
Usia Dini:
- Kegiatan anak, yaitu kegiatan pendidikan dilakukan untuk mensejahterakan perasaan anak, sehingga harus diperhatikan keinginan dan kepedulian si anak itu sendiri.
- Penjaminan keamanan, mengandung makna bahwa dalam kegiatan belajar harus dihindari kemungkinan kecelakaan bagi si anak
- Jalin hubungan dan lakukan kerjasama dengan orang tua/ anggota keluarga
- Sesuaikan layanan program dengan kecenderungan perkembangan anak
- Hormati keunikan individu dan pastikan setiap anak memperoleh kesempatan imbang dalam belajar
- Jauhi sifat diskriminasi
- Membantu setiap anak anak untuk mengembangkan jati dirinya
- Mengutamakan kepentingan kesehatan perkembangan anak.
Menurut Tina Bruce (1987) masitoh (2005:
48) prinsip umum tentang Pendidikan Anak Usia Dini adalah:
- Usia anak adalah sebagian dari kehidupan secara keseluruhan, merupakan masa persiapan untuk menghadapi kehidupan yang akan datang.
- Fisik, mental dan kesehatan sama pentingnya seperti berpikir dan aspek psikis lainnya.
- Pembelajaran pada usia dini saling terkait, tidak dapat dipisahkan.
- Motivasi intrinsic akan menghasilkan inisiatif sendiri (self directed activity) yang sangat bernilai.
- Program pendidikan pada anak usia dini perlu menekankan disiplin
- Masa peka untuk mempelajari sesuatu pada tahap perkembangan tertentu diobservasi
- Titik tolak hendaknya pada apa yang dapat dikerjakan anak, bukan apa yang tidak dapat dikerjakan anak.
- Suatu keidupan terjadi dalam diri anak (innerlife) khususnya pada kondisi yang menunjang.
- Orang-orang yang ada disekitar anda dalam melaksanakan interaksi dengan anak merupakan hal penting
- Pendidikan Anak Usia Dini merupakan interaksi anak dengan lingkungannya di mana dalam lingkungan tersebut termasuk orang dewasa dan pengetahuan itu sendiri.
Secara
singkat dapat dikatakan bahwa materi maupun metodologi pendidikan yang dipakai
dalam rangka Pendidikan Anak Usia Dini harus benar-benar memperhatikan tingkat
perkembangan mereka. Perlu ada keterlibatan orang tua dalam proses perkembangan
dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Anak usia dini adalah prasekolah atau
usia lahir hingga empat tahun.
Secara
garis besar, program PAUD bertujuan agar semua anak usia dini (usia 0-6 tahun),
baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang
optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan sesuai tahap-tahap
perkembangan atau tingkat usia mereka. PAUD juga merupakan pendidikan persiapan
untuk mengikuti jenjang pendidikan sekolah dasar. Dijelaskan secara lebih
spesifik, program PAUD ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu
pelayanan pendidikan melalui jalur formal seperti taman kanak-kanak (TK),
raudhatul athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat, serta jalur pendidikan
nonformal berbentuk kelompok bermain (Kober), taman penitipan anak (TPA) atau
bentuk lain yang sederajat, dan jalur informal berbentuk pendidikan keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Program PAUD sendiri
bertujuan menjaga dan memperhatikan kelangsungan hidup serta memfasilitasi
tumbuh berkembang anak usia dini melalui pengasuhan, stimulasi pendidikan,
stimulasi kecerdasan, serta layanan gizi dan kesehatan dalam rangka melejitkan
perkembangan kecerdasan.
Saat ini,
akses anak usia dini terhadap layanan pendidikan dan perawatan melalui
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) masih terbatas dan tidak merata. Dari sekitar
28,2 juta anak usia 0-6 tahun, yang memperoleh layanan PAUD adalah baru 7,2
juta (25,3%). Untuk anak usia 5-6 tahun yang jumlahnya sekitar 8,14 juta anak,
baru sekitar 2,63 juta anak (atau sekitar 32,36%) yang memperoleh layanan
pendidikan di TK. (Dikdas - Depdiknas, 2009).
Di antara
anak-anak yang memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan tersebut, pada
umumnya berasal dari keluarga mampu di daerah perkotaan. Hal ini sekaligus
menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga miskin dan anak-anak perdesaan belum
memperoleh kesempatan PAUD secara proporsional.
Tags
Perkembangan Anak